Sejarah

Kelebihan dan Kekurangan Orde Lama, Lengkap Beserta Penjelasannya

Written by Laila

Orde Lama merupakan periode awal kemerdekaan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, adalah era yang penuh semangat dan ideologi yang membentuk identitas bangsa Indonesia.

Pada masa ini, Indonesia berusaha menetapkan jati diri, dengan beragam visi besar dalam pembangunan, politik, dan hubungan internasional. Namun, dibalik pencapaian dan cita-cita yang kuat, Orde Lama juga diwarnai dengan berbagai tantangan yang membebani perekonomian dan kestabilan politik. Apa saja kah kelebihan dan kekurangan dari periode ini? Mari kita kupas melalui penjelasan di bawah ini.

 

Daftar Isi

Kelebihan Orde Lama

Berikut adalah beberapa kelebihan utama dari pemerintahan Orde Lama pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno:

1. Penguatan Identitas Nasional dan Persatuan

Pemerintahan Soekarno menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa melalui konsep Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu.” Soekarno berhasil menanamkan semangat nasionalisme yang tinggi dan kebanggaan terhadap identitas Indonesia. Ia berusaha mengikis sisa-sisa kolonialisme dan menumbuhkan rasa persaudaraan di antara berbagai suku, agama, dan budaya di Indonesia.

2. Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Salah satu prestasi besar Orde Lama adalah sikap anti-kolonial yang tegas di bawah kepemimpinan Soekarno. Soekarno mendorong berbagai gerakan internasional untuk melawan kolonialisme, seperti Konferensi Asia-Afrika pada 1955 yang diadakan di Bandung.

Hal ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang mendukung kemerdekaan bangsa-bangsa lain, serta sebagai pemimpin Gerakan Non-Blok yang menentang dominasi negara adidaya Barat dan Timur.

3. Integrasi Irian Barat ke Wilayah Indonesia

Soekarno berhasil mengintegrasikan Irian Barat (Papua) ke dalam wilayah Indonesia setelah perjuangan diplomatik dan militer melawan Belanda.

Melalui operasi militer dan diplomasi intensif, Irian Barat resmi menjadi bagian Indonesia pada 1 Mei 1963. Integrasi ini dianggap sebagai keberhasilan besar yang melambangkan tekad kuat dalam mempertahankan keutuhan wilayah negara.

4. Pembangunan Dasar Sistem Politik Demokrasi Terpimpin

Pada masa ini, Soekarno memperkenalkan konsep Demokrasi Terpimpin, yang meskipun kontroversial, bertujuan untuk menciptakan sistem politik yang lebih stabil di tengah konflik antarpartai yang terjadi selama era demokrasi parlementer.

Sistem ini menempatkan Presiden sebagai pemimpin yang lebih dominan, untuk meredam perpecahan politik yang dinilai mengganggu pembangunan dan persatuan nasional. Walau berbeda dengan demokrasi modern, konsep ini mencerminkan upaya menyesuaikan demokrasi dengan konteks dan tantangan yang dihadapi Indonesia saat itu.

5. Semangat Revolusi dan Ideologi Nasakom

Soekarno berhasil mempersatukan elemen-elemen besar dalam masyarakat Indonesia, yaitu Nasionalis, Agama, dan Komunis, di bawah konsep Nasakom. Hal ini memberikan ruang bagi berbagai kelompok besar untuk bersama-sama berperan dalam pembangunan nasional, mengurangi konflik dan polarisasi yang bisa memecah belah bangsa. Nasakom juga dianggap sebagai pendekatan unik yang menyeimbangkan berbagai pandangan ideologi yang berbeda.

6. Peran Internasional dan Hubungan yang Luas dengan Negara Berkembang

Orde Lama menempatkan Indonesia sebagai pemimpin bagi negara-negara berkembang, khususnya melalui Konferensi Asia-Afrika dan Gerakan Non-Blok. Posisi ini menguatkan peran Indonesia di mata dunia sebagai pendukung kemerdekaan bangsa-bangsa lain, sehingga negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin memandang Indonesia sebagai teladan dalam memperjuangkan kedaulatan dan kemerdekaan.

7. Pembentukan Semangat Revolusi Sosial untuk Kesejahteraan Rakyat

Di bawah Soekarno, semangat revolusi yang disebarkan ke seluruh pelosok negeri bertujuan menciptakan kesadaran rakyat akan pentingnya kemerdekaan yang nyata. Pemerintahan Orde Lama mengampanyekan bahwa kemerdekaan bukan hanya terbebas dari penjajah, tetapi juga usaha terus-menerus meningkatkan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Semangat ini membantu rakyat memahami pentingnya berkontribusi dalam proses pembangunan.

 

Kekurangan Orde Lama

Kekurangan pemerintahan Orde Lama yang berlangsung antara 1945 dan 1966 di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno cukup kompleks dan mencakup berbagai aspek, terutama yang berkaitan dengan stabilitas politik, ekonomi, dan sosial. Berikut adalah kekurangan pemerintahan Orde Lama secara rinci:

1. Ketidakstabilan Ekonomi yang Parah

Tingginya inflasi membuat nilai tukar rupiah yang terus melemah, serta harga kebutuhan pokok yang melambung menyebabkan kesulitan ekonomi bagi rakyat.

Saat itu, pemerintah Orde Lama tidak memiliki strategi ekonomi yang kuat, sehingga pembangunan sektor ekonomi, terutama infrastruktur dan industri, tidak berjalan lancar, sehingga berdampak pada tingkat kemiskinan dan pengangguran yang semakin tinggi.

2. Sentralisasi Kekuasaan dan Demokrasi yang Terbatas

Dalam sistem Demokrasi Terpimpin, Soekarno memiliki kekuasaan yang sangat dominan. Lembaga legislatif seperti DPR dan MPR menjadi kurang berfungsi karena segala keputusan politik utama berada di tangan presiden.

Ketika Soekarno beralih dari demokrasi parlementer ke Demokrasi Terpimpin pada 1959, peran masyarakat dalam pengambilan keputusan politik menjadi berkurang, serta prinsip-prinsip demokrasi pun diabaikan.

3. Konflik Ideologi dan Ketegangan Sosial

Orde Lama mengusung Nasakom, yaitu perpaduan antara nasionalis, agama, dan komunis, dengan tujuan menyatukan berbagai kelompok besar di Indonesia. Namun, penerapan Nasakom justru menimbulkan ketegangan dan konflik antara kelompok nasionalis, militer, dan komunis (PKI).

Konflik internal ini mencapai puncaknya pada tahun 1965 dengan peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang berujung pada kekerasan antarkelompok.

Sumber foto: kompasiana.com

4. Kebijakan Luar Negeri yang Konfrontatif

Indonesia menerapkan kebijakan luar negeri yang anti-Barat, yang terlihat jelas dalam Konfrontasi dengan Malaysia dan kedekatan dengan blok sosialis, seperti Uni Soviet dan Tiongkok.

Sementara Indonesia memperjuangkan “politik bebas aktif,” pendekatan konfrontatif ini menyebabkan negara mengalami isolasi dari hubungan internasional, memutus jalur kerja sama dengan negara-negara Barat yang sebenarnya dapat memberikan dukungan ekonomi.

5. Minimnya Fokus pada Pembangunan Infrastruktur

Pemerintahan Orde Lama cenderung lebih berfokus pada perjuangan ideologis dan nasionalisme daripada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Akibatnya, pembangunan infrastruktur, baik jalan, fasilitas pendidikan, maupun layanan kesehatan, tidak terlaksana dengan baik. Ini berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

6. Ketergantungan pada Dukungan Militer yang Tidak Stabil

Soekarno mengandalkan dukungan militer untuk menjaga stabilitas, tetapi kekuasaan militer juga memicu konflik internal, terutama saat dukungan terhadap PKI meningkat.

Ketergantungan ini menyebabkan ketidakharmonisan dalam tubuh militer dan pemerintah, sehingga kestabilan keamanan menjadi rentan.

7. Kurangnya Pengelolaan Keuangan yang Baik

Tidak adanya perencanaan keuangan yang matang mengakibatkan hutang negara yang besar serta ketidakseimbangan anggaran yang berlarut-larut. Pemerintahan Orde Lama kurang mengedepankan disiplin anggaran, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam pengeluaran dan pemasukan negara.

8. Aksi Revolusioner yang Merugikan Stabilitas Nasional

Semangat revolusi yang diusung Soekarno memotivasi rakyat, tetapi dalam praktiknya, kebijakan ini lebih sering memicu ketidakstabilan politik dan ekonomi. Aksi konfrontasi dan perjuangan yang berlebihan tanpa fondasi ekonomi yang kokoh justru memperburuk kondisi dalam negeri.

Buku Sejarah: Buku Peminatan IPS Premium Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016 untuk SMA/MA Kelas X

 

Apa itu Orde Lama?

Sumber foto: kompas.com

Orde Lama adalah merujuk pada periode pemerintahan pertama Indonesia yang berlangsung dari kemerdekaan pada tahun 1945 hingga jatuhnya Presiden Soekarno pada 1966. Di bawah kepemimpinan Soekarno, Orde Lama fokus membentuk identitas nasional dan mengarahkan Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri dan bebas dari pengaruh kolonial serta kekuatan asing.

Era ini ditandai oleh gagasan kuat tentang nasionalisme, anti-imperialisme, dan kebijakan politik luar negeri nonblok yang menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak memihak pada kekuatan Barat maupun Timur dalam konteks Perang Dingin.

Namun, masa ini juga diwarnai oleh ketegangan politik dan ekonomi yang semakin meningkat, serta konflik ideologi antara kelompok nasionalis, agama, dan komunis yang memuncak dengan peristiwa politik besar di tahun 1965.

 

Ciri-Ciri Pemerintahan Orde Lama

Pemerintahan Orde Lama bawah kepemimpinan Presiden Soekarno memiliki beberapa ciri khas yang menonjol dan membedakannya dari masa-masa pemerintahan setelahnya. Berikut adalah ciri-ciri utama dari pemerintahan Orde Lama:

1. Dominasi Ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom)

Presiden Soekarno mengembangkan konsep Nasakom sebagai cara menyatukan tiga kekuatan besar di Indonesia: nasionalis, agama, dan komunis. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan di antara kelompok-kelompok besar dalam masyarakat untuk mencegah perpecahan.

Meskipun demikian, penerapan Nasakom menyebabkan ketegangan politik, terutama dengan munculnya persaingan tajam antara kelompok nasionalis, militer, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

2. Sentralisasi Kekuasaan pada Presiden

Soekarno memegang kekuasaan yang sangat besar pada saat itu. Ia mengubah sistem pemerintahan dari demokrasi parlementer menjadi demokrasi terpimpin pada tahun 1959, di mana keputusan utama berada di tangan presiden.

Dalam sistem ini, lembaga legislatif seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memiliki peran yang terbatas, sehingga proses demokrasi berkurang dan keputusan lebih banyak bersifat sepihak.

3. Pengaruh Besar Militer dan Politik Luar Negeri yang Anti-Barat

Indonesia saat itu memprioritaskan politik luar negeri yang berorientasi pada Blok Timur, yang berseberangan dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Pemerintahan Soekarno lebih dekat dengan Uni Soviet dan Tiongkok.

Selain itu, militer memegang peran penting dalam pemerintahan dan kerap digunakan untuk menjaga stabilitas dalam negeri serta menjalankan kebijakan politik tertentu.

4. Konflik Internal dan Ketidakstabilan Ekonomi

Konflik antarpartai politik dan ketidakstabilan ekonomi sangat menonjol di era Orde Lama. Tingginya inflasi, lemahnya nilai tukar rupiah, dan kemiskinan yang meluas mengakibatkan kondisi ekonomi yang sulit. Kebijakan yang tidak efektif serta konflik antara kelompok politik menyebabkan situasi ekonomi semakin memburuk, sehingga pemerintah kesulitan membiayai pembangunan.

5. Gairah untuk Revolusi Sosial dan Pembebasan Nasional

Soekarno menciptakan suasana politik yang dipenuhi semangat revolusi untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri dan berdaulat penuh.

Beliau sering menyampaikan pidato-pidato dengan penuh semangat, menginspirasi rakyat untuk melawan kolonialisme dan imperialisme. Cita-cita ini juga tercermin juga dalam kebijakan agresif seperti Konfrontasi dengan Malaysia dan upaya merebut Irian Barat.

6. Minimnya Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi yang Terencana

Fokus utama Orde Lama lebih banyak pada perjuangan ideologis dan politik internasional, sehingga pembangunan ekonomi dan infrastruktur tidak berkembang optimal.

Rencana-rencana pembangunan jangka panjang kurang dijalankan secara konsisten. Akibatnya, banyak sektor seperti pertanian, industri, dan pendidikan yang terabaikan, sehingga taraf hidup rakyat tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Kiprah Politik Soekarno

 

Pengaruh Orde Lama Terhadap Era-Orde Berikutnya

Sumber foto: kompas.com

Orde Lama memiliki pengaruh signifikan terhadap masa pemerintahan berikutnya, yaitu Orde Baru, dan seterusnya dalam beberapa aspek utama, yaitu:

1. Penguatan Sentimen Nasionalisme

Orde Lama di bawah Soekarno menanamkan nasionalisme yang kuat sebagai identitas bangsa. Kebijakan seperti “Berdikari” (berdiri di atas kaki sendiri) memotivasi kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada pihak asing.

Warisan ini berlanjut pada Orde Baru, yang juga mengadopsi pendekatan nasionalistik dalam kebijakan ekonomi, tetapi dengan perubahan strategi untuk mengundang investasi asing secara terkontrol.

2. Dasar Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Prinsip politik luar negeri bebas aktif yang dicetuskan pada era Orde Lama menjadi pilar dalam politik luar negeri Indonesia pada era-era setelahnya.

Meskipun gaya pendekatannya berbeda, Orde Baru tetap melanjutkan sikap nonblok namun lebih moderat dan terbuka terhadap negara Barat. Hal ini tetap menjadi prinsip dasar Indonesia dalam hubungan internasional hingga saat ini.

3. Penolakan terhadap Komunisme dan Pengaruh Ideologi

Krisis ideologi yang memuncak di akhir Orde Lama, terutama dengan adanya Gerakan 30 September (G30S) yang melibatkan PKI, menyebabkan penolakan luas terhadap komunisme.

Pada masa Orde Baru, pengaruh komunisme dilarang secara ketat. Sikap ini juga membentuk pendekatan Indonesia terhadap ideologi hingga kini, dengan kontrol yang ketat terhadap paham yang dianggap berpotensi merusak stabilitas nasional.

4. Pembentukan Demokrasi Terpimpin sebagai Cikal Bakal Sentralisasi Kekuasaan

Sistem Demokrasi Terpimpin pada Orde Lama mengutamakan sentralisasi kekuasaan di tangan presiden. Ini menjadi dasar bagi Orde Baru untuk lebih lanjut menegakkan kekuasaan eksekutif yang kuat, yang didukung oleh militer sebagai penopang stabilitas.

Namun, pendekatan ini juga menjadi sumber dari pengekangan kebebasan politik dan kebebasan berpendapat, yang baru dikoreksi setelah masa Reformasi.

5. Pengembangan Infrastruktur sebagai Tugas Pemerintah

Meskipun infrastruktur pada masa Orde Lama masih terbatas, konsep bahwa negara harus berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur menjadi inspirasi bagi Orde Baru.

Orde Baru melanjutkan gagasan ini dengan skala lebih besar, berfokus pada pembangunan yang merata. Pembangunan infrastruktur ini membuka peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

6. Pembelajaran dari Ketidakstabilan Ekonomi

Ketidakstabilan ekonomi pada masa Orde Lama, dengan inflasi yang sangat tinggi dan ketidakmampuan menjaga kestabilan harga, memberikan pelajaran penting.

Orde Baru mengambil langkah-langkah tegas untuk menstabilkan perekonomian, terutama melalui pendekatan ekonomi yang lebih terbuka dan kebijakan anggaran yang terkendali. Langkah ini menjadi fondasi bagi ekonomi modern Indonesia, di mana kestabilan makroekonomi menjadi prioritas utama.

7. Kesadaran Akan Pentingnya Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial

Orde Lama sudah menanamkan pentingnya pendidikan dan kesejahteraan sosial sebagai bagian dari pembangunan bangsa, meskipun pelaksanaannya masih terbatas.

Orde Baru melanjutkan inisiatif ini dengan menggalakkan program-program pendidikan dasar dan kesejahteraan, sehingga memperluas akses pendidikan dan kesehatan di seluruh Indonesia.

Buku #1 dari Trilogi Tonggak-Tonggak Orde Baru: The Untold Story:

 

Kesimpulan

Masa Orde Lama yang berada di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, membawa dampak penting dalam sejarah dan politik Indonesia. Orde Lama berperan dalam menanamkan semangat nasionalisme yang kuat dan memposisikan Indonesia secara aktif dalam politik internasional dengan kebijakan politik bebas aktif.

Indonesia juga berhasil memainkan peran utama dalam Gerakan Non-Blok, yang menunjukkan kemandirian dan sikap tegas terhadap kekuatan dunia saat itu. Di dalam negeri, gagasan “Berdikari” menjadi dasar semangat untuk membangun bangsa tanpa ketergantungan pada negara asing.

Namun, Orde Lama juga menghadapi kekurangan signifikan. Dari sisi politik, sistem Demokrasi Terpimpin yang diterapkan mengurangi ruang kebebasan politik dan cenderung sentralistik, memperbesar kekuasaan presiden.

Konflik ideologis yang tajam antara kelompok nasionalis, agama, dan komunis menciptakan instabilitas politik yang memuncak dalam peristiwa G30S 1965. Dari sisi ekonomi, inflasi tinggi dan krisis pangan mencerminkan lemahnya tata kelola ekonomi dan menjadi beban bagi masyarakat.

Kelebihan dan kekurangan ini membentuk transisi penting dalam sejarah Indonesia yang kemudian berlanjut ke Orde Baru, yang hadir dengan agenda stabilitas politik dan ekonomi.

Grameds bisa menambah wawasan terkait macam-macam pemerintahan dari masa ke masa melalui buku sejarah hanya di Gramedia.com.

About the author

Laila