Gramedia Logo
Product image
Syarif Maulana, S.pd

Kumpulan Kalimat Demotivasi 1 : Panduan Menjalani Hidup dengan Biasa-Biasa saja

Format Buku
Deskripsi
"Skeptisisme mengamankan kita dari fanatisme. Jadi, ia bukan sikap fatalis, justru vitalis. Gorgias di Yunani Kuno dan Kabayan di Jawa Barat mengajarkan itu. Juga buku kecil ini." Rocky Gerung, filsuf "Di zaman yang penuh motivasi ini, kita kian merasa karib dengan kepastian. Dikepung oleh semangat positif, lenyaplah segala kesangsian hingga kita pun gagal bersikap ironis dengan pandangan-pandangan sendiri. Hari ini kita memerlukan sebuah estetika kehancuran yang mampu mengapresiasi kepercumaan segala sesuatu. Buku ini merintis jalan ke arah sana." Martin Suryajaya, penulis Kiat Sukses Hancur Lebur "Buku ini mengajak--sepertinya--untuk sekejap merenungi ulang dunia manusia yang terlampau bersemangat dan penuh gairah. Kenapa merepotkan diri dengan aspirasi, cita-cita, atau harapan? Jika toh kehidupan saja sekadar kecelakaan yang tak disengaja? Di suatu masa nan optimistik, humanis, dan penuh asa, pesimisme tidak pernah serelevan hari ini." Liky Ardianto, warganet "Pantai itu indah, sayang ada airnya,seperti juga buku ini.” Bambang Q-Anees ,penulis The Secret for Teens Dari kecil saya selalu memotivasi dia. Tapi setelah besar , dia malah menyebarkan demotivasi.” Setiawan Sabana,ayah penulis BERSIKAP KURANG antusias terhadap hidup sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Gorgias (483-375 SM). seorang sotis dari zaman Yunani Kuno, menyatakan tesisnya tentang skeptisisme (aliran pemikiran yang meragukan segala sesuatu), "Tiada sesuatupun yang ada; jika sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, jika sesuatu itu dapat diketahui, ia tidak dapat dikomunikasikan; jika sesuatu itu dapat dikomunikasikan, ia tidak dapat dimengerti." Sikap skeptis Gorgias tersebut menyiratkan bahwa kebenaran objektif adalah mustahil karena pikiran dan penginderaan manusia yang tidak sanggup mencerap apapun secara sempurna. Bahkan, Cratylus, filsuf dari sekitar pertengahan abad ke-5 sebelum masehi, menolak untuk mendiskusikan segala sesuatu karena makna dari sebuah konsep secara konsisten terus berubah. Namun, sikap skeptis tetap mempunyai tujuan yang luhur, yaitu eudaimonia atau kebahagiaan. Kemudian, timbul pertanyaan: "Bagaimana sikap pesimis atau raguragu terhadap hidup dapat membawa pada kebahagiaa
Detail Buku