Psikologi

Reward: Arti, Manfaat, Dampak Buruk dan Cara Waspada yang Tepat!

Written by Laila Wu

Halo Grameds! Apa kabar? Pernah nggak sih kamu merasa lebih termotivasi setelah mendapatkan hadiah atau pengakuan atas kerja kerasmu? Nah, itulah yang disebut reward! Dalam artikel ini, kita akan membahas segala hal tentang reward: mulai dari arti dan manfaatnya, hingga dampak buruk yang mungkin timbul jika tidak diberikan dengan tepat. Selain itu, kita juga akan mengupas cara-cara agar kamu bisa menggunakan rewarddengan bijak. Jadi, yuk, simak terus artikel ini untuk memahami bagaimana reward bisa memengaruhi hidupmu!

 

Arti Reward

Reward adalah sebuah bentuk penghargaan atau imbalan yang diberikan sebagai apresiasi atas suatu pencapaian, usaha, atau perilaku positif. Kata “reward” sendiri berasal dari bahasa Inggris yang berarti hadiah atau ganjaran. Dalam konteks yang lebih luas, reward tidak hanya terbatas pada bentuk materi, tetapi juga bisa berupa penghargaan non-materi seperti pujian, pengakuan, atau kesempatan istimewa.

Secara umum, reward dapat dibagi menjadi dua jenis: reward intrinsik dan reward ekstrinsik. Reward intrinsik adalah penghargaan yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti rasa puas, bangga, atau bahagia karena telah mencapai sesuatu. Contohnya, seorang pelari mungkin merasa puas dan bangga setelah berhasil menyelesaikan lomba maraton. Di sisi lain, reward ekstrinsik adalah penghargaan yang berasal dari luar diri seseorang, seperti uang, hadiah, atau sertifikat. Misalnya, seorang karyawan mungkin menerima bonus atau promosi sebagai pengakuan atas kinerja yang luar biasa.

Dalam berbagai aspek, reward memainkan peran penting dalam memotivasi individu. Di lingkungan kerja, reward dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan karyawan. Di bidang pendidikan, reward dapat mendorong siswa untuk lebih berprestasi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Sementara itu, dalam kehidupan sehari-hari, reward bisa menjadi cara yang efektif untuk mendorong perilaku positif, baik dalam hubungan pribadi maupun interaksi sosial.

 

Manfaat Self-reward

(Sumber foto: www.pexels.com)

Self-reward atau penghargaan kepada diri sendiri adalah cara yang efektif untuk menjaga motivasi dan kesejahteraan mental. Berikut ini adalah beberapa manfaat utama dari self-reward:

1. Meningkatkan Motivasi dan Produktivitas

Memberi diri sendiri hadiah setelah mencapai tujuan tertentu bisa meningkatkan motivasi untuk terus bekerja keras. Misalnya, setelah menyelesaikan tugas besar atau proyek penting, memberikan reward seperti waktu luang untuk menonton film atau makan malam spesial bisa memberikan dorongan ekstra untuk menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.

2. Mengurangi Stres dan Kejenuhan

Self-reward membantu mengurangi stres dan mencegah kejenuhan. Saat kita memberi penghargaan pada diri sendiri, kita memberikan waktu untuk beristirahat dan melepaskan tekanan. Ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi.

3. Meningkatkan Kesejahteraan Emosional

Penghargaan diri sendiri bisa meningkatkan kesejahteraan emosional. Dengan mengakui usaha dan pencapaian kita, kita membangun rasa percaya diri dan harga diri. Hal ini juga membantu kita merasa lebih bahagia dan puas dengan diri sendiri.

4. Memperkuat Kebiasaan Positif

Memberi reward setelah melakukan sesuatu yang baik bisa membantu memperkuat kebiasaan positif. Misalnya, jika kamu memberi diri sendiri penghargaan setelah rutin berolahraga, ini bisa menjadi motivasi untuk menjaga kebiasaan sehat tersebut.

5. Mendorong Pertumbuhan Pribadi

Self-reward juga bisa mendorong pertumbuhan pribadi. Dengan menetapkan tujuan dan memberi reward setelah mencapainya, kita terus mendorong diri untuk berkembang dan belajar hal-hal baru. Ini bisa mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti karier, pendidikan, kesehatan, dan hobi.

6. Membangun Disiplin Diri

Dengan menerapkan self-reward, kita juga melatih disiplin diri. Kita belajar untuk bekerja keras dan berusaha mencapai tujuan sebelum menikmati hasilnya. Ini membantu dalam pengembangan disiplin yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang.

7. Meningkatkan Hubungan dengan Diri Sendiri

Memberi penghargaan pada diri sendiri menunjukkan bahwa kita peduli dan menghargai diri kita. Ini bisa memperkuat hubungan kita dengan diri sendiri, yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan hidup dan kesejahteraan secara keseluruhan.

 

Menerapkan self-reward dengan bijak adalah kunci untuk memanfaatkan semua manfaat ini. Penting untuk memilih reward yang sehat dan konstruktif, serta memastikan bahwa reward tersebut sejalan dengan tujuan jangka panjang kita. Dengan begitu, self-reward tidak hanya menjadi cara untuk merayakan pencapaian, tetapi juga alat yang kuat untuk pengembangan pribadi dan kesejahteraan.

Tidak Perlu Memaksakan Diri

Tidak ada yang memaksamu untuk berlari sekencang-kencangnya. Silakan saja jika memang dirimu mampu melakukannya. Namun ingat, berlari tanpa berhati-hati bisa membuatmu terjatuh lebih sakit karena medan jalannya yang terlalu terjal untuk dihadapi. Potensi kecelakaannya akan lebih berisiko meskipun memang akan cepat sampai pada tujuan.

Jangan terlalu memaksakan diri jika dirimu memang tidak mampu melakukannya. Ada hal-hal yang memang perlu kamu akui tentang dirimu sendiri. Sesekali, kamu perlu menumpahkan rasa sedih, rasa lelah, rasa kesal, dan amarahmu. Jangan terlalu berusaha memenuhi ekspektasi orang dan lingkungan sekitarmu hanya karena kamu ingin terlihat sempurna.

Ternyata, kita semua perlu waktu healing dalam perjalanan panjang ini. Bersabarlah. Pelan-pelan saja, karena hidup adalah sekumpulan masalah yang perlu kita selesaikan satu demi satu.

 

Dampak Buruk Self-reward Berlebihan

Meskipun self-reward bisa memberikan banyak manfaat, pemberian penghargaan kepada diri sendiri secara berlebihan juga memiliki dampak negatif. Berikut ini beberapa dampak buruk yang mungkin timbul jika self-reward dilakukan secara berlebihan:

1. Mengurangi Motivasi Intrinsik

Terlalu sering memberi diri sendiri penghargaan bisa membuat kita menjadi terlalu bergantung pada imbalan eksternal. Akibatnya, motivasi intrinsik atau motivasi dari dalam diri untuk melakukan sesuatu bisa berkurang. Kita mungkin menjadi kurang termotivasi untuk bekerja keras atau mencapai tujuan tanpa adanya imbalan yang langsung terlihat.

2. Menciptakan Kebiasaan Buruk

Jika self-reward tidak diberikan dengan bijak, bisa jadi kita malah menciptakan kebiasaan buruk. Misalnya, jika setiap kali merasa stres kita memberi diri sendiri makanan manis atau junk food, hal ini bisa berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang.

3. Mengganggu Produktivitas

Self-reward yang berlebihan dapat mengganggu produktivitas. Jika kita terlalu sering memberi diri sendiri waktu istirahat atau hiburan, kita mungkin kehilangan fokus pada pekerjaan atau tugas yang harus diselesaikan. Hal ini bisa menyebabkan penundaan dan menurunkan efisiensi kerja.

4. Masalah Keuangan

Memberi reward berupa barang atau kegiatan yang mahal secara berlebihan bisa menimbulkan masalah keuangan. Jika kita tidak hati-hati, pengeluaran untuk self-reward bisa melebihi anggaran dan menyebabkan stres finansial.

5. Keseimbangan Hidup yang Terganggu

Terlalu sering memberi penghargaan kepada diri sendiri bisa mengganggu keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. Kita mungkin menjadi terlalu fokus pada reward dan melupakan tanggung jawab atau kewajiban lain yang harus dipenuhi.

6. Ketidakpuasan Jangka Panjang

Pemberian reward yang berlebihan bisa menyebabkan ketidakpuasan jangka panjang. Ketika kita terlalu sering memanjakan diri, reward tersebut bisa kehilangan maknanya dan tidak lagi memberikan kepuasan atau kebahagiaan yang sama. Kita mungkin merasa perlu mencari reward yang lebih besar atau lebih sering untuk mendapatkan efek yang sama.

7. Kesehatan Mental yang Terganggu

Self-reward yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berbelanja berlebihan, atau terlalu banyak menghabiskan waktu untuk hiburan, bisa berdampak negatif pada kesehatan mental. Kebiasaan-kebiasaan ini bisa menjadi mekanisme koping yang tidak sehat dan memperburuk masalah emosional yang ada.

8. Hilangnya Nilai Reward

Jika self-reward diberikan terlalu sering, nilai dari reward itu sendiri bisa berkurang. Penghargaan tidak lagi terasa istimewa atau memotivasi jika dilakukan tanpa kontrol dan tanpa mempertimbangkan pencapaian yang sebenarnya.

 

Untuk menghindari dampak buruk self-reward yang berlebihan, penting untuk menerapkannya dengan bijak dan seimbang. Tetapkan batasan yang jelas untuk diri sendiri dan pastikan bahwa reward yang diberikan sepadan dengan pencapaian atau usaha yang dilakukan.

Self Reward

Hadiah bisa berupa banyak hal dan pengalaman yang menciptakan kegembiraan, senyuman, mampu membawamu keluar dari kebiasaan yang membosankan, atau mungkin sesuatu yang mengingatkan kamu pada masa kecil.

Hal yang menarik dari usaha menghadiahi dirimu sendiri (self-reward) ialah agar kamu dan pikiranmu dapat merasakannya. Namun, kapan harus menghadiahi diri sendiri?

Bagaimana mungkin kamu menolak hadiah yang berikan kepada dirimu sendiri sesudah kamu mencapai sesuatu yang membanggakan bagimu?

Bukankah kamu sudah memberikan seluruh kemampuanmu untuk mencapai prestasi itu?

Mari lebih perhatian dan sayang dengan diri sendiri. Ya, agar mental selalu terjaga dan semangat selalu membara untuk menyongsong esok yang lebih ceria.

 

Cara Waspada dari Jebakan Self-reward Berlebihan

(Sumber foto: www.pexels.com)

Self-reward bisa menjadi alat motivasi yang kuat, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, bisa menyebabkan berbagai dampak negatif. Untuk menghindari jebakan self-reward yang berlebihan, berikut beberapa cara yang bisa kamu terapkan:

  • Tetapkan Batasan yang Jelas

Tentukan kapan dan seberapa sering kamu akan memberikan reward kepada diri sendiri. Misalnya, hanya memberikan self-reward setelah menyelesaikan tugas besar atau mencapai tujuan penting. Hindari memberikan reward untuk pencapaian yang terlalu kecil atau rutin.

  • Pilih Reward yang Sehat dan Konstruktif

Pastikan reward yang kamu pilih memberikan manfaat positif jangka panjang. Hindari self-reward yang bisa merusak kesehatan fisik atau mental, seperti makanan tidak sehat, belanja impulsif, atau kebiasaan buruk lainnya. Pilihlah reward yang mendukung kesejahteraan, seperti waktu untuk hobi yang disukai, olahraga, atau perawatan diri.

  • Tetapkan Tujuan yang Jelas dan Realistis

Pastikan kamu menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dan realistis sebelum memberi self-reward. Dengan begitu, kamu tidak akan tergoda untuk memberikan reward tanpa pencapaian yang jelas. Tujuan yang baik juga membantu menjaga fokus dan motivasi.

  • Evaluasi Pencapaian dengan Jujur

Bersikap jujur pada diri sendiri tentang pencapaian yang telah diraih. Jangan mudah memberikan self-reward jika kamu merasa belum benar-benar mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi kemajuanmu secara objektif dan berikan reward hanya jika memang layak.

  • Gunakan Reward dalam Kombinasi dengan Motivasi Intrinsik

Jangan sepenuhnya bergantung pada reward eksternal. Cobalah untuk menemukan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri. Fokus pada kepuasan dan rasa bangga yang didapat dari menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan, bukan hanya pada reward eksternal.

  • Jangan Menggunakan Reward sebagai Pelarian

Hindari menggunakan self-reward sebagai pelarian dari stres atau masalah. Cari cara lain yang lebih sehat untuk mengatasi tekanan, seperti berbicara dengan teman, meditasi, atau berolahraga. Menggunakan reward sebagai pelarian bisa memperburuk masalah jangka panjang.

  • Buat Rencana Keuangan yang Bijak

Jika self-reward melibatkan pengeluaran uang, pastikan kamu memiliki anggaran yang jelas. Tetapkan batasan pengeluaran untuk self-reward dan patuhi batasan tersebut. Ini membantu mencegah masalah keuangan yang bisa timbul dari pemberian reward yang berlebihan.

  • Minta Dukungan dari Orang Terdekat

Libatkan teman atau keluarga dalam proses self-reward kamu. Mereka bisa membantu mengingatkanmu untuk tetap bijak dan tidak berlebihan dalam memberikan reward. Dukungan dari orang terdekat juga bisa memberikan motivasi tambahan dan perspektif yang objektif.

  • Refleksi dan Penyesuaian Rutin

Lakukan refleksi secara rutin terhadap kebiasaan self-reward kamu. Tanyakan pada diri sendiri apakah cara kamu memberikan reward sudah efektif dan sehat. Jika perlu, lakukan penyesuaian untuk memastikan bahwa self-reward tetap memberikan manfaat positif tanpa dampak negatif.

 

Dengan menerapkan cara-cara tersebut, kamu bisa menikmati manfaat self-reward tanpa terjebak dalam dampak negatif yang berlebihan. Self-reward yang bijak dan terencana dengan baik dapat menjadi alat yang efektif untuk menjaga motivasi, kesejahteraan, dan perkembangan pribadi.

 

Keismpulan

Setelah memahami arti dan berbagai manfaat dari reward, serta dampak buruk yang bisa timbul dari self-reward yang berlebihan, kita jadi tahu betapa pentingnya memberikan penghargaan pada diri sendiri dengan bijak. Reward bisa menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan motivasi dan kesejahteraan, asalkan digunakan dengan tepat. Jadi, mulai sekarang, yuk kita lebih berhati-hati dalam memberikan self-reward. Tetapkan batasan, pilih reward yang sehat, dan tetap fokus pada tujuan jangka panjangmu. Dengan begitu, kamu bisa menikmati hasil kerja kerasmu tanpa harus khawatir terjebak dalam dampak negatif. Tetap semangat dan terus berikan yang terbaik! Grameds, kamu bisa mencari tahu lebih banyak terkait self-reward melalui kumpulan buku psikologi yang tersedia di Gramedia.com.

7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget

“Tidak semua orang bisa menjadi manusia yang berguna, tetapi semua orang harusnya bisa menjadi manusia yang tidak menyebalkan.”

Dengan keyakinan ini, maka 7 Kebiasaan Orang-Orang yang Sangat Menyebalkan (7 Habits of Highly Annoying People) ditulis. Berdasarkan temuan Survei Menyebalkan Nasional dengan lebih dari 1,000 responden, penulis memaparkan perilaku-perilaku menyebalkan yang sering kita temui sehari-sehari, atau kita lakukan tanpa kita sadari.

Pembaca akan mengetahui apa saja perilaku yang dianggap menyebalkan di sekolah, tempat kerja, jalan raya, tempat umum, acara keluarga, saat pacaran, bahkan di social media.

Buku ini dihias dengan ilustrasi kocak dari Utama Prastha, seorang ilustrator dengan pengalaman internasional. Marilah menjadi manusia yang tidak menyebalkan!

Buku “7 Kebiasaan Orang yang Nyebelin Banget” karya Henry Manampiring membahas perilaku-perilaku menyebalkan yang sering kita temui atau bahkan lakukan tanpa sadar dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini didasarkan pada Survei Menyebalkan Nasional dengan lebih dari 1.000 responden, mengungkap berbagai kebiasaan menyebalkan di berbagai situasi, seperti di sekolah, tempat kerja, jalan raya, tempat umum, acara keluarga, saat pacaran, dan bahkan di media sosial.

Dengan gaya penulisan yang humoris dan ilustrasi kocak dari Utama Prastha, buku ini mengajak pembaca untuk merefleksikan diri dan menghindari perilaku-perilaku menyebalkan tersebut. Tujuannya adalah agar kita semua bisa menjadi individu yang lebih baik dan tidak menyebalkan bagi orang lain.

Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin meningkatkan kualitas interaksi sosial dan menjadi pribadi yang lebih menyenangkan. Selain menghibur, buku ini juga memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kita dapat berkontribusi positif dalam lingkungan sosial kita.

About the author

Laila Wu