in

Mitos-Mitos Mengenai Cincin Kawin Termasuk Menjualnya, Apakah Boleh?

sumber: pexels

Dalam pernikahan, cincin kawin memang menjadi simbol ikatan antara suami dan istri. Tradisi ini seakan tidak pernah dilewatkan pada setiap momen perkawinan. Biasanya cincin kawin bisa dalam bentuk emas putih atau kuning dan tentu sesuai kesepakatan dua mempelai. Cincin kawin biasanya dipakaikan ketika dalam prosesi keagamaan sehingga banyak yang menganggap bahwa cincin kawin ini adalah sesuatu yang sakral juga.

Karena cincin kawin dipercaya sebagai simbol yang menyatukan dua insan dalam prosesi yang sakral maka ada juga yang beranggapan jika menjual cincin kawin merupakan sebuah pantangan yang tidak boleh dilakukan. Banyak yang beranggapan bahwa jika seseorang melepas cincin kawin mereka seperti menjual maka nantinya rumah tangganya tidak akan harmonis lagi bahkan mungkin hancur.

Namun grameds, apakah mitos itu benar? atau hanya sugesti banyak orang saja? Nah pada artikel ini akan dibahas mengenai mitos menjual cincin kawin dan mitos-mitos lainnya yang bisa kamu simak ! Selamat membaca!

 

Sejarah Cincin Kawin

Holiday Sale

sumber: pexels

CIncin kawin tidak hanya semata-mata sebagai perhiasan dan simbol bahwa sudah melangsungkan pernikahan namun memiliki sejarahnya sendiri yang sebenarnya sudah ada sejak zaman Romawi bahkan ada yang mengatakan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. berikut penjelasannya :

  • Cincin Kawin Pada Zaman Romawi

Banyak yang percaya bahwa sejarah awal dari cincin kawin ini berawal dari kebiasaan para orang Yunani dan Romawi. Mereka percaya bahwa jari manis berisi urat nadi khusus yang mengalir langsung ke jantung. Maka dari itu hingga saat ini cincin kawin akan disematkan pada jari manis setiap mempelai.

Sebelum mengenal emas, bangsa Romawi kala itu menggunakan besi untuk membuat cincin yang diberi nama ‘Anulus Pronubus’ yang artinya ‘cincin pengantin’. Pria Romawi akan memberikan cincin sebagai simbol kepemilikan dan ketika seorang wanita mendapatkan cincin maka pria Romawi tersebut akan menganggap bahwa wanita itu adalah miliknya.

Orang Romawi juga ternyata menjadi yang pertama dalam pembuatan ukiran pada cincin. Fede Rings adalah ukiran dua tangan yang saling menggenggam menjadi ukiran yang kala itu sangat populer. Dari tradisi kekaisaran Romawi ini lah yang membuat cincin kawin saat ini masih digunakan terutama para ritual perkawinan agama Kristen. Bahkan beberapa gereja menjadikan tradisi penyematan cincin kawin ini dalam tata perkawinan.

  • Cincin Kawin Pada Zaman Mesin Kuno

Selain pada zaman Romawi, ada juga beberapa orang yang beranggapan bahwa tradisi cincin kawin ini berasal dari zaman Mesir Kuno. Sejak tahun 4.000 SM, bangsa Mesir Kuno sudah melakukan pertukaran cincin yang dibuat dari alang-alang atau semak. Bahan-bahan ini dibuat menjadi bentuk lingkaran dan disematkan menjadi cincin oleh wanita Mesir Kuno.

Bentuk lingkaran pada cincin juga menjadi memiliki filosofi yang mendalam. Bangsa Mesir Kuno menganggap lingkaran sebagai simbol tanpa awal dan akhir yang berarti bahwa pernikahan yang tidak akan pernah berakhir. Lubang di tengah cincin juga memiliki arti yang penting sebagai gerbang atau pintu terhadap suatu hal yang baru yang akan muncul setelah pernikahan. Maka dari itu memberikan wanita cincin menjadi simbol cinta yang abadi.

Seiring berjalannya waktu, bahan pembuatan cincin berganti menjadi kulit, tulang atau gading. Banyak yang menganggap semakin mahal bahan utama cincin maka semakin banyak cinta yang ditunjukkan bahkan nilai cincin juga menunjukkan kekayaan si pemberi cincin. Perkembangan cincin kawin hingga saat ini terus berkembang dan saat ini banyak yang memadukan emas dengan berlian, permata, ruby dan lain-lain.

 

Mitos Menjual Cincin Kawin

sumber: istockphoto

Grameds, mitos menjual cincin kawin juga sudah banyak dipercaya oleh masyarakat. Karena dianggap sakral dan simbolis maka cincin kawin dihindari untuk dijual pasalnya menurut beberapa masyarakat, cincin kawin yang dijual bisa berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga. Banyak yang percaya bahwa ketika cincin kawin dijual maka rumah tangga akan hancur atau menjadi tidak harmonis. Namun ini sudah terbukti mitos ya grameds. Ini hanya kepercayaan sebagian orang saja dan tidak terbukti benar.

Sudut Pandang Etika

Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah etis jika menjual cincin kawin? Hal ini merupakan masalah subjektif yang bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.

Ada yang berpendapat bahwa menjual cincin kawin adalah langkah yang sah jika tujuannya adalah baik seperti untuk memenuhi kebutuhan finansial yang mendesak. Dalam situasi ini cincin kawin mungkin dianggap sebagai satu-satunya aset yang dapat membantu mengatasi masalah keuangan.

Namun disisi lain ada juga yang memiliki pandangan bahwa menjual cincin kawin sebagai tindakan yang kurang etis karena melanggar simbolisme cincin itu yang dijadikan sebagai tanda sebuah pernikahan dan komitmen seumur hidup dan bahkan ketika menjualnya dianggap sebagai pengkhianatan terhadap janji itu.

 

Hukum Menjual Cincin Kawin Dalam Islam

Grameds dalam agama Islam sendiri ada hukum yang mengatur mengenai penjualan cincin kawin ini. Seperti yang kita ketahui biasanya cincin kawin diberikan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Namun dalam konteks perkawinan ada dua tujuan seseorang memberikan cincin yaitu sebagai hadiah dan juga sebagai mahar.

Dilihat dari pandangan Mazhab Syafi’i dan Hanbali, hukum menjual cincin kawin itu diperbolehkan dan disahkan saja jika tujuannya adalah sebagai hadiah atau hibah.

Jika cincin kawin diberikan sebagai hadiah maka sang istri harus meminta izin kepada suaminya sebelum menjual perhiasan tersebut. Namun jika cincin kawin merupakan mahar atau mas kawin maka perhiasan itu sepenuhnya adalah hak dari sang istri sehingga apapun yang dilakukan sang istri sah saja termasuk untuk menjualnya.

Bila cincin kawin akhirnya dijual maka hasil penjualannya merupakan sepenuhnya milik istri. Suami tidak boleh meminta hasilnya kecuali jika istrinya rela menyerahkan hasil penjualan tersebut. Namun jika istri belum balig, maka suami tidak berhak meminta hasil penjualan cincin tersebut. Menjual cincin kawin juga tidak ada hubungannya dengan akad nikah karena tidak akan berpengaruh pada hukum yang berlangsung.

 

Mitos Lain Mengenai Cincin Kawin di Masyarakat

sumber: pexels

Cincin kawin adalah simbol yang menandakan sebuah pernikahan itu sendiri maka tidak heran banyak sekali mitos dan omongan masyarakat mengenai cincin kawin. Nah selain mitos menjual cincin kawin ada beberapa mitos lainnya yang tersebar di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa mitos mengenai cincin kawin :

1. Cincin Kawin Terlalu Ketat atau Kekecilan

Ada mitos menarik mengenai cincin kawin yang terlalu ketat atau kekecilan yang menandakan pernikahan akan penuh dengan masalah yang membuat pasangan sesak bahkan bisa berujung dengan mengakhiri pernikahan. Masalah utama ini adalah kecemburuan yang berlebihan. Namun kembali lagi bahwa ini hanyalah mitos yang tidak terbukti kebenarannya, karena kamu bisa memilih dan mencoba cincin yang pas sebelum perkawinan hingga akhirnya membelinya.

2. Cincin Kawin Terlalu Besar

Selain mitos cincin kawin yang terlalu kecil, ada juga mitos mengenai cincin kawin yang terlalu besar. Cincin kawin yang longgar ini disebut menjadi pertanda perpisahan karena cincin yang longgar akan beresiko jatuh dan hilang. Banyak yang percaya bahwa ini menjadi simbol kurangnya perhatian atau cuek antar pasangan sehingga akhirnya akan mengarah pada perpisahan sebuah pernikahan. Namun ingat Grameds bahwa ini adalah sebuah mitos dan keberhasilan sebuah pasangan berasal dari pasangan itu sendiri bukan dari mitos sebuah cincin.

3. Cincin Kawin Jatuh

Grameds, selanjutnya adalah mitos ketika cincin kawin jatuh saat upacara pernikahan, maka akan terjadi hal buruk yang menimpa pasangan pengantin. Contohnya ketika cincin kawin tiba-tiba jatuh setelah dipakai maka akan ada pertanda bahwa pasangan akan berpisah tak lama setelah menikah. Selain hal negatif ada juga mitos hal positif seperti pertanda pernikahan akan bertahan selamanya dan jatuhnya cincin ini pertanda mengusir segala hal buruk

4. Cincin Kawin di Jari Manis Tangan Kiri

Mitos ini berasal dari bangsa Romawi Kuno yaitu mereka meyakini bahwa di jari manis tangan kiri memiliki pembuluh darah cinta atau vena amoris. Pembuluh darah ini terhubung langsung ke jantung sehingga dianggap keduanya akan semakin dekat dan bahagia dalam pernikahan. Namun faktanya setiap jari memiliki pembuluh darah yang terhubung ke jantung sehingga tidak ada yang spesial. Namun tradisi ini masih sering dilakukan terutama pada negara barat.

5. Cincin Nikah di Jari Tengah

Selain bangsa Romawi Kuno, Mitos cincin nikah di jari tengah juga diyakini oleh bangsa Yunani Kuno yang meyakini bahwa pembuluh darah mengarah langsung ke jantung ada di jari tengah. Namun sayangnya senada dengan mitos sebelumnya bahwa hal ini tidak terbukti benar karena seluruh pembuluh darah yang ada di jari langsung terhubung ke jantung. Jadi dimana kamu menggunakan cincin kawin sesuai dengan kenyamanan dan keindahan menurut dirimu sendiri.

6. Cincin Kawin Patah

Mitos lainnya adalah ketika cincin kawin patah terkadang membuat pasangan suami istri khawatir. Cincin kawin patah banyak yang beranggapan bahwa sang suami akan meninggal namun ini hanyalah mitos ya grameds. Karena kematian hanya Tuhan lah yang mengatur bukan berdasarkan cincin kawin.

7. Cincin Kawin Berlian

Grameds, ternyata ada mitos juga loh mengenai cincin kawin berlian. Saat ini biasanya banyak yang memilih cincin kawin yang polos dan sederhana namun ada juga yang banyak memilih permatanya untuk mempercantik dan memperindah cincin. Berlian adalah pilihan yang sering orang gunakan sebagai simbol cinta abadi mereka. Mitos cincin berlian itu diyakini bahwa ketika pasangan memilih cincin kawin berlian maka hubungan itu akan bertahan selamanya karena berlian merupakan simbol keabadian.

 

Penutup

Nah Grameds, itu dia adalah beberapa penjelasan mengenai mitos menjual cincin kawin yang bisa kamu baca. Grameds semua ini adalah mitos dan tidak terbukti kebenarannya sehingga kamu tidak perlu terlalu khawatir dan keberhasilan semua hubungan berasal dari masing-masing pasangan bukan dari sebuah cincin.

Semua rekomendasi buku yang sudah dijelaskan sebelumnya, bisa kamu dapatkan di Gramedia.com. Gramedia senantiasa menjadi #SahabataTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis : Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

50 Nasihat Pernikahan

50 Nasihat Pernikahan

button cek gramedia com

Sepasang pengantin baru biasanya mendapat ucapan selamat dan doa untuk mempunyai keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah. Bagi yang menjalani pernikahan pun pastinya menginginkan rumah tangga yang aman, damai, dan tenteram. Sayangnya, masih banyak yang belum mengetahui apa saja yang mesti dilakukan untuk mewujudkan impian tersebut. Justru sebaliknya, sungguh miris, tidak sedikit pernikahan seumur jagung yang kerap kita temui dewasa ini. Sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits, berbagai nasihat untuk suami istri telah dirangkum dalam buku ini dengan singkat dan lugas tiap babnya. Tidak hanya tip untuk melanggengkan keharmonisan hubungan dengan pasangan, tetapi juga dalam mendidik anak untuk menjadi pribadi yang saleh serta menjaga silaturahmi dengan mertua. Pernikahan adalah ibadah terlama sepanjang hidup, dan oleh karenanya, bekerjasamalah dengan suami atau istri untuk membangun “surga” dalam keluarga. Istri adalah Pakaian Suami dan Begitupun Sebaliknya Mensyukuri Nikmat Pernikahan Mengenalkan Anak kepada Allah Jangan Mudah Cerai Ciri Istri Kufur terhadap Suami dan masih banyak lagi.

Baper (Bawa Pernikahan)

Baper (Bawa Pernikahan) button cek gramedia com

Buku tentang pernikahan ini ditulis oleh Nasrullah Nurdin, S.S., Lc., M. Hum. Berawal dari kegusarannya melihat anak muda yang semakin jauh dari Allah setelah mengenal cinta, penulis pun menuliskan buku ini. Ditulis secara ringan namun padat berisi hingga mudah dipahami dan tentunya dilaksanakan oleh para pembaca. Cinta dan pernikahan serta perceraian. Ya, begitulah tampaknya isu-isu yang menarik hati di zaman milenial sekarang ini. Tanpa rasa cinta, hidup begitu tak bermakna. Hampa terasa. Entah mau pergi ke mana. Gusar, gundah-gulana. Karena cinta para pecandu cinta dipenuhi kegalauan, kebimbangan, dimabuk asmara yang tak bertepi bahkan lupa diri pada Illahi Rabbi. Sejatinya rasa cinta yang kita miliki harus bermuara pada ketakwaan hakiki. Bagaimana wujud cinta yang membawa pada ketakwaan hakiki?. Silakan baca dan khatamkan buku ini.

Menyiapkan Kehidupan Pernikahan Yang Bahagia

Menyiapkan Kehidupan Pernikahan Yang Bahagia

button cek gramedia com

Setujukah Anda bahwa rumah tangga yang harmonis adalah tempat kita bisa beristirahat dari kepenatan perjuangan hidup? Apakah Anda sebagai orangtua juga mendambakan rumah tangga harmonis bagi anak Anda? Dalam rumah tangga yang demikian, bila satu anggota jatuh, yang lainnya mengangkatnya. Kehangatan di tengah keluarga bagai sebuah oase di tengah padang gurun yang memiliki efek terapi kesembuhan bagi diri kita. Lalu bagaimana kita sebagai orangtua mempersiapkan anak kita untuk memasuki pernikahan yang bahagia? Melalui buku ini, penulis mengajak kita untuk mengingat bahwa pernikahan Anda harus menjadi teladan bagi pernikahan anak, cucu dan keturunan Anda selanjutnya. Pada saat anak telah berumah tangga, cara mereka menjalankan rumah tangga akan meniru teladan Anda. Kita tidak bisa mengubah masa lalu kita, tetapi bersama dengan Tuhan kita bisa mengubah masa depan kita dan masa depan anak-anak kita.

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.