Contoh Konflik Sosial – Dunia sepakbola selalu diwarnai dengan berbagai hal menarik baik itu yang terjadi di dalam dan di luar lapangan. Banyak pertandingan menarik yang sarat dengan emosi dan ketegangan yang dihadirkan kedua kesebelasan yang sedang bermain untuk meraih kemenangan dalam setiap pertandingan.
Tak jarang pula emosi penonton yang hadir langsung menyaksikan di stadion maupun penonton layar kaca juga ikut merasakan euforia ketika menyaksikan tim kesayangannya bermain.
Sepakbola memang menjadi salah satu cabang olahraga yang paling digemari oleh semua orang baik perempuan maupun laki-laki dari berbagai belahan dunia ini. Tak heran isu-isu sosial juga mewarnai olahraga satu ini dimana para pemain saling menaruh hormat satu sama lain ketika pertandingan berlangsung walaupun ketika bertanding mereka tidak segan mencederai pemain lawan namun sehabis pertandingan mereka akan berbaikan dan saling berpelukan kembali karena memang prinsip bermain fair play sangat dijunjung tinggi dalam olahraga satu ini.
Isu-isu sosial lain juga mewarnai sepakbola bukan hanya hal positif namun kita juga banyak melihat hal yang negatif terjadi pada permainan sepakbola seperti, aksi rasisme yang dilakukan suporter kepada pemain lawan tim kesayangannya ataupun yang dilakukan antar sesama pemain sepakbola itu sendiri.
Bahkan belum lama ini aksi menaruh simpati kepada korban rasisme yang meninggal karena lehernya dijepit oleh polisi di Amerika sempat menjadi isu yang cukup ramai digaungkan dalam sepakbola dengan tagar #BlackLivesMatter dengan aksi yang para pemain sepakbola lakukan yaitu menekuk lutut sesaat sebelum pertandingan dimulai sebagai aksi berbela sungkawa dan memberi pesan bahwa tidak ada tempat untuk rasisme sepakbola bahkan di seluruh dunia.
Dengan hadirnya banyak isu sosial yang mewarnai gairah sepakbola menjadikan topik ini menarik untuk kami bahas dalam pembahasan mengenai contoh konflik sosial kali ini. Berikutnya kami akan memberi penjelasan lebih lanjut mengenai aksi rasisme di sepakbola di bawah ini.
Daftar Isi
Definisi Rasisme
Rasisme adalah pemahaman bahwa ras sendiri lebih unggul dari ras lain. Rasisme sering dikaitkan dengan konsep diskriminasi berdasarkan etnis, agama, ras, adat istiadat, kelas, atau karakteristik fisik seseorang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rasisme didefinisikan sebagai diskriminasi ras. Dimana rasisme adalah prasangka berdasarkan asal kebangsaan; perlakuan sepihak dari berbagai negara (etnis).
Dengan demikian, rasisme adalah paham diskriminasi terhadap suku, agama, ras, adat (SARA), golongan, atau kesamaan ciri fisik untuk tujuan tertentu (biologi) tertentu.
Rasisme secara umum dapat dipahami sebagai tindakan menyerang terhadap sikap, kecenderungan, pernyataan dan tindakan untuk atau terhadap kelompok masyarakat, terutama atas dasar identitas ras.
Tindakan rasis terjadi di berbagai bidang kehidupan sosial seperti pendidikan, layanan kesehatan, hiburan, dll. Adanya perilaku rasis tersebut dapat menimbulkan perpecahan, baik antar sesama maupun dengan kelompok tertentu.
Terlahir sebagai manusia dengan ciri fisik seperti kulit hitam, hidung pesek, rambut keriting, tidak boleh dipandang sebagai kesalahan atau “dosa genetik”. Tidak ada manusia yang berhak memilih kapan akan dilahirkan, termasuk dilahirkan dengan kondisi “cacat”. Ini murni takdir Tuhan. Dengan kata lain, bentuk dan warna kulit manusia merupakan keistimewaan Tuhan yang tidak dapat disangkal. Di sisi lain, keragaman dan perbedaan warna kulit harus dipahami sebagai pluralisme rasial, bukan menunjukkan superioritas. Karena semua manusia diciptakan oleh Tuhan secara setara dan dikaruniai hak-hak individu yang bersumber dari alam dan akal.
Ada banyak rasisme di dunia olahraga, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Misalnya, pemain kulit hitam meneriaki penggemar seperti “monyet”, dll. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi pemain, tetapi juga mengganggu alur permainan dan merusak semangat sportifitas. Rasisme di dunia sepakbola sering terjadi pada pertandingan antar negara atau antar klub di Eropa karena banyak faktor seperti sejarah masa lalu suatu negara, ego nasional dan adanya disparitas ekonomi antara kedua negara.
Awal Mula Rasisme
Berdasarkan ciri-ciri penampilannya, manusia di bumi dapat dibedakan menjadi ras utama, yaitu orang kulit hitam, orang kulit putih, orang kuning, dan orang merah. Seorang tokoh bernama Charles Darwin mencetuskan sebuah konsep tentang ras.
Darwin mengenalkan ras sebagai acuan karakteristik biologis dan fisik. Salah satu yang paling terlihat adalah warna kulit. Mengutip Alo Liliweri dalam Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya dalam Masyarakat Multikultural (2005), kita mengetahui bahwa asal mula istilah ras muncul sekitar tahun 1600 M. Saat itu, François Bernier yang pertama kali mencetuskan sebuah gagasan tentang perbedaan manusia berdasarkan jenis atau ciri-ciri warna kulit dan bentuk wajah.
Selanjutnya, dari publikasi Telkom University, secara sejarah panjang mengenai rasisme yang bermula berkembang ketika ras yang berbeda bertemu dalam konteks penjajahan.
Spoonley (1990: 96) dalam bukunya Etnis and Rasisme, berusaha untuk melacak rasisme, ia mengambil kesimpulan bahwa ras adalah konsep kolonial yang telah berkembang sebagai semangat ekspansionisme tumpah ke Eropa.
Sebagai sisi lain dari ideologi kolonial, rasisme melegitimasi eksploitasi masyarakat kolonial kulit putih Eropa terhadap ras lain. Paul Spoonley menelusuri kasus-kasus seperti itu pada orang-orang keturunan Maori di komunitas kulit putih Selandia Baru.
Sebab Rasisme Terjadi
Rasisme berkaitan erat dengan konsep ras dalam masyarakat. Terbentuknya rasisme dapat terjadi jika perbedaan fisik dipandang sebagai hal yang penting dalam masyarakat. Rasisme juga bisa menjadi hasil dari perbedaan psikologis, ideologis, dan ekonomi. Kondisi yang dapat menimbulkan rasisme dalam masyarakat adalah adanya berbagai kelompok ras dengan budaya yang berbeda dan institusionalisasi ketidaksetaraan dalam setiap ras yang saling terkait.
Beberapa penyebab diskriminasi rasial adalah sebagai berikut.
1. Pergaulan dalam Keluarga
Apapun yang diajarkan orang tua kepada anak-anak mereka akan tertanam dalam diri anak-anak mereka. Artinya orang tua merupakan salah satu faktor yang menimbulkan rasisme. Ini tentu saja merupakan rantai kebencian yang tak terpatahkan karena terus diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Keputusan Kebijakan Pemerintah
Secara umum, penyebab paling umum dari diskriminasi rasial adalah keputusan kebijakan pemerintah, termasuk di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh kepemimpinan pemerintahan yang otoriter.
3. Budaya dan Adat Istiadat
Budaya dan adat istiadat masing-masing daerah atau negara yang jauh pasti berbeda, yang secara otomatis mempengaruhi pemikiran, pemahaman dan perasaan antar kelompok.
Selain alasan tersebut di atas, penyebab lain munculnya rasisme adalah ketimpangan ekonomi, kurangnya sarana dan prasarana, cinta dan kecemburuan yang berlebihan.
Kasus Rasisme di Sepakbola
Sepakbola dengan segala ragam jenis perbedaan yang menyatukan, segala ragam etnis dan suku yang ikut menyemarakan gelaran olahraga paling populer di seluruh dunia ini juga banyak menimbulkan masalah baik yang terjadi antar para pemain itu sendiri maupun di antara para suporternya. Bahkan tak jarang masalah itu terjadi di antara para petinggi klub dan media massa baik di dalam dan di luar lapangan.
Masalah-masalah itu berkembang menjadi sebuah contoh konflik sosial yang menimbulkan perpecahan dalam sepakbola seperti aksi rasisme yang timbul seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.
1. Kasus Rasisme kepada Pemain Inggris di Euro 2020
Kasus rasisme baru terjadi usai final Euro 2020. Rasisme yang dilakukan suporter, yang dialami Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka saat gagal mencetak gol dalam adu penalti di gawang mengakhiri kekalahan bagi Inggris. Dikutip dari BBC.Com, “Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) mengatakan data yang dibagikan dengan saluran berita Channel 3 setelah final Euro 2020 menunjukkan bahwa lebih dari 850.000 tweet telah dianalisis di seluruh turnamen. Pertandingan dan siaran, terutama 1.913 tweet kasar menargetkan Jadon Sancho, Bukayo Saka, Marcus Rashford dan Raheem Sterling, 167 posting dianggap pelecehan “berisiko tinggi”,
“Menghadapi diskriminasi dalam bentuk apa pun terhadap suatu negara, individu atau sekelompok orang atas dasar ras, warna kulit, etnis , asal, asal kebangsaan atau sosial, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, kekayaan, kelahiran atau status lainnya, orientasi seksual atau alasan lainnya sangat dilarang dan tunduk pada skorsing atau pengusiran”, kata FIFA dalam sebuah pernyataan, sialan tentang rasisme
Kongres Luar Biasa FIFA, pertemuan di Buenos Aires pada 7 Juli 2001, sesuai dengan Statuta FIFA, perwakilan mewakili semua Konfederasi dan Konfederasi Nasional di badan pengatur sepak bola dunia. Ada ketentuan: Mengingat bahwa istilah “rasisme” dalam konteks sekarang berlaku terutama untuk tindakan diskriminasi berdasarkan semua, tetapi tidak eksklusif, perbedaan antara orang-orang berdasarkan warna kulit dan asal etnis.
FIFA telah menyetujui langkah-langkah baru untuk mengatasi rasisme dengan hukuman bagi tim sepak bola, termasuk degradasi atau pengusiran dari turnamen jika mereka terlibat dalam insiden serius. Ini termasuk: (1) Pelanggaran pertama atau pelanggaran ringan yang mengakibatkan peringatan, denda atau bermain di stadion tertutup. (2) Tim yang terus melakukan pelanggaran dapat dikenakan poin penalti, penarikan dari turnamen atau degradasi.
Jeffrey Webb, kepala satuan tugas anti-rasisme FIFA, mengatakan keputusan itu adalah “titik balik”. Dia menambahkan: “Keluarga sepak bola menyadari bahwa kurang dari 1% dari apa yang dilaporkan di pers terjadi di seluruh dunia. Kita perlu mengambil langkah ini sehingga jika kita melihat 20 hingga 50 tahun ke depan, kita perlu mengambil langkah ini. langkah. , sekarang titik baliknya. Saat kita mengambil tindakan melawan rasisme dan diskriminasi”, Mangan dan Ritchie (2004) adalah sama di mata Tuhan, tetapi kadang-kadang kita suka membedakan antara sepak bola dan olahraga lainnya, saatnya untuk kita untuk bekerja sama memerangi praktik rasis dan mengakui bahwa rasisme adalah tindakan penghinaan, menyakiti korban dan jijik terhadap agresor. “Menghormati satu sama lain dan menyebarkan cinta tanpa kebencian”
2. Kasus Rasisme Suarez kepada Evra
Patrice Evra menyebutkan bahwa dirinya memang pernah mendapatkan banyak peringatan pembunuhan ketika terlibat kasus rasisme dengan Luis Suarez. Bahkan Evra sempat membocorkan rahasia bahwa rumahnya sempat mendapatkan penjagaan ketat karena hal tersebut.
Sebagaimana diketahui, Evra dan Suarez memang sempat terlibat insiden rasisme tepatnya pada Oktober 2011. Pada saat itu, Evra masih membela Manchester United, sedangkan Suarez masih membela klub terbaik di dunia saat ini yaitu Liverpool.
Suarez sempat menyebut Evra dengan kata-kata rasial ‘negro’ yang pada akhirnya membuat mantan full back kiri Timnas Prancis tersebut terpancing emosinya. Konflik rasial itu pun membuat Suarez dapat hukuman larangan bertanding selama delapan laga serta denda 40 ribu pounds atau sekitar Rp 689 juta
Meski banyak pihak menilai kasus tersebut berakhir ketika Suarez mendapatkan hukuman, tapi tidak bagi Evra. Ya, Evra mengakui bahwa dirinya sempat mendapatkan ancaman pembunuhan kala masih terlibat kasus rasis dengan Suarez.
3. Rasisme terhadap pemain bola Asia Son Heung Min
Klub Liga Inggris Tottenham Hotspur, Son Heung-Min dituduh menerima perlakuan rasis saat bertanding melawan Chelsea di Stamford Bridge, Minggu,14 Agustus 2022
Kehebohan di Pekan Kedua Liga Inggris antara Chelsea dan Tottenham tampaknya telah diredam oleh perlakuan fans The Blues. Selama pertandingan yang dijuluki Derby London, Son Heung-Min dari Tottenham Hotspur dituduh mendapatkan pelecehan rasial oleh penggemar Chelsea.
Menurut sumber media Inggris, Son Heung-Min, yang bermain selama 79 menit dalam pertandingan, mengalami pelecehan rasis di babak kedua. Masih menurut sumber yang sama, Son menjadi korban rasisme saat mengambil tendangan sudut yang didapat di babak kedua.
Selain itu, berdasarkan bukti yang beredar luas secara online, seorang penggemar Chelsea ditemukan membuat gerakan yang tidak pantas.
Suporter tersebut sengaja menyipitkan matanya dengan kedua jari telunjuknya dan tampak mengejek Son karena matanya sipit.
4. Suporter Leeds United dikabarkan melakukan hinaan rasis kepada pemain Arsenal
Insiden rasisme juga terjadi di pertandingan Liga Inggris saat Leeds United menjamu Arsenal di Elland Road pada 18 Desember 2021. Insiden ini terjadi setelah pemain pengganti Arsenal mengaku telah menerima ungkapan rasis dari fans Leeds United.
Mengenai tuduhan ini, Polisi Yorkshire juga telah meluncurkan penyelidikan untuk menangkap para pelaku rasisme. Sementara itu, Leeds United juga membantu polisi dalam upaya mereka menangkap penggemar yang memiliki perilaku rasis.
5. Kasus Rasisme yang dialami Vincent Kompany eks pemain Man. City
Insiden rasisme terbaru menyasar pelatih sekaligus mantan pesepakbola Belgia, Vincent Kompany. Kejadian rasis ini menimpa Kompany saat klub yang diasuhnya, Anderlecht, menuju Jan-Breydel-Stadium untuk menghadapi Club Brugge.
Pelatih berusia 35 tahun itu dihina oleh beberapa fans tim tuan rumah. Memang, beberapa pemain dan staf juga tak luput dari hinaan suporter Club Brugge.
Sementara itu, Club Brugge juga mengutuk keras praktik rasis suporter yang tidak sesuai dengan standar klub. Bintang sepak bola Belgia Romelu Lukaku juga angkat bicara tentang masalah ini dan meminta pihak berwenang Belgia untuk segera menanggapi.
Selain kasus yang terjadi di lapangan, tindakan rasis yang menyasar pemain etnis tertentu juga kerap terjadi melalui jejaring sosial. Semoga kedepannya pemahaman tentang masalah ini semakin meningkat agar kejadian serupa tidak terulang kembali, baik di dunia sepakbola maupun di bidang kehidupan lainnya.
Kesimpulan
Sekian pembahasan singkat mengenai contoh konflik sosial: rasisme dalam sepakbola. Tidak sekedar membahas definisi dari rasisme saja, tapi juga membahas tentang awal-mula terjadinya rasisme, pemicu utama rasisme sampai kasus-kasus rasisme yang dialami para pemain sepakbola. Walau bagaimanapun kita berbeda-beda suku dan etnis budaya namun kita harus tetap menjunjung tinggi nilai persatuan karena dimanapun di belahan bumi ini tidak ada satupun tempat yang menerima tindakan rasisme dalam bentuk apapun.
Demikian ulasan mengenai contoh Konflik sosial: rasisme dalam dunia sepakbola. Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang contoh konflik sosial dalam ilmu pengetahuan, ragam jenis, karakteristiknya, dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan contoh konflik sosial lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu.
Artikel terkait:
5 Contoh Gejala Sosial dan Dampak Negatifnya Bagi Kehidupan Masyarakat
Penulis: Pandu Akram