Profesi

Workaholic: Pengertian, Tanda, Dampak, dan Strategi Mengatasinya!

Written by Laila

Halo, Grameds! Siapa di sini yang merasa terjebak dalam siklus tak berujung pekerjaan? Ya, kita bicara tentang fenomena yang dikenal sebagai workaholism. Dalam artikel ini, kita akan membahas segala hal tentang workaholic: dari pengertiannya yang mendasar hingga tanda-tandanya yang sering diabaikan, dampaknya yang mungkin tidak terlihat, dan tentu saja, strategi untuk keluar dari spiral kelelahan yang tak berujung ini. Jadi, bagi kamu yang merasa koneksi dengan laptop dan spreadsheet kadang lebih dekat daripada dengan teman-teman, yuk kita telusuri bersama bagaimana kita bisa menemukan keseimbangan yang sehat antara hidup dan pekerjaan.

 

Apa itu Workaholic?

Workaholic adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang secara obsesif terlibat dalam pekerjaan. Mereka cenderung menghabiskan sebagian besar waktu dan energi mereka untuk bekerja, bahkan melebihi batas keseimbangan yang sehat antara hidup dan pekerjaan. Bagi sebagian orang, bekerja mungkin menjadi sesuatu yang memenuhi, tetapi bagi workaholic, pekerjaan sering menjadi prioritas utama dalam hidup mereka.

Workaholic seringkali memiliki dorongan yang kuat untuk terus bekerja dan mencapai kesuksesan dalam karier mereka. Mereka mungkin merasa cemas atau bersalah saat tidak bekerja, bahkan ketika mereka sedang beristirahat atau bersantai. Bagi mereka, istirahat adalah sesuatu yang terasa tidak produktif, dan mereka mungkin merasa tidak nyaman atau gelisah saat tidak sibuk dengan pekerjaan.

Selain itu, workaholic cenderung mengabaikan aspek-aspek lain dari kehidupan mereka, seperti hubungan pribadi, kesehatan, dan kegiatan rekreasi. Mereka mungkin menempatkan pekerjaan di atas segalanya dan merasa sulit untuk menemukan keseimbangan antara hidup dan pekerjaan.

Meskipun bekerja keras dan berdedikasi dalam karier adalah hal yang baik, menjadi workaholic dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kesehatan fisik, mental, dan hubungan sosial seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda workaholism dan mencari cara untuk mengelola stres, menemukan keseimbangan, dan menjaga kesejahteraan secara keseluruhan.

Life and Work Balance

Apa sih nikmatnya malas kerja? Apakah kemalasan bisa mendatangkan rezeki? Apakah kemalasan bisa menyatukan jiwa suami istri? Apakah kemalasan bisa menyelesaikan masalah? Sudahlah buang saja sifat malas ke tempat sampah karena malas tak dibutuhkan dunia. Tekuni aktivitasmu dengan antusias maka kamu akan menemukan ‘sesuatu’ yang tak kamu sangka. Bersungguh-sungguhlah dalam berkarier, tapi tetap luangkan waktu untuk bersama keluarga, bimbinglah mereka menuju saleh, syukur, sabar bersama-samalah dengan mereka menuju Allah, menuju kepada kedamaian yang abadi. Itulah definisi dari Life-Work Balance.

 

Tanda-tanda Seseorang Termasuk Workaholic

(Sumber foto: www.pexels.com)

Mengenali tanda-tanda seseorang yang termasuk workaholic adalah langkah pertama dalam membantu mereka mengatasi kecenderungan ini dan mencapai keseimbangan yang lebih baik antara hidup dan pekerjaan. Berikut adalah beberapa tanda yang sering kali menunjukkan bahwa seseorang mungkin menjadi workaholic:

  • Selalu Bekerja Lebih Lama

Jika seseorang secara konsisten bekerja lebih lama dari yang seharusnya, seperti meninggalkan kantor di malam hari atau bekerja di akhir pekan secara teratur, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka terlalu terlibat dalam pekerjaan.

  • Kesulitan untuk Berhenti Bekerja

Jika seseorang merasa sulit untuk berhenti bekerja bahkan ketika sudah waktunya untuk istirahat atau waktu luang, ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka telah mengembangkan ketergantungan pada pekerjaan.

  • Kecenderungan untuk Menunda Istirahat

Jika seseorang sering mengabaikan istirahat atau waktu luang mereka karena merasa perlu untuk terus bekerja, ini dapat menunjukkan bahwa mereka telah mengabaikan kebutuhan pribadi mereka untuk bekerja.

  • Kesulitan untuk Menyebutkan Hobi atau Kegiatan Non-Pekerjaan

Jika seseorang sulit untuk menyebutkan hobi atau kegiatan non-pekerjaan yang mereka nikmati di luar pekerjaan, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka telah kehilangan keseimbangan antara hidup dan pekerjaan.

  • Merasa Gelisah atau Bersalah saat Tidak Bekerja

Jika seseorang merasa cemas atau bersalah saat tidak bekerja, bahkan saat sedang beristirahat atau bersantai, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka telah mengembangkan ketergantungan emosional pada pekerjaan.

  • Mengalami Gangguan Tidur atau Kesehatan

Jika seseorang mengalami gangguan tidur atau masalah kesehatan lainnya karena stres atau kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan, ini bisa menjadi indikator bahwa mereka telah mencapai titik kelelahan.

  • Kehilangan Minat pada Hubungan Pribadi atau Kegiatan Sosial

Jika seseorang mulai mengabaikan hubungan pribadi atau kegiatan sosial mereka karena terlalu terlibat dalam pekerjaan, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka telah mengorbankan aspek-aspek penting dari kehidupan mereka.

 

Mengenali tanda-tanda ini penting untuk membantu seseorang menyadari bahwa mereka mungkin memiliki masalah dengan workaholism dan mendorong mereka untuk mencari bantuan jika diperlukan. Dengan menyadari dan mengatasi workaholism, seseorang dapat memulihkan keseimbangan dalam hidup mereka dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Great At Work

Data yang dipaparkan dalam buku ini adalah hasil dari riset corporate dan individual performance (evidence–based)selama kurang lebih 5 tahun terhadap kurang lebih 5,000 menejer dan karyawan yang mewakili 15 sektor industri dan 22 jabatan. Mengapa sebagian orang memiliki performa yang lebih baik ketimbang rekan kerja lainnya? Pertanyaan sederhana yang terdengar iseng ini terus menghantui para profesional di setiap sektor pekerjaan Kini, setelah melakukan riset selama 5 tahun terhadap 5000 manajer dan pegawai, Morten T. Hansen mendapatkan jawabannya. Risetnya yang mendalam telah memunculkan Tujuh Praktik Kerja Cerdas yang dapat diaplikasikan oleh setiap orang yang berhasrat untuk memaksimalkan waktu dan performanya. Pemikirannya dikuatkan kisah-kisah nyata yang membuka mata–dari seorang pebisnis wanita yang melejitkan perusahaannya justru dengan berkata “tidak” pada pelanggan hingga seorang kepala sekolah yang dengan cerdas menyelamatkan sekolahnya yang dianggap gagal, juga seorang koki sushi tersohor di sebuah warung kecil yang sukses memenangkan 3 Michelin Stars.

 

Dampak Buruk Menjadi Seorang Workaholic

Meskipun bekerja keras dan berdedikasi dalam pekerjaan adalah hal yang baik, menjadi workaholic dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak buruk yang sering kali terjadi pada seseorang yang menjadi workaholic:

  • Stres Berlebihan

Workaholic cenderung mengalami tingkat stres yang tinggi karena tekanan yang terus menerus untuk mencapai target dan mencapai kesuksesan dalam pekerjaan. Stres yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental, termasuk tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan kecemasan.

  • Kelelahan Kronis

Terlibat secara obsesif dalam pekerjaan seringkali mengakibatkan kelelahan yang kronis. Workaholic cenderung mengorbankan istirahat dan waktu tidur untuk terus bekerja, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan yang parah dan menurunkan produktivitas mereka.

  • Gangguan Kesehatan Mental

Workaholic berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Terlalu fokus pada pekerjaan dapat menyebabkan perasaan rendah diri, perasaan tidak berharga, dan kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan di luar pekerjaan.

  • Gangguan Hubungan Pribadi

Kehadiran yang konstan dalam dunia pekerjaan seringkali mengorbankan waktu yang seharusnya dihabiskan bersama keluarga dan teman-teman. Hal ini dapat menyebabkan konflik dalam hubungan pribadi dan perasaan terisolasi dari orang-orang yang dicintai.

  • Penurunan Kualitas Hidup

Workaholic cenderung mengorbankan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Mereka mungkin merasa tidak puas atau tidak bahagia meskipun mencapai kesuksesan dalam karier mereka.

  • Risiko Kesehatan Fisik

Workaholic sering mengabaikan kebutuhan kesehatan fisik mereka, seperti olahraga dan pola makan yang sehat, karena terlalu terlibat dalam pekerjaan. Ini meningkatkan risiko masalah kesehatan fisik, seperti obesitas, penyakit jantung, dan gangguan pencernaan.

  • Kurangnya Kreativitas dan Inovasi

Terlalu terfokus pada pekerjaan dapat menghambat kreativitas dan inovasi seseorang. Workaholic cenderung mengalami kelelahan mental dan kurangnya perspektif baru yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan menghasilkan ide-ide baru.

 

Dengan menyadari dampak buruk yang terkait dengan workaholism, penting bagi seseorang untuk mencari keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan, menjaga kesehatan fisik dan mental mereka, serta memprioritaskan hubungan pribadi dan kegiatan yang menyenangkan di luar pekerjaan.

 

Strategi Mengatasi Dampak Buruk Workaholic

(Sumber foto: www.pexels.com)

Meskipun menjadi workaholic dapat memiliki dampak negatif yang serius, ada beberapa strategi yang dapat kamu coba untuk mengatasi dampak buruk dari kecenderungan ini. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa kamu terapkan:

1. Tetapkan Batas Waktu Kerja yang Jelas

Tentukan waktu kapan kamu harus mulai dan berhenti bekerja setiap hari. Ini membantu membatasi jumlah waktu yang kamu habiskan untuk bekerja dan menciptakan batas antara kehidupan pribadi dan profesional.

2. Prioritaskan Kesehatan Fisik dan Mental

Luangkan waktu untuk merawat diri sendiri dengan mengutamakan kesehatan fisik dan mental. Lakukan olahraga secara teratur, tidur yang cukup, dan praktik relaksasi seperti meditasi atau yoga untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

3. Tetapkan Prioritas yang Jelas

Identifikasi tugas-tugas dan proyek-proyek yang paling penting dan mendesak, dan fokuskan energi dan waktu kamu pada hal-hal tersebut. Hindari terjebak dalam pekerjaan yang kurang penting atau tidak mendesak yang dapat menghabiskan waktu tanpa hasil yang signifikan.

4. Buat Jadwal Istirahat dan Waktu Luang

Jadwalkan waktu untuk istirahat dan kegiatan rekreasi di antara jam kerja kamu. Pisahkan waktu untuk bersantai, bersenang-senang dengan keluarga dan teman-teman, dan mengejar hobi atau kegiatan yang kamu nikmati di luar pekerjaan.

5. Belajar untuk Mengatakan Tidak

Jangan ragu untuk menolak permintaan atau tugas yang tidak sesuai dengan batas waktu kamu atau tidak sesuai dengan prioritas kamu. Belajar mengatakan tidak adalah langkah penting untuk melindungi waktu dan energi kamu.

6. Ambil Cuti dan Berlibur Secara Teratur

Jangan takut untuk mengambil cuti atau berlibur dari pekerjaan secara teratur. Istirahat yang sesekali dari rutinitas kerja dapat membantu mengurangi stres, menyegarkan pikiran, dan memulihkan keseimbangan hidup kamu.

7. Cari Dukungan dan Bicarakan Masalah Kamu

Bicarakan dengan teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental tentang pengalaman kamu sebagai workaholic dan dampak negatif yang kamu rasakan. Mendapatkan dukungan dan perspektif dari orang lain dapat membantu kamu mengatasi tantangan ini.

8. Buat Perubahan di Lingkungan Kerja

Ajukan saran atau usulan kepada atasan atau manajemen tentang perubahan yang mungkin diperlukan di lingkungan kerja untuk membantu menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan dan pekerjaan.

 

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kamu dapat mengurangi dampak buruk dari workaholism, mendapatkan kembali keseimbangan dalam hidup kamu, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Fun At Work

Buku ini berisi mutiara pembelajaran dari kegiatan Josef L. Bataona sebagai Coach, baik ketika masih menjabat sebagai direktur HR maupun setelah pensiun. Sebagai leader/coach, Josef membagikan pengalamannya dalam menciptakan tempat kerja yang fun. Elemen fun at work ternyata sangat penting dalam menciptakan kebahagiaan yang utuh dan pencapaian di tempat kerja, dan justru employee engagement dibangun dari peristiwa-peristiwa kecil yang dijalin sehari-hari. Menyambung buku ketiga Leader as Meaning Maker yang menceritakan seorang leader mengajak timnya menemukan makna dalam pekerjaan, buku ini Iebih jauh mengupas tentang pertumbuhan (growth) sebagai pribadi maupun sebagai leader di tempat kerja. Melalui Coaching, leader mengajak timnya meraih kebahagiaan di tempat kerja dan meraih kesuksesan individu sesuai dengan value dan purpose masing-masing yang berujung pada kesuksesan perusahaan.

 

Kesimpulan

Nah, setelah menjelajahi tentang workaholic dari segala sudut pandang, sekarang saatnya untuk merangkumnya. Jadi, sebagai seseorang yang ingin mengutamakan keseimbangan dalam hidup, penting untuk kita semua menyadari bahwa workaholism bukanlah sekadar sebuah istilah kosong. Ini adalah masalah serius yang dapat memengaruhi kesejahteraan kita secara keseluruhan. Dengan mengenali tanda-tandanya dan menerapkan strategi yang tepat, kita dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih baik. Ingatlah, hidup bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tentang menikmati momen-momen berharga dengan orang-orang terkasih dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan kita. Jadi, ayo bersama-sama menciptakan lingkungan di mana kita dapat berkembang sebagai individu yang seimbang dan bahagia. Terima kasih telah membaca artikel ini dan semoga informasinya bermanfaat untuk kita semua! Grameds, kamu bisa mencari tahu lebih lengkap terkait healty lifestyle melalui kumpulan buku pengembangan diri dan psikologi di Gramedia.com.

About the author

Laila