Pengertian Yaumul Hisab – Dalam sebuah hidup pasti ada awal dan pada akhirnya juga akan berakhir, akhir dari kehidupan di dunia itulah yang kita sebut sebagai hari kiamat. Dan, setelah kiamat berlangsung dan semua makhluk hidup dimatikan kemudian ada fase dimana semua makhluk dikumpulkan dan dihitung semua amal kebaikan dan keburukannya selama hidup di dunia. Setiap perbuatan yang dilakukan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban langsung oleh Tuhan.
Sebagai umat muslim memang sudah seharusnya kita mengetahui dan mengimani hari kiamat sebagai bagian dari rukun iman yang ada. Karena beriman kepada hari kiamat berarti beriman kepada hari dimana manusia akan kembali kepada Allah dan dimintai pertanggungjawaban perbuatannya.
Tidak ada satupun amal seorang hamba yang terlewat dari perhitungan oleh Allah. Maka orang yang mengingkari adanya perhitungan mengingkari adanya Hari Kebangkitan atau Hari Pembalasan.
Yaumul Hisab adalah hari dimana semua amal baik dan buruk seseorang selama hidupnya di dunia akan diperhitungkan. Sekalipun sekecil partikel, perbuatan manusia tidak luput dari perhitungan Allah. Pada hari itu manusia tidak akan dapat mengelak dan berdusta tentang segala perbuatannya, karena seluruh anggota tubuhnya akan menjadi saksi atas segala perbuatannya. Orang mungkin lupa, tapi Allah swt. Maha Mengetahui segala perbuatan manusia menurut Firman-Nya.
Untuk itu agar sobat Grameds juga dapat memahami definisi dari yaumul hisab sebagai bagian dari hari akhir tersebut maka pada pembahasan kali ini kami akan menghadirkan informasi penting terkait yaumul hisab sebagai hari penghitungan amal tersebut.
Selanjutnya pembahasan mengenai pengertian yaumul hisab dapat kalian simak di bawah ini!
Daftar Isi
Pengertian Yaumul Hisab
Secara bahasa, kata “hisab” (الحسب) berarti menghitung.
Ibnu Faris berkata: “Huruf haa (ح), siin (س) dan baa (ب) memiliki empat arti dasar. Arti pertama adalah perhitungan.
Dalam proses kiamat ada yang namanya Yaumul Hisab. Yaumul Hisab artinya hari perhitungan amal. Pada hari ini semua perbuatan manusia, baik atau buruk, diperhitungkan. Yaumul Hisab berarti hari dimana manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatannya di dunia.
Dalam Yaumul Hisab, mulut orang-orang ditutup sehingga tidak ada lagi pembelaan bagi mereka. Saat ini, tangan dan kaki menjadi saksi atas apa yang dilakukan di dunia selama hidup. Ini cocok dengan bunyi ayat 65 Surat Yasin:
“Hari ini Kami akan menutup mulut mereka dan tangan mereka akan berbicara kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka lakukan.”
Yaumul Hisab terjadi setelah manusia bangkit dari kubur (Yaumul Baats) kemudian berkumpul di lapangan Mahsyar (Yaumul Mahsyar). Setelah Yaumul Hisab selesai, orang memeriksa Yaumul Mizan, yaitu hari di mana amal orang akan ditimbang. Baru setelah itu tibalah Yaumul Jaza, hari pembalasan atas perbuatan manusia.
Mengenai istilah syar’i, khususnya dalam bidang akidah, hisab berarti bahwa Allah memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya tentang perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia, Allah memberitahukan dan mengingatkan mereka tentang perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia, menjadikan dunia dan mereka melupakannya.
Allah berfirman,
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Pada hari Allah membangkitkan mereka semua dari kematian, Dia memberi tahu mereka apa yang mereka lakukan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan meskipun mereka melupakannya. Dan Allah menjadi saksi atas segala sesuatu.”
Syekh Umar Sulaiman Al-Asyqar berkata: “Perintah dan pembalasan artinya: Tuhan menghentikan hambanya di hadapannya. Dia mengingatkan para hamba akan perbuatan yang biasa mereka lakukan, perkataan yang biasa mereka ucapkan dan segala yang mereka alami dalam kehidupan duniawinya berupa keimanan, kekufuran, keistiqomahan (kebenaran), kesesatan, ketaatan dan kemaksiatan.
Tuhan juga memberi tahu mereka hadiah dan hukuman apa yang berhak mereka terima atas tindakan mereka. Tuhan juga memberi para hamba sebuah buku tentang perbuatan mereka; dengan tangan kanan jika mereka benar, dan dengan tangan kiri jika mereka tidak benar. Kisah-kisah itu juga mencakup apa yang dikatakan Allah kepada hamba-hamba-Nya dan apa yang dikatakan para hamba kepada Allah, serta berbagai dalil dan pembenaran, serta kesaksian para saksi dan penimbangan perbuatan.
Dalil Tentang Adanya Yaumul Hisab
Adanya hisab telah ditetapkan secara tegas baik dalam Al-Quran maupun Hadits, dan telah terjadi ijma kaum muslimin atas adanya hisab.
Di antara dalil dari Al-Quran, Allah berfirman,
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُم
“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.”
Allah juga berfirman,
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.”
Allah juga berfirman,
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkannya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya:
47)
Adapun dari hadits, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ سَيُكَلِّمُهُ اللَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ يَرَى إِلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Setiap orang dari kalian pasti akan diajak bicara oleh Rabbnya (pada hari kiamat). Tidak ada penerjemah antara Allah dan dia. Kemudian dia melihat ke kanan, hanya dia yang bisa melihat latihannya. Dia melihat ke kiri, hanya dia yang bisa melihat latihannya. Dan dia melihat ke depan, lalu dia hanya melihat neraka di hadapannya. Jadi menjauhlah, bahkan jika Anda hanya setengah keluar.
Tiga Golongan Manusia pada Yaumul Hisab
Pada hari kiamat nanti, ada tiga golongan manusia dalam hisab dan berikut adalah beberapa golongan tersebut:
1. Orang-orang yang tidak dihisab
Mereka adalah orang-orang yang memiliki keutamaan berupa kesempurnaan tauhid dan tawakal kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ ، هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Dari umatku, ada tujuh puluh ribu orang yang akan masuk ke dalam surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak minta ruqyah, tidak bertathayyur (beranggapan sial karena suatu hal), dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka.”
2. Orang-orang yang dihisab dengan mudah
Allah berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa (dihisab) dengan pemeriksaan yang mudah.”
Dan yang dimaksud dengan hisab yang mudah, adalah dengan ditampakkan saja amalan-amalan dan dosa hamba yang beriman, kemudian ketika dia telah mengakuinya Allah pun mengampuni amalan-amalan tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ هَلَكَ
“Tidak ada seorang pun yang dihisab melainkan pasti binasa.”
Lalu Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman, (yang artinya) Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa (dihisab) dengan pemeriksaan yang mudah.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan,
إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ ، وَلَيْسَ أَحَدٌ يُنَاقَشُ الْحِسَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ عُذِّبَ
“Sesungguhnya (hisab yang mudah) itu adalah ‘ardh (sekadar ditampakkan amalan). Tidak ada seorang pun yang dihisab dengan teliti pada hari kiamat melainkan akan disiksa.”
3. Orang yang dihisab dengan hisab yang susah
Merekalah orang-orang yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ هَلَكَ
“Tidak ada seorang pun yang dihisab melainkan pasti binasa.”
Mereka dihisab secara detail dan teliti, ditegakkan hujah-hujah dan bukti-bukti atas amalan mereka.
Allah berfirman,
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian lah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
Anas bin Malik pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau tiba-tiba tertawa, dan beliau berkata, “Tahukah kamu kenapa aku tertawa?” Maka para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ مُخَاطَبَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ يَقُولُ يَا رَبِّ أَلَمْ تُجِرْنِى مِنَ الظُّلْمِ قَالَ يَقُولُ بَلَى. قَالَ فَيَقُولُ فَإِنِّى لاَ أُجِيزُ عَلَى نَفْسِى إِلاَّ شَاهِدًا مِنِّى قَالَ فَيَقُولُ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ شَهِيدًا وَبِالْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ شُهُودًا – قَالَ – فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ فَيُقَالُ لأَرْكَانِهِ انْطِقِى. قَالَ فَتَنْطِقُ بِأَعْمَالِهِ – قَالَ – ثُمَّ يُخَلَّى بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَلاَمِ – قَالَ – فَيَقُولُ بُعْدًا لَكُنَّ وَسُحْقًا. فَعَنْكُنَّ كُنْتُ أُنَاضِلُ
“(Aku tertawa) karena percakapan hamba dengan tuannya. Dia berkata: “Ya Tuhanku, apakah Anda tidak menganiaya saya?” Tuhan berkata, “Tentu saja.” Dia berkata lagi, “Saya tidak akan membiarkan siapapun bersaksi melawan saya kecuali saya.” Maka Allah berfirman, “Cukup bagimu hari ini sebagai saksi dan cukup bagi malaikat untuk mencatat perbuatan sebagai saksi.” Kemudian mulutnya ditutup dan bagian tubuhnya disuruh “Berbicaralah”, kemudian bagian tubuhnya berbicara untuk mengungkapkan perbuatannya, kemudian orang tersebut ditinggal sendirian dengan ucapannya dan berkata: Celakalah kamu (oh badan) aku benar-benar berusaha membelamu.
Umat yang dihitung hisab untuk pertama kalinya
Umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah umat terakhir yang muncul di dunia. Namun, mereka adalah orang pertama yang diperhatikan Tuhan. Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) mengatakan:
نَحْنُ الاخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَاَِة
“Kami adalah manusia terakhir, tetapi yang pertama pada hari kiamat.”
Dalam hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Nabi Ibnu Majah, semoga Allah memberkahinya dan memberinya kedamaian, dikatakan:
نَحْنُ اخِرُ الأُمَمِ وَأَوَّلُ مَنْ يُحَاسَبُ
“Kami yang terakhir dan yang pertama dihitung.”
Amalan Pertama yang Dihisab
Perhitungan hisab ini dilakukan secara instan dan dilakukan oleh Allah SWT sendiri. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, dikatakan:
“Dan kitab itu diletakkan, dan kamu akan melihat orang-orang yang bersalah yang takut akan apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka akan berkata:
“Celakalah kami. Buku macam apa itu, yang tidak meninggalkan kecil dan (tidak) besar, tetapi mencatat segalanya? Dan mereka menemukan semua yang mereka lakukan (tertulis). Tuhanmu tidak akan menganiaya siapa pun.” (al-Kahfi 18: 49).
Seperti yang kita tahu, semua orang harus menyelesaikan rukun iman. Seluruh praktik dipertimbangkan, serta semua penerapannya di bumi selama hidup. Anda tidak akan melewatkan apa pun. Hal ini juga ditegaskan dalam surat al-Zalzalah ayat 7-8,
“Barang siapa melakukan kebaikan sebesar atom pasti akan melihat (pahalanya). Dan barangsiapa melakukan kejahatan sebesar atom pasti akan melihat (balasan) juga.”
Amalan yang pertama kali diperhitungkan bagi seorang hamba pada hari terakhir ibadah adalah shalat. Amalan seseorang bisa dinilai baik atau buruk berdasarkan doanya. Tentang Abu Hurairah Nabi SAW bersabda:
“Amalan pertama seorang hamba yang diperhitungkan pada hari kiamat adalah shalat. Jika doanya baik, ia akan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan. Jika shalatnya terputus, dia akan bertobat dan binasa.
Jika seseorang tidak melakukan shalat wajib, Allah berfirman: ‘Lihat apakah hamba memiliki amalan shalat sunnah?’ Shalat sunnah dengan demikian melengkapi shalat wajib yang hilang, seperti halnya amalan-amalan serupa lainnya.” Hadits lain juga menyatakan: “Maka zakatnya (dihitung). Kemudian amalan lainnya dihitung dengan cara yang sama.” (HR. Abu Daud, Ahmad, Hakim, Baihaqi).
Allah sangat mencintai hamba, dimana Dia memenuhi amalan wajib yang dilakukan hamba dengan amalan sunnah untuk menutupi kekurangannya.
Secara umum, amalan wajib terus ditambah dengan amalan sunnah hingga kebaikan bertambah, hingga keburukan teratasi dan kemudian seseorang masuk surga dengan rahmat Allah.
Oleh karena itu, kita juga harus memperkuat dan mendukung praktik sunnah dan tidak hanya fokus pada apa yang wajib. Namun jangan sampai karena terlalu mengutamakan amalan sunnah maka amalan wajib akan terabaikan.
Persiapkan hari kiamat dengan menyiapkan informasi yang bermanfaat dan amal kebaikan.
Semoga Allah menganugerahkan Taufiq kepada kita agar kita selalu bisa menambah amal kebaikan untuk bertemu dengan-Nya dan meraih ridha-Nya. Amin
Untuk perbuatan hamba dihitung ketika yaumul hisab untuk pertama kalinya secara rinci adalah:
1. Ibadah Shalat
Amalan yang berhubungan dengan hak-hak Allah, maka shalat dihitung terlebih dahulu. Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) mengatakan:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amal seorang hamba yang diperhitungkan pada hari pertama kebangkitan adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, dia pasti beruntung. Namun jika shalatnya terputus, pasti ia akan binasa.”
2. Masalah Darah
Jika berbicara tentang praktik yang berkaitan dengan hak sesama manusia, hal pertama yang harus diperhatikan adalah masalah darah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِى الدِّمَاءِ
“Hal pertama yang akan diadili di antara manusia pada hari kiamat adalah masalah darah.”
Kesimpulan
Sekian pembahasan singkat mengenai definisi dari yaumul hisab. Pembahasan kali ini tidak hanya membahas definisi dari yaumul hisab saja namun juga membahas lebih jauh bagaimana dalil, golongan manusia, umat, dan amalan apa saja yang pertama kali akan dihisab.
Memahami pengertian dari yaumul hisab memberikan kita pengetahuan tambahan mengenai akan datangnya hari akhir dan semua amal perbuatan kita selama hidup di dunia akan diperhitungkan serta dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Untuk itu selama masih diberi kesempatan hidup teruslah berbuat baik dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Demikian ulasan mengenai pengertian yaumul hisab. Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang pengertian yaumul hisab dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan agama lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait.
Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Pandu Akram
Artikel terkait Pengertian Yaumul Hisab:
Yaumul Ba’ats: Pengertian, Pembagian Kelompok, dan Fase Kehidupan di Hari Akhir Lainnya
Memahami Arti Yaumul Milad dan Juga Contoh Ucapannya yang Penuh Makna
7 Tanda-Tanda Kiamat Sugra, Lengkap dengan Dalil dan Haditsnya
9 Ciri-ciri Kiamat Kubra Menurut Islam yang Dapat Menjadi Pengingat!