Sejarah

Pengertian dan Contoh Historiografi Kolonial Sejarah Indonesia

Written by Fandy

Contoh Historiografi Kolonial—Secara umum, historiografi dapat didefinisikan sebagai penulisan sejarah. Louis Gottschalk (2015) dalam bukunya yang berjudul Mengerti Sejarah menjelaskan jika historiografi adalah hasil dari sintesis terhadap sumber-sumber yang didapatkan. Salah satu jenis historiografi dalam penulisan sejarah Indonesia adalah historiografi kolonial.

Perkembangan dan susunan historiografi Indonesia di sisi lain sebenarnya sudah ada sejak masa tradisional. Saat itu, historiografi yang muncul adalah penulisan hikayat dan babad. Namun, historiografi tradisional sifatnya tidak ilmiah dikarenakan banyaknya unsur-unsur mitos, magis, dan kedaerahan. Penulisan historiografi di Nusantara lantas mengalami perkembangan pada masa Hindia Belanda.

Sugeng Priyadi (2015) dalam buku berjudul Historiografi Indonesia memaparkan jika historiografi kolonial adalah warisan dari penjajah yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Hal tersebut dikarenakan historiografi ini menjadi pelopor dihasilkannya historiografi Indonesia yang sifatnya ilmiah sampai saat ini.

Lantas, apa yang dimaksud dengan historiografi kolonial? Bagaimana ciri-ciri dan contoh dari historiografi kolonial? Simak uraian berikut ini hingga tuntas!

 

Pengertian Historiografi Kolonial

Sugeng (2015) menyatakan jika historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang meletakkan tokoh Barat (dalam hal ini Belanda) sebagai pelaku utama. Penulisan historiografi ini diawali ketika Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda tiba di Nusantara pada akhir abad ke-16 Masehi, yang selanjutnya menjajah hingga berabad-abad lamanya.

Tradisi historiografi tersebut menjadi pusat utama penulisan sejarah di Belanda. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya mata kuliah bernama Koloniale Geschiedenis yang diberikan di Universitas Utrecht. Pembahasan pokok dalam mata kuliah ini adalah kehidupan masyarakat Belanda maupun Eropa di berbagai negeri jajahannya, termasuk Indonesia (Hindia Timur atau Hindia Belanda).

Hal itulah yang menyebabkan historiografi kolonial juga dikenal dengan nama Neerlandosentris atau Belandasentris. Historiografi tersebut memakai pendekatan penulisan sejarah yang condong subjektif menurut sudut pandang Belanda maupun Eropa terkait kehidupan masyarakat Nusantara.

 

Contoh Historiografi Kolonial

Contoh awal karya sejarah yang menggunakan historiografi kolonial adalah reizen (catatan perjalanan) yang mulai ditulis pada 1600-an oleh François Valentijn, Nicholaus de Graff, Cornelis de Bruijn, dan Rijklofs van Goens. Faktor yang menyebabkan banyaknya penulisan sejarah kisah perjalanan dikarenakan para penulis itu ikut melakukan ekspedisi pelayaran maupun kolonialisasi di tanah penjajahan.

Salah satu tulisan yang berhubungan dengan reizen adalah catatan perjalanan yang ditulis oleh Nicolaus de Graff di dalam jurnal Oost Indische Spigle. Dia berkunjung ke Nusantara antara tahun 1639–1643 hingga 1668–1687. Dia menuliskan kisah perjalanannya ke Nusantara di kapal dan kehidupan masyarakat Nusantara di berbagai pelabuhan yang dikunjunginya.

Selanjutnya, Rijklofs van Goens menuliskan buku mengenai kisah perjalanannya ke Kerajaan Mataram sebagai duta besar VOC pada 1648–1654 yang diberikan judul Oost Indische Spiegel (Kisah Hindia Timur). Contoh berikutnya terkait reizen adalah delapan jilid buku berjudul Oud en Nieuw Oost Indien (Hindia Timur Dulu dan Sekarang) yang disusun oleh Francois Valentijn. Buku itu berisi mengenai penggambaran keadaan masyarakat, politik, bahasa, dan perdagangan di Nusantara Indonesia pada abad ke-18. Selain itu, tulisan tersebut juga memuat gambaran keadaan Kesultanan Mataram ketika diperintah oleh Amangkurat I.

Karya lain yang menggunakan historiografi kolonial adalah buku babon Belandasentris. Buku itu disusun selama tiga tahun sebelum kekalahan bangsa Belanda terhadap Jepang. Pemerintah Belanda berhasil memublikasikan buku sejarah yang disusun menurut perspektif Belandasentris. Buku ini diberi judul Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda) dan terdiri atas enam jilid yang dipublikasikan secara bertahap pada 1938, 1939, dan 1940. Penulis utama dari buku tersebut adalah Dr. F.W. Stapel, pakar sejarah kolonial yang banyak menyusun buku sejarah untuk kepentingan bahan ajar sejarah di berbagai sekolah yang dikendalikan oleh pemerintah Belanda.

Beberapa contoh lain karya tulisan yang menggunakan historiografi kolonial, yaitu:

  • Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Kondisi Ekonomi Hindia Belanda) yang ditulis oleh G. Gonggrijp.
  • Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah Kepulauan Hindia) yang ditulis oleh B.H.M. Vlekke.
  • Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) yang ditulis oleh H.J. de Graaf.
  • History of Java (Sejarah Jawa) yang ditulis oleh Thomas S. Raffles.

 

Ciri-ciri Historiografi Kolonial

Octrooi, piagam pendirian Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang memuat hak-hak istimewa VOC di Nusantara (Dedy Tisna Amijaya/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license)

Kuntowijoyo (1995) dalam Pengantar Ilmu Sejarah memaparkan jika historiografi kolonial mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sejarah masyarakat Belanda ketika berada di Hindia Timur (Nusantara).

2. Sumber yang dipakai berasal dari pegawai pemerintah Belanda, baik di negaranya atau daerah jajahannya.

3. Sifatnya diskriminatif (membedakan), yaitu masyarakat Belanda dianggap serba terhormat dan mulia, sedangkan masyarakat pribumi diabaikan dan hanya dianggap sebagai alat untuk menjalankan kepentingan Belanda.

4. Sifatnya Neerlandosentris atau Belandasentris, yatu penjelasan yang diuraikan adalah aktivitas bangsa Belanda dan Eropa, pemerintah kolonial, dan para pegawai kompeni, masyarakat kulit putih.

5. Beranggapan jika Hindia Timur belum mempunyai sejarah sebelum kedatangan masyarakat Eropa dan Belanda.

6. Bentuk tulisannya berupa laporan, yaitu laporan khusus maupun memori tulisan serah jabatan dari pemerintah pusat yang berada di Batavia terkait kekuasaan dan perluasan daerah pejabat terkait.

7. Biasanya ditambahkan dengan data pemetaan dan statistik gambaran di suatu wilayah.

8. Isinya dapat berupa sejarah politik dan tokoh-tokoh besar Belanda.

 

Karakter Historiografi Kolonial

Salah satu karakter dari historiografi kolonial adalah bersifat Neerlandosentris atau Belandasentris, artinya berfokus kepada aktivitas atau kehidupan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda ketika berada di Hindia Timur. Historiografi ini memakai pendekatan penulisan atau sudut pandang sejarah yang condong bersifat objektif terkait peran bangsa Belanda dalam sejarah.

Sumber-sumber sejarah yang digunakan untuk menyusun historiografi tersebut mayoritas berasal dari Algeemene Rijkasarchieve (arsip negara di Belanda), arsip-arsip pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, dan arsip-arsip VOC. Mayoritas penulis historiografi kolonial tidak pernah “melihat” Indonesia, sehingga mereka menggunakan arsip-arsip itu sebagai sumber utama dalam historiografi kolonial.


Itulah artikel terkait Contoh Historiografi Kolonial yang bisa kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rujukan

  • Kartodirdjo, S. (1975). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Moedjanto, G. (1988). Indonesia Abad ke-20: Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.
  • Notosusanto, N. (1964). Hakikat Sejarah dan Metode Sejarah. Bandung: Mega Bookstore dan Pusat Sejarah Angkatan Bersejanta.
  • Puspoenegoro, M.D.; Notosusanto, N. (1990). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Ricklefs, M.C. (2005). Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
  • Sedana, K.; Magi, K. (2014). Sejarah Indonesia: Dari Proklamasi sampai Orde Reformasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Tjondonegoro, P. (1982). Merdeka Tanahku, Merdeka Negeriku 1. Jakarta: CV. Nugroho.

Rekomendasi Buku dan E-Book Terkait

1. Nusantara Sejarah Indonesia

Nusantara Sejarah Indonesia

Nusantara merupakan salah satu deskripsi sejarah Indonesia yang ditulis secara mendalam dan populer. Kendati buku ini terbit pertama pada 1943, banyak hal-hal yang disampaikan oleh Vlekke aktual sampai abad ke-21. Berbeda dengan buku sejarah selebihnya, Vlekke menampilkan proses sejarah Indonesia tanpa terlalu memusatkan proses perluasan kolonialisasi.

Vlekke dalam buku ini misalnya memaparkan bahwa perang agama sangat langka di Jawa dan boleh jadi penyebabnya adalah sinkretisme terpelihara sejak zaman dulu. Ada kisah kegagalan Sultan Agung menyatukan Nusantara karena tak punya angkatan laut yang memadai. Kisah lain yang langka adalah perubahan tabiat orang Belanda yang rajin di tanah airnya (Homo batavus), tetapi jadi pemalas ketika tinggal di Batavia (Homo bataviensis).

Edisi Indonesia buku ini merupakan terjemahan edisi revisi 1963. Penulis menyajikan sejarah Nusantara secara populer. Oleh karena itu, buku ini seolah-olah berisi dongeng Indonesia pada masa silam. Pembaca muda Indonesia dapat dengan mudah memahami kisah yang ditampilkan dalam buku ini.

 

2. Buku Sejarah Indonesia Kurikulum 2013 Edisi Revisi untuk SMK/MAK Kelas X

Buku Sejarah Indonesia Kurikulum 2013 Edisi Revisi untuk SMK/MAK Kelas X

Sejarah Indonesia merupakan kajian mengenai berbagai peristiwa yang terkait dengan asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat dan bangsa Indonesia pada masa lampau untuk menjadi pelajaran dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Tujuan pembelajaran sejarah adalah untuk menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap diri sendiri, masyarakat, dan proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

Buku ini disusun dengan memperhatikan Struktur Kurikulum SMK berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi spektrum PMK 2018 dan jangkauan materi sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk kelompok C3 Kompetensi Keahlian. Buku ini diharapkan memiliki presisi yang baik dalam pembelajaran dan menekankan pada pembentukan aspek penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Materi pembelajaran disajikan secara praktis, disertai soal-soal berupa tugas mandiri, tugas kelompok, uji kompetensi, dan penilaian akhir semester gasal dan genap.

 

3. Serdadu Belanda di Indonesia 1945–1950: Kesaksian Perang pada Sisi Sejarah yang Salah

Serdadu Belanda di Indonesia 1945–1950: Kesaksian Perang pada Sisi Sejarah yang Salah

Perang di Indonesia tetap saja membangkitkan emosi yang tinggi generasi berikutnya di Belanda. Situasi tersebut tidak mengherankan. Saat itu, Belanda mengerahkan 220.000 serdadunya untuk suatu perang yang tidak dimenangkan dan yang sesudahnya disebut “salah”. Dalam debat umum tentang operasi militer Belanda yang paling besar, dibahas tentang tindakan kejahatan perang Belanda. Para veteran mendengarkan banyak suara mereka dalam perdebatan ini. Itu masuk akal, mereka ada di sana waktu itu, mereka mengalami realita yang sebenarnya, mereka tahu apa yang dibicarakan.

Buku ini didasarkan atas pelbagai surat, buku harian, buku kenangan, dan memoar mereka. Apa yang terungkap tentang tindak kejahatan perang itu sering kali mengejutkan. Namun, juga menyangkut tema-tema lain: ketegangan antara misi Belanda dan realita di tempat yang sulit dikendalikan; sikap mengerti atau tidak mengerti tentang orang-orang Indonesia dan perjuangan mereka untuk merdeka; frustrasi-frustrasi terhadap pimpinan militer dan politik; ketakutan, rasa dendam dan malu; kebosanan dan seks; merasa asing di tanah Hindia dan juga di rumah sepulang mereka ke negeri Belanda; kemarahan atas tahun-tahun yang hilang dan rasa kurang dihargai.

Dalam buku berjudul Serdadu Belanda di Indonesia 1945–1950, cerita-cerita dari para serdadu ini dikemukakan dalam konteks perang dekolonisasi yang lebih luas dan cara mengatasinya di Belanda.

 

4. Indonesia Tidak Pernah Dijajah

Indonesia Tidak Pernah Dijajah

Setiap tanggal 17 Agustus seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke merayakan hari ulang tahun Indonesia. Namun, tidak semua masyarakat Indonesia mengetahui proses sejarah kemerdekaan Indonesia, yang diketahui hanyalah hasil kemerdekaan yang dinobatkan pada 17 Agustus 1945 saja. Dalam buku Indonesia Tidak Pernah Dijajah yang ditulis oleh Batara R. Hutagalung ini diulas proses di balik kemerdekaan yang diakui oleh bangsa Indonesia selama 72 tahun ini.

Salah satu faktanya Belanda masih tidak mengakui secara de jure kemerdekaan Republik Indonesia (RI) berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Belanda hanya menyetujui sepenuh hati “pemindahan kekuasaan” lewat Konferensi Meja Bundar (KMB) penghujung 1949. Menurut Konvensi Montevideo 1933, tidak diperlukan pengakuan formal terhadap sebuah proklamasi kemerdekaan, tetapi ada implikasi yang besar dalam masalah ini.

Dengan tidak mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia, dua kali agresi militer yang dilancarkan Kerajaan Belanda tahun 1947 dan 1948 bagi Belanda hanya dianggap sebagai aksi polisionil. Para pejuang kemerdekaan dianggap penjahat dan kelompok kriminal yang penyelesaiannya merupakan masalah dalam negeri Kerajaan Belanda di daerah koloni Hindia Belanda.

Demikian sedikit ulasan buku Indonesia Tidak Pernah Dijajah. Buku ini hadir untuk memperkuat pemahaman bangsa Indonesia mengenai fakta yang sebenarnya terjadi. Batara menyuarakan secara kritis sejarah bangsa Indonesia dan menghidupkan kembali sukma nasionalisme yang mulai pudar di kalangan anak bangsa dewasa ini. Dia juga membeberkan fakta-fakta sejarah kolonial Belanda di Indonesia yang terkesan didiamkan selama ini.

Tulisan fakta-fakta yang disajikan dalam bab tersendiri mempermudah pembaca dalam memahami fakta sejarah yang disampaikan Batara. Kalimatnya yang sedikit baku membuat pembaca merasa sedang membaca buku pembelajaran. Namun, buku ini sangat dianjurkan kepada khalayak yang ingin mendalami proses dan fakta sejarah mengenai kemerdekaan Indonesia.

 

5. Islam dalam Arus Sejarah Indonesia

Islam dalam Arus Sejarah Indonesia

Dalam sejarah Indonesia, tidak diragukan lagi bahwa kehadiran Islam telah memberi sumbangan sangat berarti bagi proses perkembangan masyarakat Indonesia. Salah satu kontribusi yang menonjol adalah Islam meletakkan landasan kukuh bagi satu proses komunikasi dan interaksi sosiokultural di antara berbagai masyarakat di wilayah-wilayah yang tersebar di berbagai pulau. Hal tersebut dikarenakan islamisasi, yang berlangsung sejalan dengan meningkatnya jaringan dagang Asia, telah membuat masyarakat Nusantara terhubungkan satu sama lain, bukan hanya dengan tali agama melainkan juga dengan jaringan bisnis dan diplomasi politik. Pada titik ini, Islam tampil sebagai satu kekuatan pengikat yang menyatukan berbagai kelompok masyarakat yang beragam, yang melampaui perbedaan-perbedaan terkait identitas lokal-primordial.

Buku ini menghadirkan narasi dan analisis sejarah bagaimana perkembangan Islam di Nusantara dan peran pentingnya sebagai penyimpul bangsa yang ada. Bagian pertama dari empat bagian yang ada membahas tentang proses awal islamisasi yang berkaitan dengan perdagangan dan pembentukan kerajaan. Bagian selanjutnya memaparkan perkembangan peradaban Islam di bumi Nusantara yang dilanjutkan dengan bagaimana peradaban Islam Nusantara menghadapi tantangan baru berupa kolonialisme. Dan sebagai penutup adalah paparan tentang awal pergerakan modern Islam di Indonesia. Ditulis dengan deskripsi sejarah yang diperinci, buku ini dapat menjadi referensi penting bagi para mahasiswa dan juga akademisi dalam hal sejarah Islam, khususnya perkembangan dan dinamika Islam Nusantara.

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.