Sosiologi

Ringkasan Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa

Written by Laila Wu

Sosiologi, sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dan interaksi sosial, memiliki akar yang dalam di Eropa. Dari masa ke masa, Eropa telah menjadi pusat penting dalam perkembangan teori dan metode sosiologi yang kita kenal hari ini. Artikel ini akan membahas perjalanan panjang sosiologi di Eropa, menguraikan bagaimana pemikiran-pemikiran awal berkembang menjadi fondasi teori sosial yang kompleks. Kamu akan menemukan bagaimana para pemikir terkemuka dari abad ke-19 hingga kini telah membentuk dan mengarahkan arah sosiologi, serta pengaruhnya terhadap cara kita memahami masyarakat. Jadi, jika kamu penasaran dengan perjalanan sosiologi dari awal mula hingga menjadi disiplin ilmu yang mendalam, simak terus artikel ini untuk melihat gambaran lengkapnya.

 

Latar Belakang Lahirnya Sosiologi di Eropa

(Sumber foto: pexels.com)

Lahirnya sosiologi sebagai disiplin ilmu di Eropa tidak terlepas dari konteks sejarah dan perubahan sosial yang signifikan pada abad ke-18 dan ke-19. Periode ini ditandai oleh transformasi besar dalam struktur masyarakat Eropa, seperti Revolusi Industri, revolusi politik, dan perubahan sosial yang mendalam.

1. Revolusi Industri

Revolusi Industri yang dimulai di Inggris pada akhir abad ke-18 membawa perubahan drastis dalam cara produksi dan kehidupan sosial. Urbanisasi pesat, migrasi besar-besaran ke kota, dan perubahan dalam kondisi kerja menciptakan kebutuhan untuk memahami dampak sosial dari perubahan ini. Sosiologi muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk menganalisis dan menjelaskan dinamika sosial baru yang muncul.

2. Revolusi Politik

Revolusi Prancis (1789) dan revolusi-revolusi politik lainnya di Eropa mendorong perubahan besar dalam struktur kekuasaan dan hubungan sosial. Pergeseran dari monarki absolut menuju pemerintahan yang lebih demokratis menimbulkan pertanyaan tentang struktur sosial dan hubungan antara individu dan negara, yang menjadi perhatian utama sosiolog awal.

3. Pencerahan

Era Pencerahan pada abad ke-18 membawa ide-ide baru tentang rasionalitas, hak asasi manusia, dan kemajuan sosial. Pemikiran-pemikiran ini mendorong pengembangan pendekatan ilmiah untuk mempelajari masyarakat, yang merupakan fondasi bagi sosiologi sebagai disiplin akademis.

4. Kritik terhadap Teori Sosial Tradisional

Sebelum sosiologi formal, banyak pemikir seperti Montesquieu dan Rousseau telah menulis tentang masyarakat dan politik. Namun, sosiologi sebagai disiplin ilmiah dibentuk untuk mengatasi kekurangan dalam pemahaman sebelumnya, dan berfokus pada studi sistematis dan empiris mengenai struktur sosial dan proses-proses sosial.

5. Perkembangan Teori Sosial Awal

Tokoh-tokoh awal seperti Auguste Comte, yang dikenal sebagai “bapak sosiologi,” berperan penting dalam mengembangkan sosiologi sebagai ilmu terpisah. Comte dan sosiolog awal lainnya berusaha untuk memahami dan merumuskan teori tentang masyarakat yang dapat diterapkan secara universal.

 

Secara keseluruhan, latar belakang lahirnya sosiologi di Eropa adalah kombinasi dari perubahan besar dalam industri, politik, dan pemikiran filosofis yang mendorong kebutuhan untuk mempelajari dan memahami dinamika sosial secara lebih mendalam.

 

Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi

Sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tersebut, sosiologi memegang peranan penting dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, konflik antarras, delinkuensi anak-anak, dan lain-lain. Dalam hal ini sosiologi memang tidak terlalu menekankan pada pemecahan atau jalan keluar masalah-masalah tersebut, namun berupaya menemukan sebab-sebab terjadinya masalah tersebut, usaha-usaha untuk mengatasi masalah sosial hanya mungkin berhasil apabila didasarkan pada kenyataan serta latar belakangnya. Disinilah peranan sosiologi.

 

Perkembangan Sosiologi di Eropa

Sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri di Eropa pada abad ke-19. Perkembangan ini dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa penting, terutama Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Prancis. Berikut adalah perkembangan sosiologi di Eropa:

1. Revolusi Industri di Inggris

Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-18 dan 19 mengakibatkan perkembangan ekonomi yang tidak merata. Kesejahteraan industri meningkat, namun masyarakat di daerah lain justru berada dalam situasi kekurangan. Terjadi kesenjangan yang cukup lebar di kalangan masyarakat.

2. Revolusi Prancis

Sementara itu, Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18 mengakhiri sistem pemerintahan teokrasi dengan kaisar sebagai wakil Tuhan yang tidak dapat disalahkan. Revolusi ini mengarah pada pencerahan dan pemikiran rasional untuk mencapai kesejahteraan bersama.

3. Pemikiran Auguste Comte

Filsuf Auguste Comte yang hidup di masa revolusi-revolusi ini melihat perlunya ilmu yang mempelajari masyarakat dan mengarahkan perkembangannya agar perubahan yang terjadi dapat diarahkan ke arah yang lebih baik. Pemikirannya kemudian dituangkan dalam buku “Positive Philosophy” pada tahun 1838.

4. Perkembangan Sosiologi

Awalnya sosiologi menjadi bagian dari filsafat sosial. Pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja seperti perang, ketegangan atau konflik sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa.

Dalam perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakat meningkat pada cakupan yang lebih mendalam, yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan dan norma-norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Sejak itu, berkembanglah satu kajian baru tentang masyarakat yang disebut sosiologi.

Menurut Berger dan Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap sudah seharusnya demikian nyata dan benar (threats to the taken for granted world).

 

Dengan demikian, sosiologi lahir sebagai ilmu yang mempelajari perkembangan masyarakat dan dampak perubahan sosial yang dilatarbelakangi oleh Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Prancis pada abad ke-19. Comte menyebut ilmu ini sebagai sosiologi, yang berasal dari kata Latin “socius” (masyarakat) dan Yunani “logos” (ilmu).

 

Buku Sosiologi: Buku Peminatan IPS Premium Kurikulum 2013 Edisi Revisi

Sosiologi sendiri merupakan sebuah kajian ilmu sosial yang senantiasa berangkat dari fenomena dan peristiwa yang terjadi di masyarakat. Kemudian, sosiologi dijadikan sebagai kesatuan yang utuh, mulai dari konsep, gagasan, dan pemecahan persoalan sehingga menjadi sebuah pemahaman yang terstruktur. Dalam hal ini, siswa diarahkan untuk berpikir kritis dan analitis mengenai kajian sosial dan mengambil kesimpulan dari apa yang telah dipelajarinya.

Tujuan mempelajari sosiologi itu untuk meningkatkan pengetahuan siswa dlm melakukan interaksi dalam masyarakat. Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial. Dengan mempelajari sosiologi artinya siswa juga mempelajari tentang ilmu sosial, sejarah dan budaya.

Melalui pembelajaran sosiologi ini pula, siswa diarahkan untuk selalu menggali potensi, kemampuan, dan pengetahuannya agar terus berkembang serta menerapkan sikap-sikap positif, seperti kreatif, mandiri, peduli, disiplin, dan mensyukuri segala nikmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.

 

Tokoh Berpengaruh dalam Perkembangan Sosiologi di Eropa

(Sumber foto: pexels.com)

Perkembangan sosiologi di Eropa tidak terlepas dari kontribusi beberapa tokoh penting yang memiliki pemikiran dan teori yang mendalam mengenai masyarakat dan interaksinya. Berikut adalah beberapa tokoh berpengaruh dalam perkembangan sosiologi di Eropa:

1. Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte dikenal sebagai “Bapak Sosiologi” dan merupakan tokoh yang pertama kali menggunakan istilah “sosiologi” dalam bukunya yang berjudul Positive Philosophy pada tahun 1838. Comte berpendapat bahwa sosiologi harus mempelajari masyarakat dengan pendekatan ilmiah dan bertujuan untuk memahami serta mengarahkan perkembangan sosial ke arah yang lebih baik. Ia mengembangkan teori tentang perkembangan masyarakat yang terdiri dari tiga tahap: teologis, metafisik, dan positif, di mana tahap positif merupakan tahap tertinggi dalam perkembangan pemikiran manusia.

2. Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx adalah seorang filsuf dan ekonom yang karyanya berfokus pada analisis konflik sosial dan ekonomi. Ia mengembangkan teori tentang perjuangan kelas, di mana ia berpendapat bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan antara kelas-kelas sosial yang berbeda. Karyanya, Das Kapital, menjadi dasar bagi pemikiran sosiologi kritis dan memengaruhi banyak aliran pemikiran sosial dan politik di Eropa dan dunia.

3. Émile Durkheim (1858-1917)

Émile Durkheim adalah salah satu pendiri sosiologi modern yang berfokus pada studi tentang fakta sosial. Ia berpendapat bahwa setiap masyarakat memiliki struktur dan norma yang memengaruhi perilaku individu. Karya terkenalnya, The Division of Labor in Society, menjelaskan bagaimana pembagian kerja dalam masyarakat modern menciptakan solidaritas sosial. Durkheim juga melakukan penelitian tentang bunuh diri yang menunjukkan bagaimana faktor sosial dapat memengaruhi tindakan individu.

4. Max Weber (1864-1920)

Max Weber adalah seorang sosiolog yang dikenal karena pendekatannya yang multidimensional dalam mempelajari masyarakat. Ia mengembangkan konsep “verstehen” atau pemahaman subjektif, yang menekankan pentingnya memahami makna di balik tindakan sosial. Karya Weber yang terkenal, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, menjelaskan hubungan antara etika Protestan dan perkembangan kapitalisme di Eropa.

5. Georg Simmel (1858-1918)

Georg Simmel adalah seorang sosiolog yang berfokus pada interaksi sosial dan dinamika kelompok. Ia mengembangkan konsep-konsep penting seperti “sosiologi ruang” dan “sosiologi bentuk.” Karyanya, The Philosophy of Money, mengeksplorasi bagaimana uang memengaruhi hubungan sosial dan interaksi manusia dalam masyarakat modern.

6. Herbert Spencer (1820-1903)

Herbert Spencer dikenal sebagai pendukung teori evolusi dalam konteks sosial. Ia mengembangkan konsep “survival of the fittest” dan menerapkan prinsip-prinsip evolusi biologis untuk menjelaskan perkembangan masyarakat. Spencer berargumen bahwa masyarakat berkembang melalui proses seleksi alam, di mana hanya yang paling adaptif yang akan bertahan.

 

Kesimpulan

Nah itulah ringkasan mengenai perkembangan sosiologi di Eropa, mulai dari latar belakang kelahirannya hingga tokoh-tokoh yang membentuk disiplin ini. Seiring dengan perkembangan zaman, sosiologi terus berevolusi dan menawarkan berbagai perspektif baru untuk memahami masyarakat kita. Dengan memahami perjalanan dan kontribusi para pionir sosiologi, kita bisa lebih menghargai bagaimana teori dan ide-ide mereka memengaruhi studi sosial saat ini. Semoga informasi ini membantu kamu untuk lebih memahami dinamika sosiologi dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Terus eksplorasi dan belajar, karena ilmu sosial selalu menawarkan wawasan baru untuk kita semua! Grameds, kamu juga bisa mempelajari lebih banyak terkait ilmu sosiologi melalui kumpulan buku sosiologi yang tersedia di Gramedia.com.

 

IPS Sosiologi SMA/MA Kelas 10 Kurikulum Merdeka

Buku IPS-Sosiologi untuk Siswa SMA-MA Kelas 10 ini disusun dengan menggunakan Kurikulum Merdeka yang tentunya mengusung semangat merdeka belajar. Adapun kebijakan pengembangan kurikulum ini tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 033/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka. Untuk mendukung pelaksanaan kurikulum tersebut, diperlukan penyediaan buku teks pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Buku teks pelajaran ini merupakan salah satu bahan pembelajaran bagi siswa dan guru.

Pada awal bab buku ini dipaparkan materi tentang metode ilmiah, bertujuan supaya siswa dapat memiliki sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu yang tinggi, berpikir kritis, analitis, terbuka, jujur, tekun, bertanggung jawab, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan tujuan pembentukan profil pelajar Pancasila. Materi dan aktivitas yang disajikan menuntun siswa untuk berpikir dan bekerja melalui proses saintifik sehingga pada akhirnya dapat diaplikasikan oleh siswa untuk memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

About the author

Laila Wu