Geografi

Pembagian Klasifikasi Iklim di Dunia

Ini Dia Faktor-faktor Penentu serta Pembagian Klasifikasi Iklim di Dunia
Written by Mochamad Harris

Gramedia – Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim merupakan rerata cuaca. Iklim yang terdapat di suatu daerah atau wilayah tidak dapat dibatasi hanya oleh satu analisir iklim tetapi merupakan kombinasi berbagai anasir iklim ataupun cuaca. Berikut ini penjelasan mengenai Klasifikasi Iklim dengan lebih lengkap, Grameds.

Ini Dia Faktor-faktor Penentu serta Pembagian Klasifikasi Iklim di Dunia

Definisi Iklim Menurut Ahli

Menurut Word Climate Conference menyatakan bahwa iklim adalah suatu Sintesis kejadian suatu cuaca selama jangka waktu yang lama atau panjang, yang secara statistik cukup untuk digunakan sebagai menunjukkan suatu nilai statistik yang berbeda dengan sebuah keadaan disetiap saatnya.

Pengertian Iklim Menurut Para Ahli:

  • World Climate Conference, 1979 Menurut Word Climate Conference menyatakan bahwa iklim adalah suatu Sintesis kejadian suatu cuaca selama jangka waktu yang lama atau panjang, yang secara statistik cukup untuk digunakan sebagai menunjukkan suatu nilai statistik yang berbeda dengan sebuah keadaan disetiap saatnya.
  • Glenn T. Trewartha, 1980 Menurut Glenn mengungkapkan bahwa iklim adalah suatu Konsep abstrak yang menyatakan suatu kebiasaan cuaca dan juga sebuah unsur-unsur atmosfer pada sebuah daerah selama jangka waktu yang lama.
  • Gibbs, 1978 Menurut Gibbs mengungkapkan bahwa iklim merupakan suatu peluang statistik dalam berbagai keadaan atmosfer, antara lain yaitu suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi pada suatu daerah selama dalam jangka waktu yang panjang.

 

Faktor-Faktor Penentu Iklim

Perbedaan iklim di setiap negara banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya lokasi negara, kedudukan matahari, luas darat dan luas laut, topografi, dll. Faktor-faktor itu biasa disebut pengendali iklim. 

Pengendali iklim dapat mengatur keberadaan unsur-unsur atau elemen-elemen iklim di suatu wilayah. Ada dua faktor pengendali iklim, yaitu:

Faktor Luar Bumi

Faktor pengendali iklim dari luar bumi ialah matahari. Sinar matahari adalah sebagai sumber panas atau energi bagi bumi. Panas matahari atau energi mampu mempengaruhi keberadaan dan perkembangan terhadap: angin, awan, hujan, temperatur, tekanan udara, dll. Kedudukan matahari terhadap bumi atau sebaliknya, sepanjang tahun tidak sama, tetapi selalu bergeser. Hal ini dapat terjadi karena rotasi dan revolusi oleh bumi terhadap matahari, sehingga luasan daerah di bumi yang mendapat energi selalu berubah, baik kuantitas, kualitas, dan lama waktunya. Kedudukan matahari terhadap bumi berpengaruh besar bagi pembagian daerah iklim di bumi.

Pembahasan mengenai gas rumah kaca yang berperan dominan dalam peningkatan temperatur rata-rata permukaan bumi juga dapat kamu pelajari pada buku Sains Perubahan Iklim yang juga membahas berbagai topik lainnya terkait perubahan iklim.

Faktor Dalam Bumi

Faktor pengendali iklim dari dalam bumi ditentukan oleh manusia dan faktor fisis daerah bersangkutan. Pengendali iklim oleh manusia tidak banyak merubah keadaan dan perkembangan iklim, tetapi hanya mampu memperkecil pengaruh iklim, seperti membuat hujan buatan. Keadaan fisis daerah yang berperan sebagai pengatur iklim adalah:

  •  Garis Lintang
  • Bentuk muka bumi
  • Topografi
  • Daerah tekanan udara
  • Permukaan tanah
  • Luas darat dan laut

Berbagai penyebab perubahan iklim serta cara yang dapat kita lakukan utnuk menghentikannya dapat kita temukan pada buku Why? Climate Change – Perubahan Iklim dengan penyampaian informasi yang menarik dan juga menyenangkan.

beli sekarang

Klasifikasi Iklim

Klasifikasi Iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan. Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF), yang ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya. Secara garis besar tipe klasifikasi iklim di bumi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu secara:

  • Genetik, dibedakan berdasarkan aliran massa udara, arah angin, letak topografi dan perbedaan sinar matahari
  • Empirik, berdasarkan pada metode penelitian dan pengamatan ilmiah terhadap unsur-unsur pembentuk iklim.

Maka, pembagian iklim di dunia dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh para klimatologi. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, pembagian iklim di dunia berubah dan penentuan klasifikasinya juga menjadi lebih kompleks. Berikut ini pembagian iklim berdasarkan pengamatan para ahli klimatologi:

Sistem Klasifikasi Iklim Koppen

Sistem klasifikasi iklim Koppen ini paling sering digunakan di dunia yang berdasarkan pada rata- rata suhu tahunan dan bulanan, dan vegetasi asli. Menurut Koppen, iklim di dunia terbagi menjadi 5 kelas yang disimbolkan dengan huruf A-E, berikut penjelasannya:

  • Iklim hujan tropis (A) : Suhu berkisar antara 18˚C-30˚C, dan memiliki curah hujan setiap bulannya sebesar > 60mm. Vegetasi yang tumbuh subur adalah ekosistem hutan hujan tropis.
  • Iklim kering (B) : Curah hujan yang terjadi merata sepanjang tahunnya. Suhu berkisar antara 19˚C-32˚C dan vegetasi yang tumbuh subur adalah bioma stepa dan pada pasir atau bioma gurun.
  • Iklim sedang (C) : Suhu terbagi menjadi dua yaitu suhu musim dingin yang berkisar antara -3°C sampai kurang dari 18°C dan suhu musim panas berkisar lebih dari 10°C. Pada iklim ini, suhu selalu lembab sepanjang tahunnya dan bersifat kering pada musim dingin dan panas, curah hujan setiap bulannya sekitar lebih dari 60 mm.
  • Iklim dingin (D) : Suhu rata-rata adalah -3˚C sampai ≥ 10˚C. Iklim ini bersifat dingin dan kering.
  • Iklim kutub (E) : Suhu yang tercatat sekitar 0°C sampai 10°C yang disebabkan oleh ketinggian topografi yang berada lebih dari 5000 kaki dari permukaan laut. Vegetasi yang tumbuh adalah bioma tundra dan memiliki salju abadi.

Sistem Klages (1942)

Sistem ini membagi iklim berdasarkan aliran angin dan curah hujan secara global yang meliputi Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat hujannya adalah hujan muson. Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki vegetasi bioma sabana dan hutan kering. Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan didominasi oleh padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa. Zona hujan bersalju kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim dingin, dan vegetasinya meliputi pohon berdaun keras. Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang tahunnya dan vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang lebar. Zona subkutub, kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang tahunnya dan hutan konifer mendominasi vegetasinya.

Sistem Schmidt & Ferguson (1951)

Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm.

Sistem Oldeman (1975)

Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.

Sistem Junghuhn

Iklim Menurut Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat 0-700 m, zona panas, contoh- karet, kopi, tebu, jagung, kelapa 700-1500 m, zona sedang, contoh- teh, kina 1500-2500 m, zona sejuk, contoh- pinus > 2500 m, zona dingin, contoh- lumut.

Artikel Lain Terkait Pembagian Klasifikasi Iklim di Dunia

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris