Bahasa Indonesia Sastra

Pengertian Semiotika: Konsep Dasar, Macam, dan Tokoh Pencetusnya

Written by Rahma Fiska

Pengertian Semiotika – Apakah Grameds menyadari ketika tengah berkomunikasi dengan individu lain, terdapat beberapa tanda yang mempunyai konsep khusus dan sama-sama dipahami oleh pihak-pihak yang tengah melakukan komunikasi tersebut? Meskipun tanpa tersebut tidak selamanya dapat dipahami secara benar dan sama di mata masyarakat, sebab setiap orang memiliki interpretasi tersendiri untuk menjabarkan konsep dari suatu tanda. Namun, tak jarang pula interpretasi atas tanda tersebut dapat sama, atau bahkan berbeda.

Di dalam kehidupan sehari-hari ini, ada banyak tanda yang tanpa sadar ternyata itu adalah bentuk dari komunikasi non verbal pula. Sebut saja lampu lalu lintas yang ada di perempatan jalan yang mana tidak dapat berbicara secara verbal, tetapi dapat memberimu tanda bahwa ketika lampu merah muncul, kamu akan langsung menghentikan kendaraanmu.

Dalam ilmu linguistik, terdapat subdisiplin ilmu yang membahas mengenai tanda ini, yakni semiotik. Semiotik ini tidak hanya terdapat dalam tulisan saja hanya karena berasal dari ilmu linguistik, tetapi juga ada di dalam lagu hingga film.

Lalu, apa sih semiotika itu? Siapa saja tokoh-tokoh yang mengembangkan teori semiotika? Apa saja jenis-jenis dari semiotika?  Nah, supaya Grameds tidak bingung akan beberapa pertanyaan tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

https://www.pexels.com/

Pengertian Semiotika

Apabila dibahas secara etimologis, kata “semiotik” ini berasal dari Bahasa Yunani, yakni “simeon” yang berarti tanda. Sementara itu, kata “semiotika” juga dapat merupakan penurunan kata Bahasa Inggris, yakni “semiotics”. Nama lain dari semiotika adalah semiology. Kemudian, apabila dikaji secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tanda. Tanda itu sendiri dianggap sebagai suatu dasar konvensi sosial dan memiliki sesuatu (makna) tertentu.

Menurut Tinarbuko (2008), semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda supaya dapat mengetahui bagaimana tanda tersebut berfungsi dan menghasilkan suatu makna. Sementara itu, menurut Christomy dan Yuwono (2004), berpendapat bahwa semiotika adalah studi tentang tanda-tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi tanda.

Dalam hal ini, tanda yang dimaksud nantinya dapat menunjukkan pada makna atau sesuatu hal lainnya yang tersembunyi di balik tanda itu sendiri. Dengan kata lain, keberadaan tanda ini nantinya akan mewakili suatu hal yang berkaitan dengan objek tertentu. Objek-objek tersebut dapat membawa informasi dan mengkomunikasikannya dalam bentuk tanda.

Misalnya, dalam sebuah kemasan atau di gedung perusahaan, terdapat tanda berupa gambar asap. Dari tanda tersebut, kebanyakan orang menginterpretasikannya sebagai api.

Beli Buku di Gramedia

Konsep Dasar Dalam Semiotika

Pada dasarnya, semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang makna dari tanda, dengan menyertakan adanya mitos dan metafora yang bersangkutan dengan tanda tersebut. Konsep-konsep dasar dari semiotika yang dicetuskan oleh Ferdinand de Saussure ini meliputi tanda/simbol, kode, maka, mitos, dan metafora.

1. Tanda

Menurut Saussure, tanda (sign) ini terbagi menjadi tiga komponen, yakni:

  • Tanda (sign), mencangkup aspek material berupa suara, huruf, gambar, gerak, dan bentuk.
  • Penanda (signifier), mencangkup aspek material bahasa, yakni apa yang dikatakan atau didengarkan; dan apa yang ditulis atau dibaca.
  • Petanda (signified), mencakup aspek mental bahasa, yakni gambaran mental, pikiran, dan konsep.

Ketiga komponen tersebut harus memiliki eksistensi yang secara utuh. Apabila salah satu komponennya tidak ada, maka tandanya tidak dapat dibicarakan atau bahkan dibayangkan di benak manusia. Jadi, petanda (signified) adalah konsep yang nantinya akan dipresentasikan oleh penanda (signifier). Hubungan antara petanda dan penanda ini harus berkaitan satu sama lain supaya dapat menghasilkan makna atas tanda tersebut.

Contohnya adalah kata “Gorden” itu juga merupakan sebuah tanda karena memiliki Signifier yang berupa kata itu sendiri; dan Signified berupa kain untuk menutup jendela. Adanya kesatuan antara kata dengan kenyataan itulah  yang membuat “Gorden” menjadi sebuah tanda (Sign).

Dalam kehidupan ini, terdapat banyak sekali tanda yang rata-rata “diproduksi” oleh manusia, antara lain tanda gerak atau isyarat, tanda verbal berupa ucapan kata, dan tanda non verbal berupa bahasa tubuh. Tanda isyarat misalnya lambaian tangan yang berarti memanggil dan anggukan kepala yang berarti pernyataan setuju. Kemudian, tanda verbal yang berupa ucapan biasanya akan diimplementasikan melalui huruf dan angka.

Selain tiga tanda tersebut, ada juga tanda-tanda yang berupa gambar, misalnya ikon, indeks, dan simbol. Berikut penjabaran hubungannya.

Tanda (Sign) { ikon, indeks, dan simbol

  • Ikon = tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Keberadaan ikon biasanya mirip dengan sesuatu hal yang dimaksudkan. Misalnya: gambar toilet di suatu gedung atau pom bensin berarti disitu adalah tempat toilet.
  • Indeks = tanda yang memiliki sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Misalnya, di stiker paket kardus terdapat gambar gelas pecah, itu berarti apabila paket tersebut dibanting maka akan pecah sama halnya dengan gelas tersebut. Contoh lain adalah di sebuah tempat wisata, terdapat tanda berupa jejak kaki yang berarti disitulah tempat titik fotonya.
  • Simbol = tanda yang didasarkan pada konvensi, peraturan, atau perjanjian atas kesepakatan bersama. Keberadaan simbol ini hanya dapat dipahami artinya apabila seseorang tersebut memang sudah mengerti kesepakatan bersama yang ada. Misalnya tanda hati berwarna merah muda itu diartikan sebagai cinta, yang mana semua orang tanpa sadar telah menyepakati simbol dan arti dari hal tersebut.
IKON INDEKS SIMBOL
Ditandai dengan adanya Persamaan (terutama dengan objek yang diwakilinya) Hubungan sebab-akibat Konvensi (kesepakatan bersama)
Proses Dapat dilihat dan dapat langsung menyadari adanya persamaan Dapat diperkirakan akan sebab-akibatnya Harus dipelajari, sebab tidak semua orang memahaminya
Contoh Berupa gambar dan patung. Misalnya: patung gajah berarti tempat kebun binatang, dan di dalam kebun binatang tersebut terdapat hewan gajah.
  • Asap – Api
  • Tengkorak – zat mematikan
  • Gelas pecah – permintaan untuk jangan dibanting
  • Gambar hati berwarna merah muda – cinta
  • Dua jari – tanda perdamaian
  • Mengibarkan bendera putih – tanda menyerah

Beli Buku di Gramedia

2. Kode

Kode juga termasuk dalam hal yang dipelajari dalam semiotika lho… Kode adalah cara pengkombinasian tanda yang memang telah disepakati secara sosial, untuk memungkinan pesan tersebut tersampaikan kepada orang tertentu. Menurut Barthes, kode dalam semiotika ini memiliki lima macam, yakni:

  • Kode Hermeneutik

Yaitu kode yang berupa menyodorkan berbagai pertanyaan, teka-teki, respons, enigma (ucapan misterius), penangguhan jawab, yang pada akhirnya akan menuju pada jawaban pasti. Kode ini berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana.

Misalnya pertanyaan-pertanyaan seperti:

“Siapakah mereka?”

“Mengapa kamu tidak datang?”

“Bagaimana dengan tujuan kita?”

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menunda jawaban yang satu dengan jawaban lain.

 

  • Kode Semantik

Yakni kode yang mengandung adanya konotasi (nilai rasa) pada level penanda. Konotasi atau nilai rasa yang terdapat dalam kode ini misalnya berupa maskulinitas, feminim, kebangsaan, dan lain-lain. 

  • Kode Simbolik

Yakni kode yang berkaitan dengan psikoanalisis hingga adanya pertentangan dua unsur.

  • Kode Narasi (Proairetik)

Yakni kode yang memuat adanya cerita, urutan, dan narasi. Setiap karya fiksi pasti memiliki kode ini.

  • Kode Kebudayaan (Kultural)

Yaitu kode yang bersifat anonim, bawah sadar, mitos, sejarah, moral, dan legenda.

3. Makna

Apakah Grameds menyadari bahwa segala makna yang ada di kehidupan ini secara tidak langsung diciptakan berdasarkan pada simbol-simbol yang menunjuk pada suatu peristiwa atau objek tertentu?

Apabila membahas mengenai makna, terdapat dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna sebenarnya, mencangkup hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata atau hubungan secara eksplisit antara tanda dengan referensi yang ada. Misalnya, terdapat gambar manusia itu berarti maknanya memang berhubungan dengan manusia selaku makhluk hidup.

Kemudian pada makna konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya, meliputi perasaan, emosi, nilai-nilai kebudayaan, hingga sudut pandang dari suatu kelompok. Misalnya: gambar wajah tersenyum dapat diartikan menjadi dua makna yaitu suatu kebahagiaan atau ekspresi penghinaan.

Menurut Barthes, untuk memahami makna konotatif yang terdapat dalam semiotika, terdapat dua konsep yakni Mitos dan Metafora.

Beli Buku di Gramedia

Macam-Macam Semiotik

Berdasarkan pada lingkup pembahasannya, maka semiotika ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

1. Semiotik Murni (Pure)

Yakni semiotik yang membahas mengenai filosofis dari semiotika itu sendiri, berkaitan dengan metabahasa.

2. Semiotik Deskriptif (Descriptive)

Yakni semiotik yang lingkup pembahasannya adalah tentang semiotik tertentu, berupa sistem tanda tertentu dan bahasa tertentu. Kemudian, dijabarkan secara deskriptif.

3. Semiotika Terapan (Applied)

Sesuai dengan namanya, maka lingkup pembahasan dalam jenis semiotik ini adalah membahas mengenai penerapan dari semiotika itu sendiri pada berbagai bidang atau konteks tertentu. Misalnya yang berkaitan dengan sistem tanda sosial, komunikasi, sastra, periklanan, film, dan lain-lain.

Beli Buku di Gramedia

Tokoh-Tokoh Dalam Semiotika

1. Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure dikenal sebagai Bapak Semiotika Modern yang membagi membagi relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified) berdasarkan konvensi yang disebut dengan signifikansi. Menurut Saussure, semiotika adalah kajian yang membahas tentang tanda dalam kehidupan sosial dan hukum yang mengaturnya. Beliau sangat menekankan bahwa tanda itu memiliki makna tertentu karena sangat dipengaruhi oleh peran bahasa.

Saussure kemudian membagi konsep semiotik berdasarkan 3 konsep, yakni:

  • Significant dan Signifie
  • Langue dan Parole
  • Synchronic dan Diachronic
  • Syntagmatic dan Paradigmatic

Significant dan Signifie 

Dalam konsep yang pertama, Saussure mengungkapkan bahwa significant atau petanda ini merupakan hal-hal yang dapat diterima oleh pikiran manusia, seperti gambaran visual asli dari objek. Sementara Signifie menjurus pada makna yang dipikirkan oleh manusia setelah mereka menerima sebuah tanda.

Contohnya adalah “Gorden”. Dalam Significant, gorden adalah komponen dari kata gorden itu sendiri yakni G-O-R-D-E-N. Sedangkan, Signifie dari gorden adalah apa yang dipikirkan manusia tentang definisinya, yakni kain yang dipasang di jendela untuk menghalangi masuknya cahaya.

Parole dan Langue

Menurut Saussure, Langue adalah suatu sistem tanda dengan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat akan suatu hal tertentu. Sementara itu, Parole adalah tindakan yang dilakukan oleh individu berdasarkan pada kemauan dan kecerdasan berpikir.

Synchronic dan Diachronic

Yakni konsep yang mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu. Pada Synchronic adalah penjelasan mengenai kondisi tertentu yang berhubungan dengan suatu masa atau waktu. Kemudian, Diachronic adalah penjelasan tentang perkembangan setelah suatu hal terjadi di suatu masa tertentu.

Syntagmatic dan Paradigmatic

Yakni hubungan unsur yang memuat susunan atau rangkaian kata dan bunyi dalam suatu konsep. Syntagmatic adalah unsur dari susunan suatu kalimat yang tidak dapat digantikan dengan unsur lainnya. Sementara itu, Paradigmatic adalah unsur kalimat yang dapat digantikan dengan unsur lainnya, dengan catatan harus memiliki makna sama.

Beli Buku di Gramedia

2. Charles Sanders Pierce

Menurut Pierce, tanda dalam semiotika akan selalu berkaitan dengan logika, terutama logika manusia untuk menalar adanya tanda-tanda yang muncul di sekitarnya. Pierce membagi tanda atas tiga hal, yakni ikon, indeks, dan simbol.

Penjelasan mengenai ikon, indeks, dan simbol telah dijabarkan sebelumnya ya…

Menurut Pierce, terdapat sebuah analisis yang berkaitan dengan esensi tanda dan mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda akan ditentukan oleh objeknya:

  • Menjadi tanda yang berupa ikon apabila diikuti oleh sifat objeknya.
  • Menjadi tanda yang berupa indeks, ketika kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual.
  • Menjadi tanda yang berupa simbol, ketika sesuatu hal diinterpretasikan sebagai objek denotatif akibat kebiasaan yang berlaku.

Pierce juga membagi tanda menjadi sepuluh jenis berdasarkan segitiga model semiotika, yakni:

  1. Qualisign, yakni kualitas yang dimiliki oleh tanda. Contohnya: “suaranya keras”, berarti orang itu tengah marah.
  2. Iconic Sinsign, yakni tanda yang diperlihatkan kemiripannya. Contoh: foto, diagram, peta, dan lain-lain.
  3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda yang didasarkan pada pengalaman langsung. yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh: sebuah pantai dipasang bendera bergambar tengkorak, berarti sebelumnya telah ada yang nyawa yang terenggut di lokasi tersebut.
  4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Contoh: tanda larangan masuk di pintu ruangan kantor.
  5. Iconic Legisign, yakni tanda yang memberikan informasi akan norma atau hukum. Contoh: rambu lalu lintas.
  6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu pada objek tertentu disertai kata ganti penunjuk. Contoh: “Mana cerminku?” dan kemudian dijawab “Itu!
  7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna akan informasi dan menunjuk pada subjek informasi. Contoh: lampu merah yang ada di atas mobil ambulance berputar-putar, menandakan bahwa di dalam mobil tersebut ada seseorang yang sakit dan harus segera dilarikan ke rumah sakit.
  8. Rhematic Symbol, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum.
  9. Dicent Symbol, yakni tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui adanya asosiasi di dalam otak. Contoh: seseorang berkata “Pergi!”. Ketika mendengar hal tersebut yang padahal hanya berupa suara, tetapi otak kita menafsirkan apabila dituliskan maka akan membentuk kalimat yang memiliki tanda baca seru.
  10. Argument, yakni tanda yang mereferensikan atas sesuatu berdasarkan alasan tertentu.

3. Roland Barthes

Barthes juga termasuk dalam jajaran tokoh besar di dunia semiotika. Menurutnya, semiotika adalah ilmu yang digunakan untuk memaknai suatu tanda, yang mana bahasa juga merupakan susunan atas tanda-tanda yang memiliki pesan tertentu dari masyarakat. Tanda di sini juga dapat berupa lagu, dialog, not musik, logo, gambar, mimik wajah, hingga gerak tubuh.

Beliau mencetuskan model analisis tanda signifikansi menjadi dua tahap atau biasanya disebut dengan two order of signification. Kemudian, membaginya kembali menjadi denotasi dan konotasi.

Dalam signifikansi tahap pertama, berupa hubungan antara petanda dan penanda dalam bentuk nyata alias denotasi, yakni makna asli yang dipahami oleh kebanyakan orang. Misalnya kata “ayam” memiliki makna denotasi sebagai “unggas yang menghasilkan telur dan berkotek”.

Kemudian dalam signifikansi tahap kedua, terdapat konotasi yang menggambarkan hubungan ketika tanda tersebut bercampur dengan perasaan atau emosi. Meskipun makna denotasi dan konotasi ini memiliki perbedaan, tetapi seringkali orang tidak menyadari perbedaan tersebut, sehingga membutuhkan analisis semiotika untuk menyelidikinya.

Beli Buku di Gramedia

Nah, itulah penjelasan mengenai apa itu Semiotika. Apabila Grameds ingin mempelajarinya lebih lanjut, tentu saja dapat mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan ilmu akan tanda ini di Gramedia ya…

Baca Juga!

About the author

Rahma Fiska

Saya fiska sangat senang dengan dunia menulis. Saya juga sudah menghasilkan beberapa tulisan, salah satunya pada website gramedia.com. Saya senang menulis tentang sastra