Politik Ekonomi Sosiologi

Hak Veto: Pengertian, Fungsi, dan Contohnya dalam Politik Global

Written by Adila V M

Kamu mungkin sering mendengar istilah hak veto dalam berita politik internasional, terutama ketika ada keputusan penting di PBB. Namun, apa sebenarnya hak veto itu? Secara sederhana, hak veto adalah kewenangan khusus yang dimiliki oleh pihak tertentu untuk membatalkan atau menolak suatu keputusan, meskipun keputusan tersebut telah disetujui oleh mayoritas. Dalam konteks politik global, hak veto sering dimanfaatkan oleh negara-negara dengan kekuatan besar untuk melindungi atau memperjuangkan kepentingan mereka.

Di artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam mengenai apa itu hak veto, bagaimana fungsinya, dan beberapa contoh nyata penerapannya dalam dinamika politik internasional. Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut!

Cakrawala Intermestik Dinamika Isu Diplomasi, Politik, dan Pertahanan

Pengertian Hak Veto

Hak veto berasal dari bahasa Latin veto yang berarti “saya melarang.” Dalam konteks politik dan pemerintahan, hak veto adalah kewenangan khusus yang memungkinkan seseorang atau suatu entitas untuk menolak atau membatalkan keputusan, meskipun keputusan tersebut telah disetujui oleh mayoritas.

Hak veto sering dikaitkan dengan kekuasaan negara-negara besar di organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam Dewan Keamanan PBB, lima negara anggota tetap—Amerika S

sumber: American Model United Nations International

erikat, Rusia, Tiongkok, Prancis, dan Inggris—memiliki hak veto, yang memungkinkan mereka untuk membatalkan resolusi yang diajukan, tidak peduli berapa banyak negara lain yang mendukungnya.

Di luar PBB, hak veto juga diterapkan dalam berbagai sistem pemerintahan. Misalnya, di Amerika Serikat, presiden memiliki hak veto untuk menolak rancangan undang-undang yang diajukan oleh Kongres. Namun, veto ini bisa dibatalkan jika mayoritas dua pertiga anggota Kongres memberikan suara untuk mengesahkannya kembali.

Secara umum, hak veto digunakan sebagai alat kontrol dan keseimbangan dalam sistem pemerintahan atau organisasi internasional. Meskipun memberikan perlindungan terhadap keputusan yang dianggap merugikan pihak tertentu, hak veto juga sering dikritik karena dapat menghambat pengambilan keputusan yang penting bagi kepentingan global.

Sejarah dan Asal-Usul Hak Veto

Hak veto bukanlah konsep baru dalam politik. Sejarahnya bisa ditelusuri hingga zaman Romawi Kuno, ketika hak ini pertama kali digunakan dalam sistem pemerintahan mereka. Pada masa itu, Republik Romawi memiliki lembaga yang disebut Tribunus Plebis (Tribun Rakyat), yang bertugas melindungi kepentingan rakyat jelata dari keputusan yang dianggap merugikan. Para tribun rakyat ini memiliki kekuasaan veto terhadap kebijakan yang dibuat oleh Senat Romawi. Jika mereka merasa suatu keputusan tidak adil bagi kaum plebeian (rakyat biasa), mereka bisa berkata “Veto!” yang berarti “Saya melarang,” dan keputusan tersebut pun dibatalkan.

Konsep hak veto terus berkembang seiring waktu dan diadopsi dalam berbagai sistem pemerintahan modern. Salah satu contoh penting dalam sejarah modern adalah penerapan hak veto dalam sistem politik Amerika Serikat. Konstitusi AS, yang disusun pada akhir abad ke-18, memberikan presiden hak veto untuk menolak rancangan undang-undang yang diajukan oleh Kongres. Namun, Kongres dapat membatalkan veto tersebut jika dua pertiga anggotanya menyetujui undang-undang tersebut kembali.

Di tingkat internasional, hak veto menjadi lebih terkenal setelah Perang Dunia II, khususnya dengan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945. Saat itu, negara-negara pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet (sekarang Rusia), Tiongkok, Prancis, dan Inggris—diberi status sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Mereka juga diberi hak veto sebagai bagian dari mekanisme untuk menjaga keseimbangan kekuatan global. Tujuan awalnya adalah mencegah pecahnya konflik besar dengan memberikan hak khusus bagi negara-negara kuat untuk membatalkan resolusi yang bertentangan dengan kepentingan mereka.

Namun, sepanjang sejarah, hak veto di PBB sering menjadi kontroversi. Banyak pihak menilai bahwa hak ini sering disalahgunakan oleh negara-negara besar untuk melindungi kepentingan mereka sendiri, bahkan ketika keputusan tersebut bisa membawa dampak positif bagi perdamaian dunia. Meski demikian, hak veto tetap menjadi bagian integral dari sistem politik global hingga saat ini.

Pengantar Analisis Politik Luar Negeri Dari Realisme Sampai Konstruktivisme

Fungsi dan Tujuan Hak Veto

Hak veto memiliki peran penting dalam sistem politik, baik di tingkat nasional maupun internasional. Secara umum, hak ini berfungsi sebagai alat kontrol dan keseimbangan kekuasaan agar keputusan yang diambil tidak merugikan pihak tertentu. Berikut adalah beberapa fungsi utama hak veto:

1. Mencegah Keputusan Sepihak

Hak veto memungkinkan suatu pihak untuk menolak keputusan yang dianggap tidak adil atau merugikan. Dalam konteks Dewan Keamanan PBB, hak veto digunakan oleh negara-negara anggota tetap untuk menghindari kebijakan yang dapat mengancam kepentingan nasional mereka.

2. Menjaga Stabilitas dan Keamanan Global

Salah satu tujuan utama pemberian hak veto di PBB adalah untuk mencegah konflik besar antarnegara. Dengan adanya hak veto, negara-negara besar dapat menghindari keputusan yang bisa memicu ketegangan geopolitik atau bahkan perang.

3. Melindungi Kepentingan Minoritas

Di dalam sistem pemerintahan nasional, hak veto sering digunakan oleh pemimpin eksekutif (seperti presiden) untuk menolak kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada kepentingan rakyat atau bertentangan dengan prinsip negara. Misalnya, dalam sistem pemerintahan Amerika Serikat, presiden dapat menggunakan hak veto untuk menolak rancangan undang-undang yang dianggap kurang sesuai dengan kepentingan publik.

4. Mendorong Diplomasi dan Negosiasi

Hak veto juga berfungsi sebagai alat untuk memaksa pihak-pihak yang berkepentingan agar berdiskusi dan mencapai konsensus sebelum mengambil keputusan. Karena satu veto bisa menggagalkan sebuah resolusi, negara-negara sering kali memilih untuk melakukan negosiasi terlebih dahulu guna menghindari penggunaan hak veto secara berlebihan.

Negara-Negara dengan Hak Veto di PBB

Hak veto di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diberikan kepada lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang sering disebut sebagai P5 (Permanent Five). Kelima negara ini adalah Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Prancis, dan Inggris. Mereka memiliki kekuasaan istimewa untuk membatalkan resolusi atau keputusan yang diajukan dalam Dewan Keamanan PBB, bahkan jika mayoritas negara anggota mendukungnya.

Berikut adalah profil singkat masing-masing negara pemegang hak veto di PBB:

1. Amerika Serikat

Sebagai salah satu negara pemenang Perang Dunia II, Amerika Serikat menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB sejak organisasi ini didirikan pada tahun 1945. AS sering menggunakan hak vetonya untuk melindungi kepentingan nasionalnya, terutama dalam kebijakan luar negeri yang berkaitan dengan sekutu-sekutunya, seperti Israel dan negara-negara NATO.

2. Rusia

Rusia mewarisi hak veto dari Uni Soviet setelah bubarnya negara tersebut pada tahun 1991. Selama era Perang Dingin, Uni Soviet adalah negara yang paling sering menggunakan hak veto untuk menolak resolusi yang dianggap bertentangan dengan kebijakan Komunis. Hingga kini, Rusia masih aktif menggunakan hak vetonya dalam isu-isu yang berkaitan dengan konflik di Ukraina, Suriah, dan negara-negara bekas Uni Soviet.

3. Tiongkok

Tiongkok yang kini menjadi pemegang hak veto di PBB adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), yang menggantikan Republik Tiongkok (Taiwan) pada tahun 1971. Tiongkok relatif jarang menggunakan hak vetonya dibandingkan negara lain, tetapi biasanya menggunakannya dalam isu-isu yang menyangkut kedaulatannya, seperti Taiwan, Tibet, dan hak asasi manusia.

4. Prancis

Sebagai salah satu negara pemenang Perang Dunia II, Prancis juga mendapatkan hak veto di PBB. Dibandingkan dengan AS dan Rusia, Prancis lebih jarang menggunakan hak vetonya. Namun, negara ini tetap berperan aktif dalam diplomasi global, terutama dalam isu-isu terkait Uni Eropa, Afrika, dan intervensi militer internasional.

5. Inggris

Inggris adalah salah satu anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto sejak awal berdirinya PBB. Meskipun kekuatan globalnya tidak sekuat Amerika Serikat atau Rusia, Inggris tetap mempertahankan pengaruhnya di berbagai keputusan internasional, terutama yang berhubungan dengan sekutu-sekutunya di NATO dan negara-negara persemakmuran.

Kiat Jadi Diplomat: Muda Mendunia

Contoh Penggunaan Hak Veto dalam Keputusan Internasional

Negara-negara pemegang hak veto sering menggunakannya untuk melindungi kepentingan nasional mereka atau sekutu-sekutunya. Berikut beberapa contoh nyata penggunaan hak veto yang berdampak besar dalam politik global:

1. Amerika Serikat dan Resolusi tentang Konflik Israel-Palestina

Amerika Serikat adalah negara yang paling sering menggunakan hak vetonya untuk menolak resolusi yang mengkritik Israel. Misalnya, pada tahun 2017, AS memveto resolusi yang menolak keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Resolusi ini sebenarnya didukung oleh 14 dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB, tetapi veto dari AS menyebabkan resolusi tersebut gagal disahkan.

2. Rusia dan Konflik di Suriah

Sejak dimulainya perang saudara di Suriah pada 2011, Rusia telah menggunakan hak vetonya lebih dari selusin kali untuk menolak resolusi yang menekan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Salah satu contohnya adalah pada tahun 2018, ketika Rusia memveto resolusi yang menuntut penyelidikan atas penggunaan senjata kimia di Suriah. Veto ini mencegah PBB mengambil tindakan lebih lanjut terhadap pemerintah Suriah, yang merupakan sekutu Rusia.

3. Tiongkok dan Resolusi tentang Myanmar

Tiongkok sering menggunakan hak vetonya untuk melindungi negara-negara yang dianggap sebagai sekutu atau memiliki kepentingan ekonomi dengannya. Salah satu contoh adalah ketika Tiongkok memveto resolusi Dewan Keamanan PBB pada tahun 2007 yang mengkritik pelanggaran hak asasi manusia oleh junta militer Myanmar. Tiongkok menolak resolusi ini dengan alasan bahwa isu tersebut adalah urusan internal Myanmar dan bukan ranah Dewan Keamanan PBB.

4. Prancis dan Inggris dalam Konflik Libya

Pada tahun 2011, Prancis dan Inggris mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan zona larangan terbang di Libya guna melindungi warga sipil dari serangan pasukan Muammar Gaddafi. Resolusi ini akhirnya disahkan karena tidak ada negara pemegang hak veto yang menolaknya, tetapi Rusia dan Tiongkok memilih untuk abstain. Keputusan ini membuka jalan bagi intervensi militer NATO di Libya, yang kemudian berujung pada jatuhnya rezim Gaddafi.

5. Veto Bersama Rusia dan Tiongkok terhadap Resolusi Sanksi Korea Utara

Pada tahun 2022, Rusia dan Tiongkok memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang bertujuan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Korea Utara setelah negara itu melakukan uji coba rudal balistik. Kedua negara beralasan bahwa sanksi tambahan tidak akan efektif dan hanya akan memperburuk kondisi kemanusiaan di Korea Utara. Veto ini menunjukkan bagaimana kepentingan geopolitik sering kali memengaruhi keputusan di tingkat global.

Kesimpulan

Hak veto merupakan alat politik yang memiliki pengaruh besar dalam dinamika hubungan internasional. Di satu sisi, hak ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan kekuasaan, mencegah keputusan sepihak yang bisa berdampak negatif, dan melindungi kepentingan negara-negara tertentu. Namun, di sisi lain, hak veto seringkali mendapat kritik karena dianggap lebih menguntungkan negara-negara besar, yang cenderung memanfaatkan hak ini untuk memperjuangkan kepentingan nasional mereka, meskipun dapat merugikan kepentingan global secara keseluruhan.

Proses perdebatan mengenai reformasi hak veto pun terus berlanjut, namun belum ada solusi konkret yang dapat diterapkan untuk memperbaikinya. Meskipun ada berbagai pro dan kontra terhadap sistem ini, hak veto tetap menjadi komponen utama dalam struktur politik internasional yang menentukan kebijakan dunia. Oleh karena itu, bagaimana menurut kamu? Apakah hak veto masih relevan di era modern ini, ataukah perlu ada perubahan fundamental dalam cara kerjanya?

Untuk kamu yang ingin lebih memahami topik ini dan banyak hal menarik lainnya, kunjungi Gramedia.com, tempatnya buku-buku terbaik dan koleksi best seller yang pastinya bisa menambah wawasan. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu siap mendampingi perjalanan belajar dan tumbuhmu! Yuk, bersama-sama kita #TumbuhBersama dengan Gramedia.

Penulis: Yasmin

About the author

Adila V M

Gramedia Literasi