Sejarah

Sejarah Angklung: Asal-Muasal, Penyebaran, hingga Pelestariannya!

Written by Laila Wu

Hai Grameds, pernahkah kamu mendengar tentang angklung? Sebuah alat musik tradisional yang khas dari Indonesia ini memiliki sejarah yang begitu kaya dan menarik untuk disimak. Angklung tidak hanya sekadar alat musik, tetapi juga merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas bangsa Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah angklung, bagaimana alat musik ini tersebar luas, serta upaya-upaya untuk melestarikannya di tengah arus modernisasi dan globalisasi. Mari kita bersama-sama mengenal lebih dalam tentang keunikan dan keindahan dari alat musik tradisional yang satu ini.

Apa itu Angklung?

Angklung adalah alat musik tradisional khas Indonesia yang terbuat dari bambu. Alat musik ini memiliki ciri khas berupa tabung-tabung bambu yang disusun secara melintang dan dipasangkan di bingkai kayu atau bambu sebagai penyangga. Setiap tabung bambu memiliki ukuran dan nada yang berbeda, sehingga angklung dapat menghasilkan berbagai macam nada dan pola bunyi yang indah.

Cara memainkan angklung cukup unik, karena para pemainnya biasanya membentangkan angklung di depan mereka dan menggoyangkan bingkai kayu atau bambu tersebut. Ketika angklung digoyangkan, tabung-tabung bambu yang terbuka pada ujungnya akan menghasilkan bunyi yang bervariasi, tergantung pada ukuran dan posisi tabung bambu yang digoyangkan.

Sejarah Ringkas Terbaik Dunia Kuno Empat Benua

Tradisi paling popular di dunia yang dirayakan oleh negara-negara Eropa setiap bulan Oktober, yaitu Halloween, ternyata berhubungan dengan kebiasaan masyarakat kuno Eropa. Bangsa Kelt sebagai penyebar tradisi Halloween berhasil membuat labu menjadi sebuah ikon lentera mistis yang diukir menyerupai muka hantu. Itulah salah satu bentuk kebudayaan Eropa. Hal ini membuka pengetahuan bahwa membahas seputar dunia kuno Eropa tak melulu terfokus pada kemegahan kuil Athena, sejarah perang Sparta-Persia, ataupun keagungan Romawi saja.

Dunia masih memiliki peradaban di benua Asia, Afrika, dan Amerika. Masing-masing benua memiliki sejarah kuno yang tak bisa ditinggalkan begitu saja dari materi sejarah. Masih ada Raja Ashoka dari peradaban lembah Sungai Indus yang bersinergi dengan kebudayaan Yunani Kuno. Ada Hammurabi yang terkenal dengan Codex Hammurabi, yang merupakan pendahulu undang-undang modern. Ada Nebukadnezar II (cucu Hammurabi) yang dikenal membangun Taman Gantung Babilon. Ada prasasti berukiran hieroglif dari peradaban Mesir di Afrika. Ada piramida pula di belahan Amerika, seolah kebudayaan mereka pernah menyatu dengan Mesir.

Sejarah Penyebaran Angklung

Angklung, sebagai salah satu alat musik tradisional Indonesia yang khas, memiliki perjalanan penyebaran yang menarik dalam konteks budaya dan seni musik. Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah penyebaran angklung:

1. Ekspansi di Nusantara

Dari akarnya di Jawa Barat, angklung mulai menyebar ke berbagai daerah di Nusantara. Pengaruh budaya Sunda yang membawa angklung bergerak dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan bahkan ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Di setiap daerah, angklung sering kali disesuaikan dengan budaya lokal dan digunakan dalam konteks upacara adat, seni pertunjukan, dan kegiatan sosial masyarakat.

2. Peran Masyarakat Sunda

Masyarakat Sunda memiliki peran krusial dalam mempertahankan dan mengembangkan angklung. Di Jawa Barat, angklung tidak hanya dipertahankan sebagai alat musik tradisional, tetapi juga dijadikan sebagai bagian penting dalam pendidikan anak-anak dan dalam penyelenggaraan acara-acara kebudayaan.

3. Penyebaran Internasional

Pada abad ke-20, angklung mulai menarik perhatian dunia internasional sebagai simbol kekayaan budaya Indonesia. Berbagai upaya diplomasi budaya dan pertunjukan seni dilakukan untuk memperkenalkan angklung ke mancanegara. Seiring dengan pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada tahun 2010, angklung semakin dikenal luas di dunia internasional.

4. Peran Pendidikan dan Media

Pengajaran angklung dalam kurikulum pendidikan di Indonesia turut mendukung penyebarannya. Banyak sekolah, terutama di Jawa Barat, yang menerapkan pembelajaran angklung sebagai bagian dari pelajaran seni dan budaya. Selain itu, media sosial dan internet juga berperan besar dalam mempopulerkan angklung di kalangan generasi muda Indonesia dan di luar negeri.

5. Kolaborasi Seni dan Inovasi

Dalam beberapa tahun terakhir, angklung tidak hanya dipertahankan dalam bentuk tradisionalnya, tetapi juga mengalami inovasi dalam hal penggabungan dengan alat musik lain atau dalam pembuatan versi modern yang lebih praktis. Kolaborasi dengan seniman-seniman internasional juga semakin meningkat, memberikan warna baru dalam penyebaran dan pengembangan angklung di dunia global saat ini.

 

Sejarah penyebaran angklung mencerminkan adaptasi dan keberlanjutan dalam mempertahankan warisan budaya Indonesia yang berharga. Dengan terus menghargai dan mempromosikan angklung baik di dalam negeri maupun di luar negeri, kita dapat memastikan bahwa nilai-nilai kebudayaan Indonesia tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.

 

Sejarah Indonesia Wajib Semester 1 SMA/MA/SMK Kelas 11

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi di seluruh Indonesia. Ini merupakan bahasa komunikasi resmi, diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan untuk disiarkan di media elektronik dan digital.

Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu (melayao). Telah berabad-abad bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan antar penduduk Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa.

Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan yang luas. Bahkan komunikasi antara pemerintah Belanda dan penduduk Indonesia yang memiliki berbagai macam bahasa juga menggunakan bahasa Melayu.

Sebagai bagian dari evaluasi pembelajaran, setiap akhir bab buku jago mencantumkan Proyek Literasi (jurnal membaca) dan muatan Aktivitas Peserta Didik. Ini menjadi tugas-tugas tambahan, tetapi penting bagi siswa untuk melaporkan hasilnya.

Melalui dua aktivitas ini diharapkan dapat tercipta proses pembelajaran yang menekankan situasi belajar aktif secara fisik, mental intelektual, dan emosional. Tujuannya untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

 

Asal Muasal Angklung

(Sumber foto: www.pexels.com)

Angklung merupakan alat musik tradisional yang memiliki asal-usul yang kaya dan berakar dalam budaya Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Berikut adalah beberapa fakta mengenai asal-muasal angklung:

1. Awal Mula Angklung

Angklung diyakini berasal dari daerah Parahyangan (sekitar Bandung) di Jawa Barat, Indonesia. Sejarahnya dapat ditelusuri kembali hingga zaman kerajaan-kerajaan Sunda yang ada sebelum masa penjajahan Belanda. Angklung pada awalnya digunakan dalam konteks keagamaan dan upacara adat, serta sebagai bagian dari ekspresi seni dan budaya masyarakat Sunda.

2. Material Utama: Bambu

Angklung terbuat dari bambu, bahan alami yang melimpah di Indonesia. Bambu dipilih karena memiliki keunikan dalam resonansi suara dan fleksibilitasnya dalam pembuatan alat musik. Setiap tabung bambu angklung memiliki ukuran dan tekanan udara yang berbeda, yang memungkinkan penghasilan nada yang berbeda pula.

3. Perkembangan dan Penyebaran

Dengan berjalannya waktu, angklung tidak hanya populer di Jawa Barat tetapi juga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan ke mancanegara. Perkembangan ini terutama terjadi berkat upaya pelestarian dan penyebaran yang dilakukan oleh para seniman, budayawan, dan pendidik di Indonesia.

4. Peran dalam Kehidupan Masyarakat

Angklung bukan hanya sekadar alat musik tradisional, tetapi juga memiliki peran yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Di samping fungsi hiburan dan ritual, angklung juga digunakan sebagai alat pendidikan untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda.

5. Pengakuan UNESCO

Pada tahun 2010, angklung diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO dari Indonesia. Pengakuan ini memberikan dorongan besar dalam upaya pelestarian, pengembangan, dan penyebaran angklung tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di kancah internasional.

 

Dengan memahami asal-muasal angklung, kita dapat lebih menghargai keberagaman budaya Indonesia serta upaya-upaya untuk menjaga dan mengembangkan warisan budaya ini bagi generasi mendatang. Angklung tidak hanya merupakan alat musik, tetapi juga simbol kekayaan budaya yang patut dilestarikan dengan penuh kebanggaan.

 

Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII Kurikulum 2013 (Revisi 2018)

Buku berjudul Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII Kurikulum 2013 (Revisi 2018) karya Abdurakhman, Arif Pradono, Linda Sunarti, Susanto Zuhdii yang terbit melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 pada tingkat SMA. Buku siswa untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia Wajib ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

 

Cara Melestarikan Angklung

(Sumber foto: www.pexels.com)

Angklung tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia, perlu dijaga dan dilestarikan agar tetap hidup dan berkembang. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melestarikan angklung:

  • Edukasi dan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam melestarikan angklung. Sekolah-sekolah dan komunitas seni harus memasukkan pembelajaran tentang angklung dalam kurikulum mereka. Hal ini tidak hanya mencakup cara memainkan angklung, tetapi juga sejarah, nilai-nilai budaya, serta peran angklung dalam kehidupan masyarakat tradisional.

  • Pelatihan dan Workshop

Mengadakan pelatihan dan workshop secara berkala dapat membantu meningkatkan keterampilan bermain angklung di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Pelatihan ini juga dapat menjadi ajang untuk membangun komunitas yang peduli terhadap melestarikan alat musik tradisional ini.

  • Kolaborasi dengan Seniman dan Musikus

Kolaborasi antara pemain angklung dengan seniman dan musikus dari berbagai genre dapat membawa angklung ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan menggabungkan angklung dengan alat musik lain atau dalam genre musik modern, angklung dapat tetap relevan dan menarik minat generasi muda.

  • Festival dan Pertunjukan

Mengadakan festival angklung secara rutin di berbagai daerah dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan angklung kepada masyarakat luas dan mempromosikan keunikan budaya Indonesia. Pertunjukan angklung juga dapat diadakan sebagai bagian dari acara-acara nasional maupun internasional untuk meningkatkan citra budaya Indonesia di mata dunia.

  • Penggunaan Media Sosial

Memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan angklung dapat membantu memperluas jangkauan dan meningkatkan popularitasnya di kalangan generasi muda. Video tutorial, rekaman pertunjukan, dan konten edukatif tentang angklung dapat dibagikan secara luas untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap alat musik tradisional ini.

  • Keterlibatan Masyarakat

Melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan melestarikan angklung, baik sebagai pemain, pembuat alat musik, atau penggemar, adalah langkah penting lainnya. Dengan membangun kesadaran dan rasa memiliki terhadap angklung, masyarakat akan lebih termotivasi untuk menjaga keberlanjutan penggunaan dan pembelajaran alat musik ini.

 

Melestarikan angklung bukan hanya tentang mempertahankan tradisi, tetapi juga tentang memastikan bahwa kekayaan budaya Indonesia tetap hidup dan dinikmati oleh generasi masa depan. Dengan upaya bersama dari semua pihak, angklung dapat terus mengukir jejaknya sebagai salah satu warisan budaya yang berharga bagi bangsa Indonesia.

Kesimpulan

Kita dapat melihat betapa beragamnya perjalanan alat musik ini dari zaman kerajaan hingga menjadi warisan budaya takbenda yang diakui secara internasional. Melalui usaha pelestarian yang terus dilakukan, angklung tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Indonesia yang patut kita banggakan. Mari kita bersama-sama menjaga keberlanjutan dan memperluas apresiasi terhadap angklung, agar keindahan dan kearifan lokal yang terkandung dalam alat musik ini terus tersampaikan dan dinikmati oleh generasi mendatang. Grameds, kamu bisa mencari tahu lebih dalam terkait angklung dan cara melestarikannya melalui kumpulan buku sejarah yang tersedia di Gramedia.com.

 

PR Sejarah Indonesia Mata Pelajaran Wajib untuk SMA/MA Kelas 10 Semester 1

Buku pelajaran atau buku teks menjadi salah satu komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar. Pada umumnya, buku teks berisi bahan ajar atau teks pembelajaran suatu bidang ilmu. Buku tersebut dijadikan sebagai sarana pembelajaran oleh lembaga-lembaga pendidikan formal, maupun nonformal. Buku teks ini berperan sebagai bahan ajar atau media instruksional yang dominan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dengan kata lain, buku itu berguna untuk menyampaikan materi yang ditentukan oleh kurikulum.

Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis teks, guru dapat menuntun siswa mengeksplorasi beragam teks yang disesuaikan dengan amanat kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013 untuk Kelas X. Beragam tema teks yang disajikan berkaitan dengan fenomena alam dan sosial di Indonesia, yang mana dimaksudkan untuk mengembangkan karakter penting seperti kecintaan pada alam Indonesia, sikap menjaganya, dan mengembangkan karakter mengasihi sesama sebagai dasar terbentuknya perilaku sosial yang positif. Namun ada juga tema yang lebih global yang bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan siswa.

Buku teks yang digunakan oleh guru dan siswa ini perlu memenuhi syarat diantaranya: dapat memenuhi kebutuhan antara pendidik dan peserta didik, topik yang terdapat dalam buku tersebut relevan sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar mengajar, serta buku teks harus disusun dengan realistis dan memperhitungkan situasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

About the author

Laila Wu