Bahasa Indonesia

Mengenal Berbagai Jenis Karya Sastra dan Fungsinya!

Written by Fandy

Fungsi dan Jenis Karya Sastra—Karya sastra merupakan hasil ungkapan ekspresi manusia yang berwujud karya tulis maupun lisan berdasarkan pendapat, pemikiran, pengalaman, dan perasaan yang imajinatif atau nyata. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan seni kreatif berobjek manusia atau kehidupannya yang memakai bahasa sebagai medianya.

Dirgantara (2011) dalam buku bertajuk Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia menyebutkan jika sastra merupakan salah satu kegiatan seni yang memakai simbol dan bahasa sebagai alat. Sastra adalah getaran jiwa yang diwujudkan dalam bahasa yang indah.

Sementara itu, Suhita dan Purwahida (2018) dalam kajian berjudul Apresiasi Sastra Indonesia dan Pembelajarannya mengatakan bahwa sastra adalah gejolak emosional atau objek penulisnya dalam mengungkapkan perasaannya, yaitu sedih, bahagia, gembira, putus asa, dan sebagainya.

Sastra adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu shaastra, yang berarti “teks yang mengandung pedoman dan instruksi”. Sastra dikategorikan menjadi sastra tulisan dan lisan. Kelompok masyarakat yang belum mengenal huruf tidak memiliki sastra tertulis, hanya tradisi lisan.

Menurut pendapat tersebut, dapat disimpulkan jika sastra adalah suatu karya yang tercipta dari perasaan seseorang dalam menjalani kehidupan sosialnya, kemudian disusun secara sistematis dan disampaikan kepada orang lain secara lisan maupun tertulis.

Definisi terkait sastra tersebut dapat dijumpai secara menyeluruh dalam buku berjudul Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia yang disusun oleh Yuana Agus Dewantara.

Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia

Buku ini berisi kumpulan artikel dan makalah yang ditulis oleh Yuana Agus Dirgantara terkait banyak hal dalam bingkai pendidikan bahasa, sastra dan budaya Indonesia. Selain materi yang disampaikan dalam makalah-makalah itu, hal lain yang patut dicermati adalah semangat untuk menulis maupun berbagi gagasan.

 

Pengertian Karya Sastra

Secara etimologi, karya sastra yang ada dan berkembang di kehidupan masyarakat Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu shaastra. Shaastra sendiri berasal dari kata dasar śās- atau shaas- yang dapat diartikan dengan mengajar, mengarahkan, memberikan instruksi atau petunjuk dan tra yang dapat diartikan dengan sarana atau alat.

Sebagai salah satu sarana, sastra berfungsi untuk menyampaikan pembelajaran kepada anak-anak. Pembelajaran itu berhubungan dengan budi pekerti maupun nilai-nilai luhur dan budaya dalam suatu masyarakat, umumnya diutarakan secara lisan oleh para orang tua yang memiliki cerita.

Karya sastra juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kebaikan. Pesan-pesan yang ada di dalam karya sastra diutarakan oleh pengarang secara jelas atau tersirat secara halus.

Karya dapat diibaratkan dengan potret kehidupan. Namun, “potret” yang dimaksud berbeda halnya dengan cermin karena di dalamnya mengandung pandangan subjektif pengarang. Ekspresi pengarang itu diutarakan melalui karya sastra.

Seorang pengarang menyampaikan pandangannya mengenai kehidupan yang ada di lingkungan sekitarnya. Sastra lantas dituliskan dengan penuh penghayatan maupun sentuhan jiwa yang disusun dalam imajinasi karya tersebut. Terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang sering kali ditemukan dalam suatu karya sastra.

Karya sastra memakai kata-kata sebagai medianya, sehingga memunculkan imaji lingustik. Seseorang yang membaca karya sastra harus mengapresiasi karya tersebut. Artinya, dirinya harus berusaha menemukan berbagai nilai kehidupan yang tercermin di dalamnya.

Apresiasi merupakan kegiatan mengenali, menilai, dan menghargai bobot seni dan nilai seni. Suatu apresiasi biasanya tidak hanya berwujud hal-hal yang positif saja, melainkan juga dapat negatif. Target pokok dalam kegiatan apresiasi adalah nilai suatu karya seni.

Apresiasi sastra di sinilah dapat dikatakan sebagai kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-sungguh. Dalam proses pengakraban itulah terjadi suatu pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan penerapan.

Seorang sastrawan di sisi lain setidaknya dapat menggugah para pembacanya supaya lebih banyak menikmati karya sastra, mendorong dalam mengapresiasi dan berkarya, serta mengembangkan intelektualitas, khususnya melalui musikalisasi puisi dan menulis cerita pendek.

Salah satu pertanyaan yang muncul dari permasalahan ini, yaitu “Apakah menikmati dan mengapresiasi sastra merupakan sesuatu yang sulit bagi seseorang? Apakah hal itu memerlukan persiapan khusus?”

Tidak semua orang dapat menikmati karya sastra, bahkan kemungkinan lebih sedikit orang yang benar-benar dapat mengapresiasi sastra secara pantas, menyelami kedalamannya, dan mengambil makna dari bacaannya.

 

Berbagai permasalahan tersebut dikupas secara komprehensif di dalam buku Apresiasi Sastra Indonesia dan Pembelajarannya ini. Penjelasan terkait apresiasi sastra Indonesia dipaparkan secara jernih, sekaligus mengajak para pembacanya semakin tergugah menyelami khazanah sastra melalui empat hal pokok, yaitu konsep dasar apresiasi, ragam bentuk ekspresi apresiasi, teknik evaluasi, dan industri kreatif puisi dan prosa fiksi.

Buku ini dapat mengubah pembaca yang awalnya kurang menyukai sastra Indonesia menjadi lebih tertantang untuk mengeksplorasinya secara mendalam.

Apresiasi Sastra Indonesia Dan Pembelajarannya

Sastra memang tulisan yang bernilai estetik, tetapi tidak berarti jika pandangan itu dapat menjabarkan pengertian dari sastra secara menyeluruh. Karya sastra mempunyai fungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide seorang penulis prosa, puisi, dan drama.

Ide-ide dari penulis itu dapat berwujud kritik sosial, politik, dan budaya yang berhubungan dengan berbagai permasalahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Endraswara (2019) menyebutkan jika karya sastra imajinatif merupakan karya sastra yang dalam proses penyusunannya memang menekankan berbagai hal yang menjadi suatu fakta. Unsur-unsur kefaktaannya memang menjadi penekanan pokok. Salah satu contoh yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat adalah fenomena sosial dan permasalahan kasta.

Suatu karya sastra menyampaikan kritik sosial kepada masyarakat pembaca dengan memakai bahasa sebagai medianya. Upaya menuangkan gagasan atau ide melalui karya sastra dapat dikatakan merupakan upaya kreatif seorang penulis untuk mengajak pembacanya mendiskusikan berbagai isu dan permasalahan yang sedang terjadi.

Menurut Suhita dan Purwahida (2018), karya sastra yang dituliskan merupakan ungkapan berbagai permasalahan manusia mengenai makna kehidupan dan penderitaan manusia. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan jika karya sastra adalah ide, pengalaman, pemikiran, dan gagasan yang muncul karena dorongan dari manusia untuk berinteraksi di lingkungan masyarakat, yang lantas bergabung dengan berbagai pemikiran imajinatif.

Secara sederhana, sastra dapat berwujud bahasa yang masih tersimpan di dalam pemikiran manusia, yang lantas dituangkan untuk membuat suatu karya sastra. Karya sastra itu dapat berwujud pengalaman pribadi seseorang mengenai suatu peristiwa yang ada di sekitar kehidupannya.

 

Fungsi Karya Sastra

(Sumber foto: pexels.com)

Selama ini, kita hanya mendengarkan karya sastra berdasarkan pengertian dan bentuknya saja. Namun, karya sastra ternyata mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi Estetis

Jika kalian perhatikan dan amati, karya sastra sebenarnya tidak sekadar menyampaikan pesan saja, tetapi juga dapat berfungsi estetis. Fungsi tersebut umumnya dapat kalian temukan di dalam pemilihan diksi atau bahasa yang unik dan penuh makna.

2. Fungsi Etis

Karya sastra juga mengandung fungsi etis atau fungsi moral dan etika. Tidak dapat dipungkiri jika isi suatu karya sastra tidak akan jauh dari moral dan etika yang berlaku pada zamannya. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan antara karya sastra lama dengan karya sastra modern.

Sebagai contoh, bandingkanlah karya Serat Centhini dengan karya sastra modern saat ini. Karya sastra lama seperti halnya Serat Centini mengandung etika dan moral saat itu. Tentu saja hal itu pasti akan jauh berbeda dengan etika dan kandungan moral karya sastra saat ini.

3. Fungsi Didaktis

Fungsi didaktis merupakan fungsi yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Nah, para pembaca karya sastra diharapkan tidak sekadar terhibur dari penulisan alur maupun pesan cerita di dalamnya. Namun, juga dapat mengambil berbagai pelajaran dari bacaan tersebut. Wujud pelajaran yang dimaksudkan dapat beragam, tergantung dari penangkapan maupun kemampuan berpikir analisis masing-masing pembacanya.

4. Fungsi Reflektif

Fungsi reflektif merupakan fungsi untuk mendeskripsikan kehidupan melalui karya sastra, yang masih relevan dan menunjukkan realitas sosial-budaya yang sedang dituliskan. Fungsi tersebut juga dapat kalian jumpai dalam berbagai karya sastra lama yang measih memakai bahasa Sanskerta. Berdasarkan segi ceritanya, ada banyak sekali karya sastra yang menggambarkan realitas sosial dan budaya yang terjadi saat itu.

5. Fungsi Rekreatif

Fungsi yang terakhir adalah sebagai sarana hiburan. Jadi, karya sastra bukan bersifat seperti halnya buku pendidikan atau buku ajar. Seorang pembaca dapat menikmati, tertawa, dan menangis ketika membaca karya sastra.

 

Jika ditinjau dari kelima fungsi di atas, karya sastra ternyata mempunyai banyak sekali fungsi yang sebenarnya tidak sekadar menguntungkan penulisnya saja. Namun, juga menguntungkan untuk para pembacanya.

 

Jenis-jenis Karya Sastra

(Sumber foto: pexels.com)

Tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra itu tidak hanya sekadar mempunyai satu jenis saja. Namun, juga mempunyai turunan karya sastra yang lain. Nah, kamu mungkin saja penasaran dengan berbagai jenis karya sastra itu? Langsung saja, simak uraian berikut ini hingga tuntas!

Menurut periode waktunya, karya sastra dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sastra lama dan modern. Contoh karya sastra lama adalah legenda, mite, karmina, dongeng, hikayat, gurindam, pantun, syair, seloka, dan talibun. Sementara itu, contoh karya sastra modern adalah puisi, novel, cerpen, dan drama.

Karya sastra juga dapat dikenal dalam berdasarkan bentuknya, yaitu fiksi dan nonfiksi. Jenis karya sastra fiksi meliputi puisi, prosa, puisi, dan drama, sedangkan karya sastra nonfiksi meliputi esai, biografi, autobiografi, dan kritik sastra.

Endraswara (2019) dalam buku berjudul Teori Sastra Masa Depan: Tokoh, Konsep, dan Aplikasi menguraikan setidaknya ada tiga jenis karya sastra, yaitu yaitu puisi, prosa dan drama.

1. Puisi

Siapa di antara kalian yang tidak mengenal puisi? Puisi ternyata termasuk ke dalam karya sastra. Berdasarkan cara penyampaiannya, puisi dituliskan lebih singkat dan padat. Selanjutnya, puisi dituliskan dengan memakai rima dan irama sebagai salah satu ciri khasnya. Sementara itu, pemilihan diksi dalam puisi banyak memakai bahasa kiasan atau majas.

2. Prosa Naratif

Prosa naratif juga disebut dengan prosa fiksi. Prosa tersebut lebih menonjolkan berbagai kisah tokoh-tokoh tertent sesuai dengan latar dan tahap cerita yang diambil dari cerita fiktif dari penulisnya. Prosa naratif dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Novel

Siapa di antara kalian yang tidak mengetahui novel? Pastinya banyak di antara kalian yang sudah tahu dengan novel. Novel merupakan prosa naratif yang dituliskan panjang, bisa mencapai lebih dari 100 halaman. Nah, untuk teknis penulisannya, kalian terlebih dahulu harus menguasai unsur intrinsik dan ekstrinsik.

b. Roman

Istilah romah mungkin masih terdengar asing untuk generasi muda saat ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), roman merupakan prosa yang menceritakan watak si tokoh dalam suatu cerita. Berdasarkan segi panjang pendeknya, roman juga mempunyai kisah cerita yang cukup panjang seperti halnya dengan novel.

c. Cerita Pendek

Cerita pendek lebih dikenal dengan cerpen. Cerpen banyak sekali ditemukan di berbagai majalah, surat kabar, dan situs media sosial. Cerpen ada yang dituliskan hanya 10 halaman, bahkan kurang dari 1,5 halaman. Jika novel dapat menceritakan lebih dari satu kisah tokoh, cerpen hanya berfokus menceritakan atau mengisahkan satu tokoh saja.

3. Drama

Drama yang sering kita nikmati bersama melalui audio visual ternyata juga termasuk ke dalam karya sastra. Drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis untuk dipentaskan di panggung. Jadi, terdapat perbedaan dengan berbagai karya sastra tertulis yang telah disebutkan di atas.

Itulah beberapa jenis-jenis karya sastra. Jika dilihat beberapa jenis di atas, sebenarnya kalian sudah pernah menikmati, membaca, dan menyaksikannya. Ketika mendengar kata sastra, hal pertama yang terlintas di pikiran para akademisi dan sastrawan memang akan berbeda halnya dengan masyarakat umum.

Sastra bagi masyarakat umum biasanya identik dengan suatu karya sastra, seperti puisi, cerpen, dan novel. Hal tersebut tentu berbeda dengan para akademisi maupun sastrawan yang memandang sastra sebagai ladang ilmu pengetahuan. Bagi seseorang yang memang menggeluti dunia sastra, kata sastra itu sendiri memiliki arti lebih dari sekadar sebuah karya, yaitu ilmu pengetahuan yang mampu memengaruhi perkembangan peradaban manusia.

 

Teori Sastra Masa Depan yang disusun oleh Suwardi Endraswara ini adalah buku yang memuat beberapa teori sastra dengan memaparkan setidaknya sebagian dari seluruh biografi kehidupan pencetus teori-teori sastra, mulai dari teori dialektika sastra yang berasal dari pemikiran Socrates, posthumanisme sastra yang digagas oleh Plato, teori interdisipliner sastra yang dipopulerkan oleh Rene Wellek, dan intertekstual sastra yang dipresentasikan oleh Julia Kristeva.

Teori Sastra Masa Depan

Buku yang dihimpun dari kumpulan tulisan ini rupanya hadir dengan semangat untuk menghadirkan khazanah baru. Buku ini menyajikan teori-teori pengkajian, penelitian, dan pembahasan sastra secara komprehensif sebagai bahan bacaan atau rujukan yang layak menjadi pegangan para akademisi maupun sastrawan di tanah air. Buku setebal 306 halaman ini disusun untuk memudahkan para penggelut sastra maupun akademisi dalam menemukan pembahasan sastra dan menjadikannya rujukan dan pegangan yang layak.


Itulah artikel terkait “Definisi dan Jenis-Jenis Karya Sastra” yang dapat kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

 

Rujukan

  • Dirgantara, Yuana Agus (2011). Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia. Sleman: Garudhawaca.
  • Endraswara, Suwardi (2019). Teori Sastra Masa Depan: Tokoh, Konsep, dan Aplikasi. Malang: Penerbit Beranda.
  • Suhita, Sri; Purwahida, Rahmah (2018). Apresiasi Sastra Indonesia dan Pembelajarannya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Penulis: Fandy Aprianto

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.