Dampak Bullying – Bullying sebagai suatu permasalahan global. Di satu sisi, perilaku ini juga membuat pihak berwenang mengencangkan peraturan terhadap pelakunya.
Namun di sisi lain, bullying kemudian terlihat sebagai fase normal yang seolah harus dilewati ketika bertumbuh menjadi remaja dan dewasa. Kadang kita juga lupa, bahwa dampak bullying begitu berpengaruh di masa depan seseorang.
Akibat bullying dalam jangka pendek sendiri dapat terlihat jelas. Apalagi jika perundungan terjadi secara fisik. Luka memar dapat langsung terlihat serta menjadi pemicu yang akan membuat pelaku minta maaf.
Namun, apa yang akan terjadi secara mental? Belasan atau bahkan puluhan tahun setelahnya, luka mental ini bahkan akan sangat sulit sembuh. Kondisi ini bukanlah nyanyian cengeng para korban bully, melainkan didasarkan kepada hasil penelitian yang sahih.
Baik di jangka pendek atau jangka panjang, dampak bullying sendiri perlu diketahui oleh semua orang, terutama di antaranya pada anak, orang tua, dan guru.
Daftar Isi
7 Dampak Bullying yang Perlu Diwaspadai
Dampak bullying termudah dikenali dalam jangka pendek. Sebagai korban, baik pada orang dewasa maupun anak-anak yang kemudian akan mengalami hal-hal di bawah ini sebagai akibat bullying yang dilakukan orang-orang di lingkungannya.
Berikut di bawah ini adalah dampak-dampak bullying yang perlu diwaspadai.
1. Masalah Psikologis
Korban bully seringkali menunjukkan berbagai gejala masalah psikologis, bahkan setelah perundungan berlangsung. Kondisi yang paling sering muncul ialah depresi serta gangguan kecemasan.
Selain itu, pengaruh bullying pada kesehatan mental pada remaja dan anak ialah rasa sedih, rendah diri, kesepian, serta hilangnya minat pada hal yang biasa mereka sukai, serta perubahan pada pola tidur ataupun pola makan.
Efek bullying juga kemudian akan menyebabkan gejala psikosomatis, diantaranya masalah psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik. Hal ini tak hanya berlaku pada orang dewasa, tapi juga pada anak-anak.
Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak kemudian akan merasa sakit perut serta sakit kepala meski secara fisik tak ada yang salah di tubuhnya.
2. Masalah Fisik
Bullying juga akan menyebabkan anak mengalami gangguan pencernaan Bukan hanya pada memar ataupun rasa terluka akibat kekerasan fisik yang dialaminya, korban bullying juga sering mengalami kecemasan yang kemudian akan memicu stres pada tubuh.
Kondisi ini juga akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, serta sering sakit, terkena gangguan pencernaan, juga berbagai masalah lainnya. Bullying pada anak juga akan memperburuk masalah kesehatan yang kemudian mereka derita sebelumnya.
Misalnya saja pada masalah kulit, masalah perut, ataupun masalah jantung pada anak yang menjadi lebih parah akibat stres.
3. Gangguan Tidur
Dampak negatif bullying kemudian juga terlihat jelas ialah gangguan tidur. Para korban bullying juga sering kali mengalami kesulitan untuk tidur yang nyenyak. Sekalipun dapat tidur, tidak jarang waktu tersebut justru dihiasi oleh berbagai mimpi buruk.
4. Pikiran untuk Bunuh Diri
Dampak bullying bagi korban yang satu ini juga tidak hanya akan menghampiri pikiran pada orang dewasa. Korban bullying yang berusia anak-anak serta pada remaja juga berisiko memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.
Tak jarang ada laporan kejadian tentang anak-anak berusia sekolah yang kemudian meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-temannya. Inilah bahaya bullying yang harus orangtua waspadai.
5. Tidak Dapat Menyatu dengan Orang-Orang di Sekitar
Salah satu akibat dari bullying yang kemudian perlu diwaspadai ialah kesulitan untuk menyatu dengan orang-orang di sekitar. Anak pada orang dewasa yang mengalami bullying, secara tak langsung ditempatkan pada status sosial yang kemudian lebih rendah dari rekan-rekannya.
Hal ini juga akan membuat korban bully menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, serta berujung pada turunnya rasa percaya diri.
6. Gangguan Prestasi
Dampak dari bullying lainnya ialah anak yang cenderung akan mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi belajar. Mereka juga akan merasa kesulitan untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak masuk sekolah, serta tidak diikutsertakan dalam berbagai kegiatan yang ada di sekolah.
7. Sulit Percaya dengan Orang Lain
Dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan ialah rasa sulit percaya dengan orang lain. Saat seorang anak menjadi korban bully, mereka kemudian akan menjadi sulit untuk mempercayai orang lain di sekitarnya.
Salah satu dampak buruk akibat dari bullying akan terlihat pada saat korban masih kecil. Namun, ketika beranjak dewasa, mereka akan merasa untuk membangun hubungan dengan orang lain.
Dampak bullying menurut para ahli ini juga akan membuat anak mengalami kegagalan saat berteman atau mencari pasangan di masa depan.
Dampak Bullying dalam Jangka Panjang
Efek bullying sendiri sering kali masih dirasakan korban meski belasan juga puluhan tahun telah berlalu sejak insiden tersebut berlangsung. Dampak bullying dalam jangka panjang sendiri jarang terlihat, tapi justru inilah yang kemudian paling membuat korban merasa lebih tersiksa.
Para peneliti di Inggris sendiri melakukan riset mengenai dampak bullying hingga 40 tahun setelah kejadian. Hasilnya sendiri ada beberapa dampak jangka panjang yang kemudian dirasakan para korban, seperti berikut ini.
- Kondisi kesehatan bagi para korban bully yang saat ini telah berusia 50 tahun, cenderung berakibat lebih buruk dari segi fisik maupun segi mental.
- Fungsi kognitif juga menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan orang sepantasnya yang tak pernah menjadi korban bully.
- Kualitas hidup serta tingkat kepuasan hidup korban bully juga cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan rrekan seusianya yang tidak pernah mengalami perisakan.
Dampak bullying sendiri tidak selalu bisa diprediksi kemunculannya. Anak yang menjadi korban bully, sendiri bisa saja tidak menunjukkan tanda-tanda terganggu dengan berbagai perlakuan tersebut.
Namun, di kemudian hari, anak-anak ini berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental depresif serta menerima perawatan psikiatri. Bukti lain mengenai akibat bullying yang kemudian terjadi pada jangka panjang juga disajikan oleh berbagai hasil penelitian yang dilakukan pada 1.420 anak berusia 9-16 tahun yang pernah menjadi korban bullying.
Para ahli juga meneliti kondisi mental mereka selama 4-6 kali dalam jangka waktu beberapa tahun. Hasilnya, anak yang pernah mengalami perundungan juga menjadi lebih sering mengalami berbagai jenis gangguan kecemasan serta gangguan panik.
Selain itu, trauma yang ditimbulkan juga oleh bullying yang diterima saat kecil, juga akan mengubah struktur otak yang di kemudian hari, serta akan mempengaruhi kemampuan dalam mengambil keputusan yang benar.
Terakhir, pada anak-anak yang pernah menjadi korban bully di masa kecilnya, cenderung mengalami kesulitan dalam bermasyarakat ketika beranjak dewasa, seperti beberapa hal ini.
- Lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan atau mempertahankan pekerjaan yang dimiliki
- Sulit untuk merasa fokus terhadap satu hal
- Kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain
- Cenderung merasa lebih rentan terkena penyakit
Jenis-Jenis Bullying
Bully adalah segala perilaku kekerasan fisik maupun perilaku mental yang dilakukan satu orang ataupun lebih dengan cara melakukan penyerangan ataupun dengan mengintimidasi orang lain.
Perilaku kekerasan ini juga umumnya menimpa anak-anak serta remaja yang secara fisik lebih lemah dari teman-teman sebayanya. Perundungan ini sendiri dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.
- Kontak fisik langsung. Contohnya di antaranya adalah memukul, menendang, menampar, mendorong, menggigit, menjambak, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, memeras serta merusak barang yang kemudian dimiliki orang lain.
- Kontak verbal langsung. Misalnya mengancam, mempermalukan, merendahkan, serta mengganggu, dengan memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, juga merendahkan (put-downs), mengejek, menyebarkan gossip, mengintimidasi, dan memaki.
- Perilaku nonverbal langsung. Termasuk di antaranya melihat dengan cara sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi-ekspresi wajah yang merendahkan, mengejek, serta mengancam. Umumnya, jenis bullying ini sendiri disertai oleh kontak fisik maupun kontak verbal.
- Perilaku nonverbal tidak langsung diantaranya dalam tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan hingga akhirnya menjadi retak, sengaja mengucilkan ataupun mengabaikan, serta mengirimkan surat kaleng pada seseorang.
- Cyber bullying, adanya kemajuan teknologi kemudian memiliki sisi negatifnya juga. Menyakiti orang lain dengan media elektronik seperti diantaranya mengirim rekaman video intimidasi serta menuliskan komentar jahat di media sosial tergolong ke dalam perundungan pada dunia maya.
- Pelecehan seksual. Terkadang, Tindakan-tindakan pelecehan dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik maupun perilaku verbal.
Ciri-Ciri Anak Korban Bullying
Dengan Sering menghindari situasi sosial Terkadang, yang terjadi pada anak korban bullying enggan mengakhirinya mengadu kepada orangtuanya kemudian telah menjadi korban perundungan.
Karenanya orang tua kemudian perlu berinisiatif serta memahami apa saja ciri-ciri anak yang telah menjadi korban bullying, sebagai berikut.
- Sering bolos sekolah
- Tidak menyukai pergi ke sekolah
- Performa akademis terus menerus menurun
- Melakukan berbagai tindakan yang merugikan tubuhnya
- Terdapat barang-barang pribadi yang rusak, seperti diantaranya buku, gawai, hingga pakaian
- Sulit untuk tidur
- Sering mengalami berbagai mimpi buruk
- Kehilangan teman secara tiba-tiba
- Menghindari berbagai situasi sosial.
Jika berbagai hal di atas kemudian nampak pada anak, sebaiknya kamu langsung menanyakan kepada mereka. Bisa jadi, anak kemudian merasa takut untuk mengadukan tindakan bullying yang terjadi kepada mereka.
Cara Mengatasi Dampak Bullying
Ketika anak kemudian menjadi korban bullying, pemulihan dari kondisi tersebut mungkin bukan hal yang mudah dilakukan. Namun, jika tidak segera diatasi, maka kemudian akan menimbulkan masalah bagi anak di kemudian hari.
Supaya dengan dampak perundungan tak berlarut-larut dalam mengganggu anak, terdapat beberapa langkah penting yang dapat dilakukan, sebagai berikut.
- Dengarkan serta pahami apa yang dirasakan oleh anak
- Bantu anak untuk merasa fokus merawat dirinya sendiri serta tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik
- Ajak anak kemudian melakukan konseling dengan masalah psikolog
- Ingatkan anak bahwa ia kemudian balas dendam tak akan membuat mereka merasa lebih baik
- Ajak anak juga akan melakukan kegiatan atau pergi ke berbagai tempat yang disukainya
- Buat anak merasa berarti
- Pastikan anak untuk mendapat dukungan dari keluarga dan teman.
Dampak bullying dapat timbul di saat itu juga maupun berpuluh-puluh tahun setelahnya. Dampak jangka pendek yang dirasakan diantaranya adalah gangguan psikologis seperti depresi serta gangguan kecemasan, gangguan tidur, hingga berbagai penurunan prestasi di sekolah maupun tempat kerja.
Sementara itu dalam jangka panjang, anak kemudian menjadi korban bully cenderung sulit mendapatkan pekerjaan, tak bisa berinteraksi secara sosial, serta lebih rentan terkena gangguan psikologis serta cenderung membutuhkan bantuan dari psikiater lebih sering.
Sesi terapi dengan psikolog ataupun psikiater sendiri dapat menjadi langkah awal memperbaiki kualitas hidup akibat bullying.
Buku-Buku Terkait Bullying
1. Lets End Bullying
Bullying itu problem yang dampaknya harus ditanggung oleh semua pihak. Baik itu si pelaku, korban, atau pun dia yang menyaksikan tindakan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga anak di seluruh dunia mengaku pernah mengalami bullying. Baik itu di sekolah, di lingkungannya, atau pun online. Begitu pun sebaliknya-satu dari tiga anak mengaku pernah melakukan tindakan bullying pada kawannya.
Penting sekali bagi orang tua untuk memahami bahwa bullying itu sama sekali bukan bagian normal dari masa kanak-kanak yang harus dilewati. Tindakan bullying itu berakibat buruk bagi korban, saksi, sekaligus bagi si pelakunya itu sendiri! Bahkan efeknya terkadang membekas sampai si anak telah menjadi dewasa.
Buku ini akan membahas tuntas mengenai apa itu bullying, bagaimana mencegah dan mengatasinya.
2. Stop Bullying
Perundungan atau yang dikenal oleh masyarakat luas dengan istilah bullying bukanlah hal baru yang terjadi di sekitar kita. Tua, muda, kaya, miskin, semua orang bisa menjadi korban perundungan, atau bahkan orang yang melakukan perundungan.
Pertanyaannya, mengapa semua itu terjadi? Apa hal-hal yang mendasari seseorang melakukan perundungan, dan mengapa seseorang dirundung? Lalu, dari sisi orang ketiga yang tidak terlibat dengan semua itu, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apakah kita bisa memiliki peranan untuk menghentikan kekerasan berbentuk perundungan ini?
Melalui buku ini, penulis mengajak pembaca untuk menelusuri pemahaman mengenai perundungan, berbagai jenis perundungan, alasan-alasan perundungan bisa terjadi, dan cara agar kita bisa mengatasi semua itu. Selamat membaca.
3. Cyber Bullying
Buku Cyberbullying: Hak-Hak Digital: Right on Online Safety ini berusaha untuk memberikan penjelasan perihal perundungan siber melalui penjelajahan historis, penelusuran kasus, hingga potensi munculnya bentuk baru perundungan yang terjadi di dunia maya.
Untuk itu, penulis turut mendampingi pembahasan dengan penjelasan beragam fenomena yang akhir-akhir ini turut hadir, seperti cyber incivility, trolling, cyberstalking, doxing, revenge porn, cancel culture, disinhibition effect, hingga kegiatan oversharing.
Sebagai penutup, penulis memanfaatkan QR Code dalam buku ini guna meringkas ulasan materi serta memudahkan para pembaca dalam menelusuri lebih lanjut persoalan tersebut dengan melihat pada peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, video, maupun artikel yang terkait dengan topik pembahasan.
Ketika umat manusia tengah memasuki masa transisi online, maka terjadi perubahan evolusioner terhadap arsitektur hak asasi manusia yang selama ini kita kenal. Terdapat beragam tantangan penting dalam memahami sepenuhnya ancaman yang kompleks dan ekstensif terhadap hak asasi manusia di ranah digital.
Teknologi baru telah merambah begitu dalam di lingkungan hukum saat ini, sehingga keadaan tersebut tidak hanya memperkenalkan cara baru untuk mendekati hak asasi manusia tradisional, tetapi juga menghasilkan hak dan kebebasan baru.
Dewasa ini, muncul satu istilah yang dikenal sebagai digital rights (hak-hak digital). Sebagian ahli mengenalkan digital rights sebagai new human rights categories, sementara lainnya menjelaskan sebagai satu mata rantai yang saling terkait, mulai dari hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi, dan hak atas rasa aman (right on online safety).
Namun, tersisip kekhawatiran mendalam ketika menghadapkan hak atas rasa aman dengan realita yang dialami oleh pengguna internet saat ini. Terlihat serangkaian peristiwa yang telah mencederai rasa aman pengguna internet, mulai dari aksi peretasan, kekerasan seksual, pengawasan, terutama aksi perundungan siber.
Itulah beberapa dampak bullying yang perlu kita waspadai. Grameds juga bisa membaca buku-buku terkait bullying yang bisa kamu dapatkan di gramedia.com agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Sofyan
BACA JUGA: