Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi
Indonesia dikenal sebagai negara yang Sumber Daya Alamnya (SDA) sangat melimpah ruah, terutama kelapa sawit. Hal tersebut menjadi salah satu latar belakang berdirinya Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi. Faktor lainnya dipicu oleh bertambah pesatnya perkembangan industri kelapa sawit di dunia, khusunya CPO (Crude Palm Oil).
Hal tersebut ditandai dengan permintaan minyak kelapa sawit selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut semakin terasa sejak tahun 2005. Di tahun tersebut, minyak kelapa sawit bergerak menjadi minyak nabati dengan produksi terbesar sebanyak 24%, mengalahkan popularitas raja minyak nabati dunia sebelumnya, yaitu minyak kedelai yang hanya memiliki persentase 23%.
Menurut data Oil World Annual pada rentang tahun 2009 hingga 2010, perbandingan tersebut semakin meningkat. Di rentang tahun tersebut, telah terproduksi 168, 8 juta ton minyak nabati yang terdiri dari produksi minyak sawit sebesar 27,7% dan minyak kedelai sebesar 22,4%.
Data tersebut menunjukkan bahwa kelapa sawit lebih efisien dan produktif. Karena, 1 hektar kebun kelapa sawit dapat menghasilkan rata-rata 3,6 ton minyak. Sedangkan, 1 hektar kebun kedelai hanya sanggup memproduksi rata-rata 0,39 ton minyak. Hal tersebut tidaklah mengejutkan dalam industri minyak nabati. Pasalnya, kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang berbuah sepanjang tahun, sedangkan kedelai merupakan tanaman musiman yang tidak bisa berbuah sepanjang tahun. Maka dari itu, tanaman kelapa sawit dinilai lebih efisien daripada kedelai.
Di tengah maraknya industri minyak nabati. Indonesia pantas untuk berbangga hati. Pasalnya, negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi produsen CPO terbesar di dunia. Bersama dengan negara tetangga, yaitu Malaysia. Indonesia mampu merajai hampir 90% produksi minyak sawit di dunia. Bahkan, sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan total produksi sebanyak 13 juta ton lebih.
Perkembangan tersebut tentu sangat signifikan. Karena, pada tahun 1995 hasil produksi CPO Indonesia baru 5 juta ton per tahun. Kemudian, meningkat sebesar 11 juta ton pada tahun 2002. Peningkatan produksi minyak kelapa sawit, dipengaruhi oleh faktor dibukanya lahan-lahan baru demi memenuhi pasokan permintaan pasar.
Sejak diberdayakannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an. Luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan yang sangat pesat. Jika melihat data, tertulis pada tahun 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada tahun 1997 meningkat menjadi 2,5 juta hektar. Puncak pertumbuhan tersebut terjadi pada rentang waktu 1990 sampai 1997. Pada kurun tahun tersebut, areal perkebunan kelapa sawit selalu bertambah rata-rata 200.000 hektar di setiap tahunnya. Sebagian besar perkebunan kelapa sawit tersebut, merupakan perkebunan swasta.
Mengingat banyaknya jumlah permintaan minyak nabati di dunia saat ini. Mendorong, perusahaan kelapa sawit di Indonesia, berlomba-lomba untuk meluaskan lahan. Jika dihitung total keseluruhan, saat ini Indonesia memiliki 7,5 juta hektar perkebunan kelapa sawit yang diantaranya terdapat milik rakyat. Luas areal perkebunan sawit yang terus bertambah ini pastinya akan kiah mempengaruhi jumlah produksi minyak dari tahun ke tahun.
Bagi negara Indonesia, peran kelapa sawit sangat penting bagi kestabilan ekonomi negara. Pasalnya, industri minyak kelapa sawit secara nasional telah berkontribusi menyejahterakan jutaan rakyat Indonesia. Fakta di lapangan sudah menunjukkan bahwa minyak kelapa sawit merupakan satu-satunya komoditi non migas Indonesia yang menempati posisi penting dalam industri minyak nabati dunia, mengingat Indonesia merupakan salah satu penghasil terbesar di komoditas ini.
Namun, potensi tersebut masih belum bisa dikembangkan secara maksimal. Pasalnya, Indoenesia masih kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan terampil untuk mengelola kebun, pabrik, dan logistik kelapa sawit serta masih kurangnya teknologi yang mumpuni untuk mengolah kelapa sawit tersebut. Alih-alih mencari solusi untuk hal tersebut, Indonesia justru menggunakan tenaga asing.
Melihat situasi yang memprihatinkan tersebut, sejumlah pengusaha dan praktisi industri minyak kelapa sawit, yaitu Tjiungwanara Njoman, Ir. H. M. Badrun, Kol. Art. (Purn.) R. B. Iskandar Kristantoro, beserta sejumlah pengusaha serta praktisi sumber daya manusia menginisiasi sebuah institusi pendidikan tinggi yang berorientasi dalam bidang kelapa sawit. Situasi tersebutlah yang mengawali berdirinya Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (PKS CWE).
Pendirian perguruan tinggi tersebut, lebih menitikberatkan pada kegiatan praktek di lapangan, baik di kebun kelapa sawit, laboratorium atau bengkel, serta difokuskan agar sesuai dengan kompetensi masing-masing program studi. Harapannya, dengan diberlakukan kurikulum dan sistem tersebut, materi yang disampaikan di kelas perkuliahan, laboratorium, dan bengkel dapat diterapkan langsung di dunia kerja secara nyata. Maka dari itu, peran dari Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten dalam bidang minyak kelapa sawit.
Pada akhirnya, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi diharapkan dapat menjadi jawaban atas persoalan terkait sumber daya manusia dan teknologi pengolahan minyak kelapa sawit. Sehingga, industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia dapat bersaing di pasar global. Eksistensi dari Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi juga menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi yang berorientasi pada industri kelapa sawit tersebut. Karena, jika Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi mampu menjawab tantangan di industri minyak kelapa sawit tersebut, maka akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat pengolahan kelapa sawit dan CPO.
Besar harapan dengan berdirinya Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukas ini dapat mendukung Indonesia untuk meningkatkan produsen minyak nabati kelapa sawit dan juga mencetak lulusan-lulusan yang kompeten dan profesional dalam bidang pengelolaan minyak kelapa sawit.
Visi, Misi, dan Tujuan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi
Visi Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi
Menjadi politeknik yang unggul di bidang perkelapasawitan di tingkat regional pada tahun 2025.
Misi Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi
- Menyelenggarakan program pendidikan vokasi yang menghasilkan lulusan berkarakter unggul, profesional, berwawasan global, serta mampu bersaing terutama dalam bidang perkelapasawitan di tingkat regional.
- Melaksanakan penelitian aplikasi dan pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan di industri terutama dalam bidang perkelapasawitan, sekaligus sebagai pelayanan profesional bagi masyarakat.
- Mengembangkan kepemimpinan dan tata kelola yang memenuhi standar mutu pendidikan tinggi di tingkat regional.
Tujuan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi
Secara umum Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi mempunyai tujuan sebagai berikut :
- Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan profesional dalam sejumlah program studi dengan berlandaskan pada kompetensi profesi setiap bidang yang terpilih, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang siap berprofesi dalam bidang perkebunan kelapa sawit dengan kompetensi yang tinggi menurut standar nasional dan internasional.
- Menjadi wahana pengembangan dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi baru melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
- Berpartisipasi aktif pada peningkatan mutu kehidupan masyarakat, dengan meningkatkan relevansi pendidikan dengan permasalahan lokal.
Adapun secara khusus Pendidikan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi bertujuan menghasilkan lulusan yang :
- Mempunyai kompetensi tinggi dan berwawasan maju.
- Komitmen & konsisten dalam melaksanakan tugas hingga tuntas secara bermutu.
- Memiliki tingkat adaptibilitas yang tinggi.
- Mampu memimpin dengan handal dalam setiap tugas
- Sehingga dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di industri perkebunan kelapa sawit Indonesia khususnya dan dunia umumnya.