Strategi dakwah Sunan Ampel – Sunan Ampel berperan penting dalam penyebaran dan perkembangan Islam di Nusantara. Dalam perjalanannya ke Trowulan, ibukota Majapahit, atas undangan Raja Sri Kertawijaya, Sunan Ampel pertama kali singgah di Palembang dan Tuban untuk menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Kehadirannya di Trowulan menandai titik balik sejarah keagamaan masyarakat Majapahit, dari Hindu ke Islam.
Sunan Ampel merupakan salah satu wali Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di Champa. Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rachmat, tokoh dari negeri Champa dan anggota wali songo (wali Sembilan), yang berjasa besar dalam perkembangan Islam di pulau Jawa.
Dalam perjalanan keluarganya, Sunan Ampel memiliki dua istri, Dewi Karimah dan Dewi Chandrawati. Istri pertamanya memiliki 2 anak, Dewi Murtasiah, istri Raden Fatah (raja pertama kekhalifahan di Demak Bintaro) dan Dewi Murtasima, istri Raden Paku (Sunan Giri). Sedangkan dari istri keduanya Sunan Ampel dengan 5 orang anak, Siti Syare’at menjadi istri Raden Umar Haji (Sunan Madalika), Siti Mutmainah menikah dengan Raden Mukhsin (Sunan Wilis), Siti Sofiah menikah dengan Raden Ahmad (Sunan Malaka), Raden Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang, dan Syarifuddin atau Raden Kosim yang dikenal dengan Sunan Drajat.
Menurut Babad Gresik, Raden Rahmat berhasil mengubah wilayahnya yang berawa dan berair menjadi makmur. Raden Rahmat mendirikan pesantren pertama di Ampel Denta, Surabaya. Dari pemikiran inilah beliau mendidik banyak pemuda muslim untuk menyebarkannya ke setiap pelosok pulau Jawa.
Di antara murid-muridnya yang kemudian muncul sebagai tokoh agama Islam adalah Raden Paku yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri, Raden Patah pendiri kerajaan Islam pertama di Demak yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah, Raden Makdum Ibrahim ( putra Sunan Ampel) dikenal sebagai Sunan Bonang, Syarifuddin (anak tiri Sunan Ampel) dikenal sebagai Sunan Drajat, dan Maulana Ishak, yang pernah diutus untuk mengubah penduduk lokal dari Blambangan ke Islam.
Usaha Sunan Ampel dalam mendirikan pesantren tidak sia-sia karena pemuda-pemuda dari penjuru tanah air datang ke Ampel Denta dengan tujuan untuk menimba ilmu agama dari Sunan Ampel.
Di pesantren ini, pemuda muslim didorong untuk bekerja sebagai petugas dakwah untuk menyebarkan Islam ke seluruh nusantara. Bahkan Raden Fatah adalah salah satu murid Sunan Ampel, berkat ilmunya Raden Fatah telah dipercaya oleh Sunan Ampel sebagai wakil Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam kepada santri lainnya.
Karena dibesarkan di lingkungan Sunan Ampel, Raden Fatah mampu menjalankan tugas Kesultanan Demak Bintaro dan berhasil menyebarkan agama Islam di wilayah Demak dan sekitarnya. Dengan ajaran Islam, Raden Fatah memerintah kerajaan Demak dengan adil dan bijaksana.
Sebagai penerus perjuangan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel disebut sebagai perancang di balik berdirinya Kerajaan Demak di Bintaro pada tahun 1477. Sunan Ampel berselisih paham dengan Sunan Kudus atas gagasan Sunan Kalijaga menerima kartu tersebut. ajaran, seperti keselamatan atau persembahan dengan petunjuk ajaran Islam. Sementara Sunan Kudus menerima gagasan Kalijaga, Sunan Ampel menolaknya karena takut melakukan bid’ah (yang tidak diperbolehkan oleh Allah SWT) dan menyesatkan umat. Ketika Sunan Ampel wafat, beliau dimakamkan di Tuban.
Daftar Isi
Wilayah Dakwah Sunan Ampel
Sunan Ampel (Raden Rahmat) tiba di pulau Jawa pada tahun 1443 bersama Sayid Ali Murtadho, adiknya. Kemunculan Sunan Ampel di Jawa memiliki banyak variasi ceritanya, namun secara objektif untuk menelusuri kedatangan Sunan Ampel ke Jawa, harus dimulai dari asumsi bahwa terjadi dua peristiwa penting yaitu perang besar orang Champa dan Vietnam.
Kemudian pada tahun 1471 ibu kota Champa jatuh dalam cengkeraman Vietnam pada tahun 1440 Sunan Ampel melakukan perjalanan ke Jawa, mereka singgah selama dua bulan di Palembang dan berhasil mengislamkan adipati dari Palembang yang bernama Arya Damar, kemudian Sunan Ampel dan rombongannya melanjutkan perjalanan mereka dengan perahu dan singgah di pelabuhan Jepara hingga akhirnya sampai di Tuban.
Setelah Sunan Ampel dianggap cukup berilmu, ayahnya mengirimnya ke Jawa untuk menyebarkan Islam. Dalam perjalanan ke Jawa, ayah Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahim, jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di Tuban, tepatnya di desa Gresikharjo.
Sepeninggal ayah mereka Sunan Ampel, mereka melanjutkan perjalanan dakwah keliling Nusa Tenggara, dari Madura hingga Bima. Ketika Sunan Ampel pergi seorang diri dalam perjalanan ke Majapahit untuk menemui Raja Brawijaya, niat awalnya adalah mengunjungi bibinya, Ratu Dwarawati.
Sunan Ampel di Majapahit menyadarkan masyarakat pada saat itu yang sedang dalam keadaan kacau balau, dimana orang-orang disekitarnya berjudi, mabuk-mabukan dan melakukan pajak yang mereka gunakan dengan berfoya-foya. Setelah Sunan Ampel berhasil menyadarkan rakyat Majapahit, Sunan Ampel tinggal di Majapahit selama setahun.
Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Jawa berkedudukan di Surabaya. Dalam perjalanan dari Majapahit menuju Surabaya, Sunan Ampel singgah di kawasan Kembang Kuning dan membangun tempat ibadah dan untuk pertama kalinya Sunan Ampel bertemu dengan Wirjo Sarojo dan menjadi murid Sunan Ampel bersama seluruh keluarganya.
Dakwah Sunan Ampel berkembang di Ampel Denta dan banyak yang masuk Islam. Ia kemudian membangun sebuah rumah kecil (langgar) untuk ruang dakwah yang semakin berkembang dan mendirikan pesantren di Ampel Denta, khususnya sebagai lembaga pendidikan Islam, di mana para santri diajarkan tentang agama Islam selain menjadi asramanya.
Melalui Pesantren Ampel Denta, Sunan Ampel telah melatih tokoh-tokoh dakwah Islam seperti Sunan Giri, Raden Fatah, Raden Kusen, Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Dengan menikahkan para dai muslim dengan putri-putri penguasa bawahan Majapahit, Sunan Ampel membentuk keluarga muslim menjadi jaringan kekerabatan yang menjadi cikal bakal para guru dakwah di berbagai daerah. Jejak dakwah Sunan Ampel tidak hanya ditemukan di Surabaya dan ibu kota Majapahit saja, tetapi harus merambah ke wilayah Sukadana Kalimantan.
Fakta bahwa Sunan Ampel berkedudukan di Ampel Denta merupakan berkah besar bagi penyebaran dakwah Islam, karena Surabaya merupakan pintu gerbang utama kerajaan Majapahit. Dengan ditempatkannya Sunan Ampel di pintu gerbang Majapahit, maka pengaruh Islam yang dulunya datang dari pelabuhan Gresik semakin kuat, dan Sunan Ampel dengan mudah memperoleh informasi di ibukota melalui para pedagang dan penduduk Majapahit yang lewat dan singgah kembali di depan pintu gerbang Majapahit.
Strategi Dakwah Sunan Ampel
Sunan Ampel adalah salah satu pendakwah yang paling cerdas karena memiliki cara dakwah yang berbeda-beda. Dia sepertinya tidak pernah kekurangan akal dalam dakwahnya. Beberapa strategi berdakwah Sunan Ampel, yaitu:
1. Mengubah Kebiasaan Masyarakat
Pada masa awal dakwah Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan agar masyarakat menganut aqidah yang murni. Ia tidak setuju dengan adat Jawa seperti kenduri, selamatan, sesaji dan sebagainya tetapi ia ingin hidup dalam sistem sosial budaya masyarakat yang telah menganut Islam.
Perubahan kebiasaan dan tradisi keagamaan yang dipimpin oleh Sunan Ampel, termasuk pemasangan bedug dan kentongan di beberapa masjid dan mushola di Jawa, tujuannya untuk menarik warga yang bukan Islam ke dalam masjid atau mushola.
Bedug adalah alat bunyi-bunyian yang pada masa itu disukai orang-orang Buddha sebagai alat musik, sedangkan kentongan adalah alat bunyi-bunyian yang digemari oleh orang-orang Hindu. Sunan Ampel tidak bisa mengembangkan dakwah Islam di Jawa hanya sendirian saja. Oleh karena itu, untuk melakukan dakwah Islam di Jawa Timur, Sunan Ampel menunjuk atau mengutus putra dan kerabatnya untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
2. Mendekatkan Istilah Islam dengan Bahasa Masyarakat Jawa
Untuk terhubung dengan masyarakat setempat, Sunan Ampel memiliki cara dakwah yang unik. Cara mencapainya adalah dengan mendekati dan menggabungkan istilah-istilah Islami dengan bahasa yang dituturkan oleh orang Jawa.
Misalnya, kata salat diganti dengan kata sembahyang yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa ketika akan melakukan ibadah. Tak hanya itu, kata musala juga diganti dengan nama langgar yang terdengar sanggar.
Sanggar merupakan tempat pemujaan atau tempat menyimpan sesaji pada masyarakat Jawa. Tentunya dengan pendekatan ini, Sunan Ampel bisa lebih mudah berdakwah di tanah Jawa.
3. Melakukan Pendekatan kepada Tokoh Masyarakat
Sunan Ampel juga berdakwah dengan menjangkau tokoh masyarakat dan orang-orang yang berpengaruh di Pulau Jawa. Inilah yang membuatnya mendapat julukan pembela para pendakwah di jalur politik. Selain menjangkau tokoh masyarakat, Sunan Ampel memimpin dakwah dengan membangun jaringan kekeluargaan yang lebih luas. Caranya, terutama dengan menikahkan anaknya dengan tokoh penting dari pulau Jawa.
4. Menguasai Kebutuhan Pokok Masyarakat
Sunan Ampel sendiri menikah dengan putri Bupati Tuban, Nyai Ageng Manila. Istri keduanya adalah Dewi Karimah, putri Ki Wiroseroyo, seorang tokoh besar di negeri Jawa. Salah satu cara dakwah Sunan Ampel adalah dengan menguasai kebutuhan pokok masyarakat setempat.
Sunan Ampel akan menyediakan kebutuhan dan kemudian membagikannya kepada masyarakat sambil berdakwah. Pendekatan ini sangat efektif dan dapat membuat orang tertarik untuk mempelajari Islam karena mereka merasa bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan tentang berbagi.
5. Melakukan Pendekatan Intelektual
Metode kelima adalah pendekatan intelektual, yaitu dengan berdiskusi dan memberikan pemahaman agama Islam kepada masyarakat yang dapat diterima akal manusia. Namun, pendekatan intelektual di atas dianggap tepat ketika menggunakan nalar dan kecerdasan untuk menghadapi sesuatu yang baru. Terlepas dari perbedaan kelas atas dan bawah, Sunan Ampel membela mereka semua karena Sunan Ampel adalah da’i yang pemberani.
6. Lima Ajaran Dasar yang Diajarkan Sunan Ampel
Dalam ajaran yang dibawa Sunan Ampel, beliau berusaha memperbaiki akhlak masyarakat yang sedang dirusak seperti kerusakan moral, minum minuman keras, berjudi dan sebagainya yang berhubungan dengan larangan Islam.Oleh karena itu, Sunan Ampel memunculkan istilah “Mo Limo” yang berarti “Jangan melakukan lima hal atau perbuatan yang dilarang oleh Allah”, yaitu:
1. Moh Main (Berjudi)
Segera hilangkan segala bentuk perjudian, baik perjudian tingkat atas maupun rendah. Karena bangsa kita tidak akan pernah mendapat keberkahan hidup jika judi bebas menjamur disana sini. Saat bermain, seperti halnya nafsu manusia, mereka tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan. Keserakahan membuat orang melakukan apa saja, salah satunya adalah berjudi.
Manusia secara sah ditunjuk Tuhan untuk mencari rejeki dan tidak bisa mengikuti jalan yang dilarang Tuhan. Mencari rezeki dengan cara main atau berjudi merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah.
2. Moh Mabuk (Mabuk atau Minum-minuman Keras)
Berhenti dari segala bentuk minuman keras hanya memberikan kesenangan sementara, tetapi bahaya yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada manfaatnya. Minum terus menerus dapat menyebabkan penyakit.
Penyakit yang umumnya disebabkan oleh konsumsi alkohol adalah penyakit hati atau liver. Saat ini banyak orang yang meninggal setelah meminum alkohol yang dicampur dengan banyak minuman lain yang dapat menyebabkan kematian. Manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya harus mengkonsumsi makanan dan minuman agar tetap aktif.
3. Moh Madon (Berzina).
Perzinahan adalah penyakit sosial lain yang sangat umum di masyarakat kita. Kecenderungan menuju globalisasi begitu kuat sehingga berpengaruh besar terhadap menjamurnya segala bentuk prostitusi dan hubungan di luar nikah.
Kerusakan tersebut dianggap “normal” oleh masyarakat kita. Perzinahan juga bisa dilakukan oleh orang yang belum menikah, seperti seseorang yang memiliki pacar. Saat ini, perzinahan semakin marak. Tanpa memandang usia, status sosial atau apapun. Mereka menipu untuk kepuasan atau kesenangan sementara. Prostitusi online kini marak, dengan banyak orang yang terlibat.
4. Moh Madat (Narkoba).
Kecanduan narkoba adalah akar dari kehancuran sebuah bangsa. Penyakit ini akan menghancurkan bangsa kita, dan pengguna narkoba terbesar adalah generasi muda. Jika situasi ini terus berlanjut, apa yang akan terjadi pada negara kita dalam 10, 15, atau 20 tahun mendatang?
Di Indonesia sudah banyak orang yang menggunakan narkoba karena saking banyaknya narkoba sehingga terkadang masyarakat tidak mengetahui bahwa yang mereka konsumsi adalah narkoba. Beberapa orang yang menggunakan narkoba akan pingsan dan berhalusinasi bahkan bisa sampai meninggal.
5. Moh Maling (Mencuri)
Segala bentuk pencurian, termasuk suap, kolusi, dan korupsi harus segera ditinggalkan, karena jika tidak, bencana sosial akan semakin meluas dalam kehidupan bangsa kita. Selain itu, korupsi yang merajalela dari birokrasi terendah hingga birokrasi tertinggi telah membuat negara kita semakin terpuruk. Pencurian bervariasi sesuai dengan keinginan si pencuri itu sendiri. Pencurian tidak terpuji karena merugikan orang lain dan merampas hak orang lain.
Allah SWT menyediakan rezeki yang banyak bagi kita dan menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya dibandingkan dengan makhluk lainnya, seperti pemberian akal dalam melakukan tindakan. Manusia adalah makhluk yang istimewa karena banyak kesempurnaan pada diri manusia. Allah telah memberikan kepada manusia berbagai macam kenikmatan agar kita sebagai makhluk-Nya wajib memiliki akhlak yang baik agar terhindar dari berbagai perilaku yang dilarang oleh Allah.
7. Mengubah Nama Sungai
Ada strategi unik yang digunakan Sunan Ampel dalam berdakwah yaitu mengganti nama Sungai Brantas. Sungai ini merupakan salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Timur. Sungai Brantas berganti nama menjadi Kali Emas. Selain mengganti nama Kali Brantas, Sunan Ampel juga mengganti nama pelabuhan Jelangga Manik menjadi Tanjung Perak.
Ada alasan untuk menggunakan kata emas dan perak. Dengan menyematkan kata emas dan perak, masyarakat akan berduyun-duyun ke Jawa Timur khususnya Surabaya, karena mereka percaya di daerah ini banyak terdapat harta karun seperti emas dan perak.
Banyaknya masyarakat yang berbondong-bondong ke Jawa Timur memberikan kesempatan bagi Sunan Ampel untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam.
8. Mengembangkan Pendidikan Pesantren
Sunan Ampel mengembangkan pendidikan pesantren dengan kecerdasan dan ilmu agamanya, dalam sistem pendidikan Islam berupa lembaga pendidikan monastik dan pesantren yang dijalankan oleh para pendeta dan para religius yang digunakan untuk belajar mengajar.
Para pesantren masa itu menggunakan mandala Hindu-Buddha yang pengaruhnya masih terlihat hingga saat ini. Langkah yang dilakukan Sunan Ampel merupakan langkah persuasi-edukasi (membujuk dan mendidik) dalam proses dakwah Islam di masyarakat agar lebih mudah memahami nilai-nilai Islam dan posisi strategis Ampel Denta untuk memungkinan cepatnya penyebaran islam di dalam atau di luar Jawa.
Penulis: Ziaggi Fadhil Zahran
Baca juga artikel lainnya di “Gramedia Literasi”:
Biografi Sunan Kalijaga: Masa Hidup, Guru, Strategi Dakwah, dan Karya-Karya Beliau
Memahami Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya!
- Ayat Al-Qur'an Tentang Surga Dan Neraka
- Aqidah
- Biografi Sunan Kalijaga
- Doa Membayar dan Menerima Zakat Fitrah
- Dakwah
- Nasab
- Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia dan Fotonya
- Pengertian Toleransi Dalam Islam
- Penjelasan Rukun Iman dan Rukun Islam Lengkap
- Tokoh Ilmuwan Islam (Muslim)
- Rukun Jual Beli Dalam Islam dan Syaratnya
- Rekomendasi Cerita Anak Islami Untuk Menjadi Teladan Yang Baik
- Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
- Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera
- Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
- Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
- Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
- Kerajaan Islam di Indonesia
- Sejarah Kerajaan Mataram Islam
- Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam
- Iqlab
- Sistem Ekonomi Islam
- Kisah Nabi Adam
- Zakat Fitrah dan Zakat Mal
- Iman Kepada Malaikat Allah
- Kisah 25 Nabi dan Rasul
- Musyarakah
- Nafsu
- Doa Kelahiran Anak
- Rukun haji, Pengertian Haji, dan Hukum Haji
- Doa Akhir Tahun Islam
- Doa Zakat Fitrah
- Doa Setelah Adzan
- marah Dalam Islam
- Sifat Mustahil Bagi Allah
- Sholat Jamak
- Sholat Isya
- Sholat Hajat
- Musyrik
- Niat Puasa Qadha Ramadhan
- Hukum Syara
- Hikmah Sholat
- Kumpulan Doa Sehari-Hari
- Manhaj
- Perbedaan Haji dan Umroh
- Peristiwa Turunnya Al-Qur'an
- Penyakit Ain
- Pengertian Isra Mi'raj
- Tugas Malaikat
- Hadist Tentang Menuntut Ilmu
- Sifat Jaiz Rasul
- Syirkah Inan
- Strategi Dakwah Wali Songo
- Strategi Dakwah Sunan Kalijaga
- Strategi Dakwah Sunan Ampel
- Fungsi Hadist
- Hadits Kebersihan
- Tarekat
- Zina