Pendidikan

Pendekatan Konstruktivisme: Memahami Definisi dan Penerapannya

Written by Laila Wu

Grameds, tahukah kamu, memahami pendekatan konstruktivisme dalam konteks pendidikan modern merupakan langkah penting untuk menggali cara baru dalam proses pembelajaran. Konstruktivisme bukan sekadar teori, melainkan pendekatan yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif yang membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan menekankan pada konstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman, refleksi, dan kolaborasi, konstruktivisme mempromosikan pembelajaran yang lebih mendalam dan relevan dengan kehidupan nyata. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh tentang definisi dasar konstruktivisme serta aplikasinya dalam berbagai konteks pendidikan, menggali bagaimana pendekatan ini dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan berpusat pada siswa.

 

Pengertian Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan mengacu pada pandangan bahwa siswa tidak hanya menerima pengetahuan dari guru atau lingkungan mereka, tetapi aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman, refleksi, dan interaksi sosial. Berbeda dengan pendekatan pembelajaran yang bersifat transmisi, konstruktivisme menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran.

Konstruktivisme memiliki akar filosofis dan psikologis yang kuat. Menurut teori ini, pengetahuan tidak hanya diterima secara pasif dari lingkungan, tetapi juga aktif dikonstruksi oleh individu berdasarkan pengalaman mereka dengan dunia. Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan, dan Lev Vygotsky, seorang psikolog sosial, adalah tokoh utama dalam pengembangan teori konstruktivisme.

Pembelajaran Konstruktivistik- Scientific

Fenomena semakin maraknya tindak korupsi, asusila, pelecehan seksual, kekerasan, dan penipuan, yang meresahkan di tengah-tengah masyarakat kita menjadi situasi yang sangat bertolak belakang dengan citra bangsa Indonesia yang dikenal masyarakat dunia sebagai bangsa yang religius. Sikap dan perilaku seperti ini sangat jauh dari nilai-nilai regiliusitas. Karena sebagaimana diketahui, tidak ada satu agama pun yang membenarkan tindakan amoral, asusila, dan tindak kejahatan dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi bagi Islam, agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat di Indonesia ini justru menekankan pentingnya akhlak yang mulia dalam kehidupan dan melarang berbuat dosa, asusila, amoral, penganiayaan, penipuan, dan kejahatan.

 

Prinsip Pendekatan Konstruktivisme

(Sumber foto: www.pexels.com)

Pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan didasarkan pada sejumlah prinsip utama yang membentuk landasan bagi cara siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dan cara guru memfasilitasi proses pembelajaran. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi prinsip-prinsip kunci yang mendasari konstruktivisme:

1. Pembelajaran Aktif

Konstruktivisme menekankan pentingnya pembelajaran aktif, di mana siswa terlibat secara langsung dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi, eksperimen, dan refleksi. Aktivitas-aktivitas ini mendorong siswa untuk mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam.

Media Pembelajaran SD Berorientasi Multiple Intellegences

Media merupakan salah satu alat penyampai pesan yang sangat dibutuhkan oleh guru saat mengajar. Dengan media pembelajaran materi yang abstrak akan menjadi kongkrit. Pada dasarnya media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang sesuai dengan tipikal kecerdasan siswa. Kecerdasan manusia dibagi menjadi 8 jenis kecerdasan yaitu kecerdasan spasial, kinestetik tubuh, musikal, linguistik, matematika, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik.

 

2. Pemahaman yang Mendalam

Prinsip ini menekankan bahwa tujuan utama dari pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman yang mendalam dan konseptual tentang materi pelajaran, bukan sekadar mengingat fakta atau informasi yang diberikan. Siswa didorong untuk memahami hubungan antara konsep-konsep yang mereka pelajari dan menerapkan pengetahuan ini dalam konteks yang berbeda.

3. Refleksi dan Metakognisi

Konstruktivisme mempromosikan refleksi diri dan metakognisi sebagai bagian integral dari pembelajaran. Siswa didorong untuk merenungkan pengalaman mereka sendiri, memahami proses berpikir mereka, dan mengembangkan kesadaran diri tentang strategi pembelajaran yang paling efektif bagi mereka.

4. Kolaborasi

Prinsip kolaborasi dalam konstruktivisme mengakui bahwa belajar sering kali merupakan proses sosial. Siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sekelas dan guru untuk membangun pemahaman bersama, berbagi ide, dan memecahkan masalah bersama-sama. Kolaborasi memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan kerja tim.

5. Keterlibatan Aktif dalam Penyelesaian Masalah

Konstruktivisme mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Guru bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui proses pemecahan masalah, menantang mereka untuk mengembangkan solusi kreatif dan menghadapi tantangan yang mereka temui.

 

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang merangsang, dinamis, dan relevan bagi siswa. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan menyelesaikan masalah dengan kreativitas dan kepercayaan diri.

 

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme di Kehidupan Sehari

Pendekatan konstruktivisme, yang pada awalnya dikembangkan sebagai teori pembelajaran dalam konteks pendidikan, memiliki relevansi yang luas di luar lingkungan akademis. Prinsip-prinsip konstruktivisme dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari untuk mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam, kolaborasi yang efektif, dan pengembangan diri yang berkelanjutan.

1. Pembelajaran dan Pengembangan Pribadi

Penerapan konstruktivisme dalam kehidupan pribadi dapat dimulai dengan pendekatan yang aktif terhadap pembelajaran. Individu dapat mengadopsi sikap proaktif dalam memperluas pengetahuan mereka, baik melalui eksplorasi diri sendiri atau melalui interaksi dengan orang lain. Contohnya, dengan merenungkan pengalaman pribadi dan refleksi yang dalam, seseorang dapat membangun pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai, tujuan hidup, dan cara menghadapi tantangan.

Experiential Based Learning: Pembelajaran Berbasis Pengalaman

Experiential Based Learning adalah suatu proses mendapatkan kemampuan, kompetensi, skill dari melakukan sesuatu. Memahami karena melakukan. Belajar dari melakukan, mengalami sendiri secara motorik, secara kognitif mengalami sendiri (Commlab). Pembelajaran berdasarkan pengalaman atau dengan kata lain bisa dikatakan belajar dengan melakukan. Kita semua telah belajar berjalan atau berbicara, bukan melalui diberi tahu atau disuruh tetapi dengan berlatih dan menyempurnakan teknik sehingga dapat berjalan dengan sempurna dan berbicara dengan fasih. Dalam pembelajaran experiential atau pembelajaran berdasarkan pengalaman dapat diterapkan menjadi metode dalam situasi dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Usia, pendidikan, pengalaman, kemampuan, latar belakang atau budaya bukan menjadi hambatan. Dalam buku Experiential Based Learning, Pembelajaran Berbasis Pengalaman ini penulis menjelaskan bagaimana Experiential Based Learning dapat menjadi sebuah metode pembelajaran yang efektif bagi anak didik kita. Buku ini tidak hanya dapat digunakan oleh anak didik saja, akan tetapi para pembaca sekalian yang ingin meningkatkan skill serta kompetensi untuk meningkatkan persaingan di dunia kerja. Selamat membaca!

 

2. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Komunikasi

Prinsip kolaborasi dalam konstruktivisme mempromosikan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan bersama. Dalam konteks sosial, penerapan ini bisa berarti meningkatkan keterampilan komunikasi, kemampuan untuk mendengarkan dengan baik, dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif. Misalnya, melalui diskusi terbimbing atau proyek kolaboratif, individu dapat belajar untuk menghargai sudut pandang orang lain dan membangun hubungan yang lebih kuat.

3. Pengambilan Keputusan dan Problem Solving

Pendekatan konstruktivisme menekankan pada pengalaman dalam memecahkan masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, ini dapat diterapkan dengan cara mendekati masalah dengan sudut pandang yang kreatif dan terbuka untuk solusi baru. Menggunakan strategi seperti brainstorming, eksperimen, dan evaluasi terus-menerus dapat membantu individu dalam mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang lebih baik.

4. Pengembangan Karier dan Profesionalisme

Di tempat kerja, penerapan konstruktivisme dapat berarti mendorong budaya pembelajaran yang berkelanjutan dan kolaboratif. Karyawan dapat diundang untuk berpartisipasi dalam pelatihan berbasis masalah atau proyek tim untuk mengembangkan keterampilan baru dan meningkatkan efisiensi operasional. Penerapan ini juga mendorong inovasi dan adaptasi terhadap perubahan dalam lingkungan kerja yang dinamis.

5. Pengembangan Komunitas dan Pemberdayaan

Pendekatan konstruktivisme dapat diterapkan untuk membangun komunitas yang inklusif dan berdaya. Misalnya, melalui pendekatan partisipatif dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, anggota komunitas dapat merasa lebih terlibat dan bertanggung jawab atas masa depan mereka sendiri. Kolaborasi antar warga juga dapat meningkatkan keberlanjutan program dan proyek dalam jangka panjang.

 

Penerapan pendekatan konstruktivisme dalam kehidupan memberikan manfaat yang signifikan dalam mempromosikan pembelajaran aktif, kolaborasi efektif, dan pengembangan pribadi yang berkelanjutan. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar konstruktivisme dan menerapkannya dalam berbagai konteks, individu dapat memaksimalkan potensi mereka untuk pertumbuhan pribadi, sosial, dan profesional yang lebih baik.

 

Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Konstruktivisme

(Sumber foto: www.pexels.com)

Pendekatan konstruktivisme memiliki keunggulan dan kelemahan. Berikut adalah beberapa keunggulan dan kelemahan dari pendekatan konstruktivisme:

A. Keunggulan Pendekatan Konstruktivisme

Berikut adalah beberapa hal yang termasuk keunggulan dari pendekatan konstruktivisme:

1. Pembelajaran Aktif

Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran mereka sendiri, membangun pemahaman melalui eksplorasi, percobaan, dan refleksi pribadi.

2. Pengembangan Keterampilan Kritis

Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah karena siswa dituntut untuk memahami konsep secara mendalam.

3. Keterlibatan Siswa

Memotivasi siswa karena mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam pembelajaran mereka sendiri, meningkatkan motivasi intrinsik.

4. Pengalaman Pribadi

Menghargai perbedaan dalam gaya belajar dan latar belakang siswa, karena memungkinkan interpretasi pribadi dan penyesuaian pemahaman.

5. Relevansi Kontekstual

Mendorong aplikasi pemahaman dalam konteks kehidupan nyata, menghubungkan teori dengan praktik.

B. Kelemahan Pendekatan Konstruktivisme

Berikut adalah beberapa hal yang termasuk kelemahan dari pendekatan konstruktivisme:

1. Waktu yang Dibutuhkan

Proses pembelajaran yang lebih lambat karena memerlukan waktu untuk refleksi dan konstruksi pemahaman yang mendalam.

2. Kesulitan dalam Evaluasi

Menilai pemahaman yang benar-benar konstruktif dan mendalam bisa menjadi sulit karena pengalaman belajar setiap siswa bisa berbeda.

3. Ketergantungan pada Pengajaran yang Mendukung

Memerlukan guru yang terlatih dengan baik dan lingkungan yang mendukung untuk memfasilitasi pembelajaran konstruktif.

4. Kesulitan dalam Aplikasi Massal

Tidak semua materi pembelajaran atau konteks pendidikan mudah diterapkan dengan pendekatan konstruktivis, terutama dalam situasi yang memerlukan pemahaman yang cepat dan standar.

5. Tidak Meningkatkan Kemampuan Dasar

Dalam beberapa kasus, fokus pada pembelajaran konstruktif mungkin tidak memberikan cukup penekanan pada pengetahuan dasar atau keterampilan yang mendasar.

 

Pendekatan konstruktivisme, meskipun memiliki tantangan tersendiri, tetap menjadi pendekatan yang penting dalam memajukan pendidikan modern dengan menempatkan siswa sebagai pusat proses pembelajaran mereka sendiri.

 

Kesimpulan

Demikianlah penjelasan mengenai pendekatan konstruktivisme. Kini Grameds bisa memahami bahwa pendekatan konstruktivisme menawarkan landasan yang kuat bagi pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana proses pembelajaran bukan sekadar menerima informasi tetapi aktif dalam membangun pemahaman yang bermakna. Meskipun menghadapi beberapa tantangan seperti evaluasi yang kompleks dan ketergantungan pada pengajaran yang mendukung, konstruktivisme terus memainkan peran penting dalam merangsang pemikiran kritis, kreativitas, dan penguasaan konsep yang lebih dalam. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini secara efektif, pendidik dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang dengan lebih baik. Grameds, kamu bisa mempelajari lebih lanjut terkait pendekatan konstruktivisme melalui kumpulan buku pendidikan yang tersedia di Gramedia.com.

Perkembangan Anak Dalam Multi Perspektif

Pendekatan multi perspektif dalam memahami dan melayaní anak usia dini telah menjadi trend dan sekaligus sebuah kebutuhan. Anak usia dini hidup dan dibesarkan dalam beragam konteks. Mereka bersentuhan dengan agama karena agama ada dalam kehidupan mereka. Mereka juga membutuhkan sentuhan-sentuhan yang berbasis kepada ilmu psikologi, ilmu Kesehatan, ilmu gizi, ilmu seni dan juga budaya. Pendekatan multi perspektif dalam memahami dan mengintervensi perkembangan anak usia dini diharapkan akan mampu memberikan hasil yang efektif karena intervensi dilakukan berdasarkan pertimbangan keilmuan secara komprehensif. Pendekatan multi perspektif juga diharapkan menghasilkan sosok anak usia dini paripurna yang sanggup beradaptasi dalam berbagai situasi. Setiap guru, orang tua dan siapapun yang bekerja dengan anak usia dini perlu memahami konsep ini.

About the author

Laila Wu