Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya atau yang biasa dikenal dengan PENS merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbaik yang menyelenggarakan pendidikan vokasi pada bidang elektronik dan industri. Perguruan tinggi yang berkedudukan di Surabaya ini resmi berdiri pada tahun 1988.
Namun, jauh sebelum itu. Sejarah pendirian PENS dimulai pada tahun 1984. Pada saat itu, Japan International Coorperation Agency (JICA), badan kerja sama internasional yang dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tahun 1974. JICA memegang pernan penting dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Pasalnya JICA mengemban tugas untuk membantu pembangunan di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Salah satu program yang ditawarkan oleh JICA adalah memberikan hibah untuk membangun pendidikan politeknik di Indonesia dan membantu mengembangkannya, dengan syarat pihak universitas harus menyediakan lahan yang cukup. Akhirnya, hibah tersebut jatuh ke Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang bersedia menyediakan lahan sebesar 10 hektar untuk pembangunan politeknik.
Dari persetujuan tersebut, kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan pengamatan dan studi kelayakan lahan oleh tim JICA pada tahun 1986. Setahun setelahnya, tim yang diketuai oleh Prof. Y. Naito dari Tokyo Institute of Technology tersebut menyatakan bahwa JICA menyetujui untuk bekerja sama dengan ITS dalam pembangunan dan pengembangan politeknik. Tidak lama kemudian, pembangunan gedung baru yang nantinya menjadi cikal bakal Politeknik Elektronika Surabaya pun dimulai.
Pembangunan gedung Politeknik Elektronika Surabaya dilakukan sesuai dengan standar negara Jepang. Pada saat itu, JICA menargetkan standar biaya untuk pembangunan gedung politeknik sebesar 50 juta/m2 yang mana pada saat itu, harga standar gedung atau bangunan di Indonesia masih sebesar 2 juta/m2. Saat itu, r. Syarifuddin Machmud Syah, M.Sc., selaku ketua jurusan Teknik Elektro FTI ITS, segera melibatkan dosen-dosen Teknik Elektro ITS untuk merealisasikan pembangunan gedung politeknik tersebut.
Selain memberikan syarat untuk standar kualitas bangunan, JICA juga memberikan target bahwa lulusan Politeknik Elektronika Surabaya nantinya harus bisa diterima di dunia industri. Hal tersebut, langsung disanggupi oleh pihak ITS dengan melibatkan alumni-alumni Teknik Elektro ITS yang bekerja di TELKOM, Panggung Elektronik, PLN, dan instansi lainnya untuk bersedia menerima lulusan Politeknik Elektronika Suraaya, jika sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di perusahaan atau instansi tersebut.
Pada tahun 1988, pembangunan gedung Politeknik Elektro telah rampung. Di saat yang bersamaan, pada tanggal 15 Maret 1988, melalui JICA, pemerintah Jepang secara resmi membeirkan kepemilikan gedung kampus Politeknik Elektro kepada pemerintah Indonesia lengkap dengan segala sarana prasarana pendidikan.
Kemudian, pada tanggal 2 Juni 1988, Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto meresmikan pembukaan politeknik yang berfokus pada bidang elektronik, media, dan industri tersebut dengan nama Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi (PET). Kerja sama dengan JICA pun masih berlanjut dengan program pengiriman pengajar politeknik ke berbagai perguruan tinggi teknologi di Jepang. Tidak hanya itu, melalui JICA beberapa pengajar ahli dari Jepang juga dikirim ke Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi untuk pengembangan secara akademik.
Pengiriman tenaga pengajar antar dua negara tersebut terbagi menjadi tiga periode. Periode pertama yang dilaksanakan pada tahun 1988 – 198, mendatangkan para pakar elektronika dan telekomunikasi dari Institut Teknologi Tokyo ke Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi, para ahli tersebut antara lain Dr. Osamu Makino, Mr. Inoy dan Mr. Naito. Selain membagikan ilmu dan keterampilan kepada pengajar Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi, mereka juga menyiapkan basic design study untuk konsep pendidikan politeknik yang ideal.
Kemudian, periode kedua dilaksanakan pada tahun 1989-1990. Di periode tersebut merupakan giliran staf pengajar Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi dikirim ke Jepang untuk mempelajari metodologi pendidikan politeknik. Tidak hanya itu, mereka juga mempelajari bagaimana cara merancang silabus, mendesain, dan menyiapkan perangkat praktikum serta modul pembelajaran untuk politeknik.
Selanjutnya, di periode ketiga sekaligus terakhir yang dilaksanakan pada tahun 1990 – 1991. Beberapa dosen kembali diberangkan ke Jepang, tepatnya di Kosen salah satu politeknik di Jepang untuk mempelajari hal yang sama.
Setelah mendapatkan ilmu dari para dosen di Jepang, tenaga pengajar Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi mengajarkannya kepada mahasiswa angkatan pertama yang terdiri dari 120 mahasiswa. Namun, program pertukaran tersebut tidak hanya berhenti sampai situ saja. Setelah satu tahun mengikuti pelatihan, dosen Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi disertai dengan profesor pembimbingnya datang ke Indonesia untuk mengamati dan menyupervisi bagaiamana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi.
Pada tahun 1991, tepatnya di bulan Juli. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merombak ulang keberadaan seluruh institusi pendidikan mulai dari politeknik, institut, dan sebagian universitas di Indonesia. Berdasarkan kebijakan tersebut, akhirnya Politeknik Elektronika dan Telekomunikasi (PET) berganti nama menjadi Politeknik Elektronika Surabaya (PES) pada tahun 1992 hingga 1996.
Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1996. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kembali mengeluarkan kebijakan yang mengakibatkan nama Politeknik Elektronika Surabaya (PES) resmi berganti menjadi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) yang masih dipakai hingga saat ini.
Secara khusus, JICA memberikan nama lain Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dalam versi bahasa Inggris, yaitu Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS). Penyematan nama tersebut terbilang sangat istimewa. Pasalnya, Polytechnic Institute merupakan istilah yang populer dipakai di US atau Amerika Serikat untuk suatu institusi politeknik yang menylenggarakan jenjang pendidikan mulai dari sarjana hingga pascasarjana.
Visi dan Misi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Visi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Menjadi pusat unggulan pendidikan teknologi rekayasa di bidang emerging technology dalam skala nasional maupun internasional.
Misi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
- Menyelenggarakan pendidikan dengan menyediakan lingkungan dan suasana akademik yang berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang profesional, berpikiran terbuka, kreatif dan berjiwa pemimpin, yang siap bersaing di era global.
- Sebagai sumber daya politeknik nasional, berperan aktif dalam pengembangan dan peningkatan sistem pendidikan politeknik di Indonesia.
- Melaksanakan penelitian yang berorientasi penemuan, pengembangan, kombinasi, atau integrasi dari beberapa teknologi yang sudah ada sebelumnya, menjadi teknologi baru yang membawa kemaslahatan masyarakat.
- Membangun dan mengimplementasikan nilai-nilai etika moral akademis dan sosial masyarakat.