Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa – Ketika melaksanakan ibadah puasa, tentu saja kita harus menaati aturan dan syarat yang ada supaya ibadah puasa kita berkah dan mendapatkan rahmat olehNya. Puasa adalah ketika kita diharuskan untuk menahan hawa nafsu yang ada di dalam diri sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat karena Allah SWT.
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang dapat membatalkan puasa yang tengah kita jalani tersebut. Misalnya, pada perempuan yang tengah berpuasa, tiba-tiba dia mengalami haid, maka batal lah puasa yang tengah dijalaninya tersebut.
Lalu, apalagi ya hal-hal yang dapat membatalkan ibadah puasa itu? Yuk simak ulasan berikut ini!
Daftar Isi
Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Puasa
1. Makan dan Minum Secara Sengaja
Ini tentu saja dapat membatalkan puasa karena sejatinya ketika berpuasa adalah kita diharuskan untuk menahan hawa nafsu, baik itu nafsu makan minum dan nafsu berhubungan badan. Nah, jika di tengah-tengah ibadah puasa ini, kita justru dengan sadar makan dan minum, jelas akan membatalkan puasa.
Terdapat dalil Allah SWT mengenai hal tersebut, yakni:
Yang artinya:
“…Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar...” (QS. Al-Baqarah : 187)
Berdasarkan ayat tersebut menjelaskan bahwa kita boleh makan dan minum apa saja sebelum terbitnya fajar. Nah, jika sudah masuk waktu fajar, tentu saja sudah tidak diperbolehkan lagi untuk makan dan minum.
Selain itu, juga terdapat sabda Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa makan dan minum secara sengaja itu tentu dapat membatalkan puasa. Berbeda lagi jika karena lupa. Hal tersebut ditunjukkan pada hadis berikut,
Yang artinya:
“Dari Abu Hurairah ra: Nabi Muhammad SAW bersabda: Siapa saja yang makan karena lupa, padahal ia sedang berpuasa, maka hendaknya ia melanjutkan puasanya, karenanya sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum.” (HR. Bukhari Muslim)
2. Merokok
Seluruh ulama telah sepakat bahwa seseorang yang menghisap rokok ketika melaksanakan ibadah puasa tentu saja puasanya akan menjadi batal. Hal tersebut karena merokok adalah sama saja dengan makan dan minum.
Sebenarnya, terdapat perdebatan mengenai apakah perokok pasif yang hanya menghirup asap rokok itu juga termasuk batal puasanya. Nah, jawabannya adalah tidak batal, karena perokok pasif sama sekali tidak menghirup asap rokok dari sumbernya, melainkan dari asap yang beterbangan di udara dan terhirup ketika tengah bernafas.
3. Muntah
Sama halnya dengan makan dan minum, muntah dapat membatalkan puasa apabila dilakukan secara sengaja. Maka dari itu, apabila tengah sakit, dianjurkan untuk tidak melaksanakan puasa terlebih dahulu.
Bagaimana maksud dari muntah yang disengaja?
Yakni dengan memasukkan jarinya ke dalam tenggorokan hingga mengakibatkan dirinya muntah.
Hal tersebut dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW, yakni:
Yang artinya:
”Orang yang muntah tidak perlu mengqadha’, tetapi orang yang sengaja muntah wajib mengqadha.” (HR. Abu Daud, Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
4. Mengeluarkan Mani
Para ulama telah sepakat apabila seseorang mengeluarkan mani secara tidak sengaja, maka puasanya tidak batal. Hal itu didasarkan pada hadis berikut:
Yang artinya:
Dari Ali bin Abi Thalib ra: Rasulullah SAW bersabda: ”Telah diangkat pena dari tiga orang: Dari anak kecil hingga baligh, dari orang gila hingga waras dan dari orang tidur hingga terbangun.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmizy)
5. Berhubungan Seksual
Berhubungan badan antara laki-laki dan perempuan secara sadar tentu saja menyebabkan puasa yang dijalaninya menjadi batal. Definisi dari berhubungan seksual tersebut yakni:
Yang artinya:
Masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan. (An-Nihayah, Ibnul Atsir, jilid 5 hal. 200)
Jika kemaluan laki-laki masuk ke dalam kemaluan wanita, maka tentu saja puasa yang tengah dijalani keduanya menjadi batal, meskipun tidak keluar mani.
Namun, bagaimana jika orang melakukan hubungan seksual tersebut di siang hari bulan Ramadhan karena lupa bahwa dirinya tengah berpuasa? Menurut ulama, hal tersebut tidak menjadikan batal puasanya. Dengan syarat, keduanya benar-benar lupa, bukan pura-pura lupa.
6. Murtad
Hal ini tentu saja dapat membatalkan puasa karena syarat sah dari puasa yakni beragama Islam. Namun, jika seseorang melakukan murtad, tentu saja dirinya sudah bukan beragama Islam lagi dan tidak sah puasa yang dijalaninya.
Seandainya, seseorang yang telah murtad (keluar dari agama Islam), pada hari itu juga dirinya kembali masuk Islam, maka puasanya akan tetap batal. Hal yang perlu dirinya lakukan adalah mengqadha puasanya pada hari itu meskipun belum sempat makan dan minum.
Penjelasan ini didasarkan pada surat Az-Zumar, yakni sebagai berikut:
Yang artinya,
“Bila kamu menyekutukan Allah (murtad), maka Allah akan menghapus amal-amalmu dan kamu pasti jadi orang yang rugi.” (QS Az-Zumar )
7. Haid atau Nifas
Hal ini akan dialami oleh para wanita yang tengah berpuasa, lalu tiba-tiba dirinya mendapatkan haid, maka otomatis puasa yang dijalaninya akan batal. Meskipun, haid tersebut terjadi menjelang terbenamnya matahari atau hampir waktu berbuka.
Sama halnya dengan wanita yang tengah hamil dan tiba-tiba keluar darah nifas, maka puasa yang dijalaninya akan menjadi batal. Terdapat dua dalil Nabi Muhammad SAW terkait hal ini, yakni:
Yang artinya:
Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah bila wanita mendapat haidh dia tidak boleh shalat dan puasa?“. (HR Muttafaq ‘alaihi)
Yang artinya:
‘Dari Aisyah r.a berkata : “Di zaman Rasulullah SAW dahulu kami mendapat haidh lalu kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintah untuk mengqadha’ salat” (HR. Jama’ah).
8. Gila dan Pingsan
Para ulama telah sepakat bahwa seseorang yang dalam kondisi gila tidak diwajibkan untuk berpuasa. Hal ini karena syarat wajib puasa adalah berakal dan tidak gila. Nah, jika seseorang yang tengah gila ini menjalani puasa, maka puasanya tidak sah. Dirinya diperbolehkan puasa dengan mengqadha pada hari lain jika telah sadar dan sembuh dari penyakit gila tersebut.
Hal-Hal Lain Yang Masih Menjadi Perdebatan
Hal-hal lain yang masih menjadi perdebatan antara batal dan tidaknya puasa ketika hal-hal tersebut dilakukan adalah praktik pengobatan bekam, donor darah, menggunakan semprot asma, dan menerima transfusi darah.
1. Praktik Pengobatan Bekam
Praktik bekam atau hijamah adalah satu pengobatan tradisional, dengan cara mengambil darah seseorang dari pori-pori kulit untuk dikeluarkan penyakitnya. Nah, praktik pengobatan ini masih diperdebatkan oleh beberapa ulama terkait batal atau tidaknya apabila dilakukan ketika tengah berpuasa.

https://www.pexels.com/
Mazhab yang pertama, adalah yang mengatakan bahwa praktik bekam menjadikan puasa kita batal. Mazhab Hanbali berpendapat bahwa orang yang tengah berpuasa lalu tubuhnya dibekam, maka dapat membatalkan puasa mereka, bahkan termasuk puasa orang yang membekamnya. Hal tersebut didasarkan pada hadis berikut ini,
Yang artinya:
Dari Syaddad bin Aus ra, bahwa Rasulullah SAW mendatangi seseorang di Baqi’ yang sedang berbekam di bulan Ramadhan, lalu Beliau bersabda: “Orang yang membekam dan yang dibekam, keduanya batal puasanya.” (HR. Abu Dawud, Tirmizi, dan Ahmad)
Kemudian, mazhab yang kedua adalah yang menyatakan bahwa praktik bekam ini tidak menjadikan puasa kita batal. Jumhur ulama (Hanafi, Maliki, Syafi’i) berpendapat bahwa praktik pengobatan bekam tidak membatalkan puasa. Hal tersebut didasarkan pada hadis yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW juga pernah menjalani praktik bekam ketika Beliau tengah ihram dan puasa.
Yang artinya:
“Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW pernah berbekam dalam keadaan ihram dan pernah pula berbekam dalam keadaan puasa.” (HR. Bukhari)
2. Donor Darah
Dalam hal ini, para ulama yang berbeda pendapatnya terkait praktik donor darah ketika berpuasa adalah sama dengan pembahasan praktik bekam.
Pada mazhab pertama yang menyatakan praktik donor darah tidak membatalkan puasa dikemukakan oleh para ulama kontemporer, yakni Syaikh Abdurrahman Jabnakah alMaidani, Syaikh Yusuf al-Qaradhawi, Syaikh Wahbah az-Zuhaili, Syaikh Mahmud ‘Uwaidhah, dan Syaikh Muhammad Jabr al-Ulfy.
Para ulama tersebut sepakat bahwa pengambilan darah dari orang yang tengah berpuasa, dengan maksud untuk pemeriksaan medis saja tidaklah membatalkan puasa. Hal tersebut apabila darah yang diambil adalah dari pembuluh darah vena atau arteri dengan menggunakan spuit atau vacutainer.
Selanjutnya, pada mazhab kedua yang menyatakan praktik donor darah dapat membatalkan puasa dikemukakan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz, dan Syaikh al-‘Utsaimin.
3. Menggunakan Semprot Asma

https://pixabay.com/
Pada mazhab pertama, yakni yang menyatakan penggunaan semprot asma itu tidaklah membatalkan puasa, dikemukakan oleh sebagian ulama kontemporer. Sebut saja Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad al-’Utsaimin, Syaikh Yusuf al-Qaradhawi, Dr. Haitsam Khayyath, Syaikh Abdullah al-Bassam, Syaikh Faishal Maulawi, Dr. Ahmad al-Khalil, dan Lajnah Dai’mah li al-Ifta’ Kerajaan Saudi Arabi,
Para ulama ini berpendapat bahwa penggunaan obat asma yang disemprotkan ke dalam mulut tidaklah membuat batal puasa.
Sementara itu, pada mazhab kedua, yakni yang menyatakan penggunaan semprot asma itu menyebabkan puasa kita batal, dikemukakan oleh sebagian ulama kontemporer lainnya. Sebut saja Syaikh Muhammad al-Mukhtar as-Sulaami (Mufti Tunisia), Syaikh Mahmud Abdul Lathif ’Uwaidhah, Syaikh Wahbah az-Zuhaili, Syaikh Taqi al-’Utsmani, dan Syaikh Fadhl Hasan ’Abbas.
Para ulama ini berpendapat bahwa penggunaan obat semprot asma yang caranya disemprotkan ke dalam mulut justru dapat membatalkan ibadah puasa.
4. Menerima Transfusi Darah
Hal ini karena proses transfusi darah adalah menggunakan suntik pada pembuluh darah. Maka dari itu, terdapat perdebatan mengenai apakah batal atau tidak puasa yang dijalankannya.
Pada mazhab pertama, yakni mengemukakan bahwa transfusi darah itu tidak membatalkan puasa. Para ulama tersebut adalah Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Abdulllah al-Bassam, dan Syaikh Wahbah az-Zuhaili.
Sementara itu, pada mazhab kedua, yakni mengemukakan bahwa transfusi darah itu dapat membatalkan puasa. Para ulama ini adalah Syaikh Muhammad Bukhait al-Muthi’i, Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Sayyid Sabiq, Syaikh al- ‘Utsaimin, Syaikh Mahmud Abdul Lathif ‘Uwaidhah, dan putusan Majma’ al-Fiqh al-Islami (dalam buku seputar fiqih kedokteran).
Nah, itulah hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Kebanyakan, hal-hal tersebut akan jelas membatalkan puasa apabila dilakukan dengan sengaja. Maka dari itu, jika kita hendak berpuasa, niatlah dengan sungguh-sungguh karena Allah Lillahi Ta’ala.
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
- Ayat Al-Qur'an Tentang Surga Dan Neraka
- Aqidah
- Biografi Sunan Kalijaga
- Doa Membayar dan Menerima Zakat Fitrah
- Dakwah
- Nasab
- Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia dan Fotonya
- Pengertian Toleransi Dalam Islam
- Penjelasan Rukun Iman dan Rukun Islam Lengkap
- Tokoh Ilmuwan Islam (Muslim)
- Rukun Jual Beli Dalam Islam dan Syaratnya
- Rekomendasi Cerita Anak Islami Untuk Menjadi Teladan Yang Baik
- Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
- Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera
- Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
- Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
- Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
- Kerajaan Islam di Indonesia
- Sejarah Kerajaan Mataram Islam
- Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam
- Iqlab
- Sistem Ekonomi Islam
- Kisah Nabi Adam
- Zakat Fitrah dan Zakat Mal
- Iman Kepada Malaikat Allah
- Kisah 25 Nabi dan Rasul
- Musyarakah
- Nafsu
- Doa Kelahiran Anak
- Rukun haji, Pengertian Haji, dan Hukum Haji
- Doa Akhir Tahun Islam
- Doa Zakat Fitrah
- Doa Setelah Adzan
- marah Dalam Islam
- Sifat Mustahil Bagi Allah
- Sholat Jamak
- Sholat Isya
- Sholat Hajat
- Musyrik
- Niat Puasa Qadha Ramadhan
- Hukum Syara
- Hikmah Sholat
- Kumpulan Doa Sehari-Hari
- Manhaj
- Perbedaan Haji dan Umroh
- Peristiwa Turunnya Al-Qur'an
- Penyakit Ain
- Pengertian Isra Mi'raj
- Tugas Malaikat
- Hadist Tentang Menuntut Ilmu
- Sifat Jaiz Rasul
- Syirkah Inan
- Strategi Dakwah Wali Songo
- Strategi Dakwah Sunan Kalijaga
- Strategi Dakwah Sunan Ampel
- Fungsi Hadist
- Hadits Kebersihan
- Tarekat
- Zina
Sumber:
Ansory, Isnan. (2019). Pembatal Puasa Ramadhan dan Konsekuensinya. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.
Sarwat, Ahmad. (2018). Puasa: Syarat, Rukun, Yang Membatalkan. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.