Hari Kebangkitan Nasional diperingati di Indonesia setiap tanggal 20 Mei. Pemilihan tanggal tersebut tentunya bukan sembarangan, akan tetapi didasarkan pada hari berdirinya sebuah organisasi Boedi Oetomo. Setiap hari Kebangkitan Nasional tersebut, ada bangunan yang memiliki hubungan cukup erat yaitu Museum Kebangkitan Nasional.
Museum Kebangkitkan Nasional merupakan sebuah gedung yang dibangun sebagai sebuah monumen dari tempat lahir serta berkembangnya kesadaran nasional serta ditemukannya organisasi dari pergerakan modern untuk pertama kali, yaitu Boedi Oetomo. Sebelum bangunan ini menjadi sebuah museum, dahulu bangunan ini digunakan sebagai sebuah sekolah yang didirikan oleh Belanda dengan nama sekolah yaitu School tot Opleiding van Inlandsche Artsen yang disingkat dengan nama STOVIA atau Sekolah Dokter Bumiputra.
Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu, gedung ini pun dialihfungsikan menjadi sebuah museum untuk memperingati hari Kebangkitan Nasional. Di mana lokasi dan bagaimana sejarah di balik museum ini? Simak penjelasannya lebih lanjut dalam artikel satu ini.
Daftar Isi
Sejarah Museum Kebangkitan Nasional
Sumber: Museum Nusantara
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gedung Museum Kebangkitan Nasional adalah sebuah sekolah dengan nama STOVIA. STOVIA adalah sebuah sekolah kedokteran yang masih berkembang dengan nama Sekolah Dokter Jawa dan didirikan pada tahun 1851 di sebuah Rumah Sakit Militer Weltevreden atau saat ini diberi nama dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Seluruh staf maupun dosen dari perguruan tinggi tersebut adalah seorang dokter yang berasal dari rumah sakit yang sama. Lalu, aktivitas belajar mengejar serta kegiatan sekolah dipindahkan di samping rumah sakit militer atas prakarsa dari H.F. Roll direktur dari STOVIA, hingga akhirnya selesai pada 1 Maret tahun 1902.
Gedung Museum Kebangkitan Nasional memiliki arsitektur neo renaissance yang dirancang sekaligus dibangun oleh tentara Zeni Angkatan Darat Hindia Belanda pada sekitar tahun 1899.
Pembangunan gedung tersebut kemudian selesai di tahun 1902, kemudian diberi nama sebagai gedung School tot Opleiding van Inlandsche Artsen atau STOVIA atau dikenal pula dengan nama Dokter Djawa School yaitu sekolah pendidikan kedokteran bagi pribumi yang dibuka hingga pada tahun 1925.
Pembangunan dari gedung STOVIA pada mulanya bertujuan untuk melahirkan dokter pribumi untuk dapat mengatasi berbagai macam wabah seperti kolera, tipes, disentri dan wabah lainnya yang menyerang pulau Jawa saat itu.
Pemerintah dari Hindia Belanda mendirikan STOVIA dikarenakan merasa bahwa lebih mudah serta lebih ekonomis untuk membentuk dokter pribumi, dibandingkan harus mendatangkan dokter dari Eropa untuk menangani berbagai macam wabah.
Karena tujuan dari pendirian STOVIA tersebut, maka sekolah ini pun tidak memungut biaya apapun, sehingga mampu menarik minat para kaum bumiputera. STOVIA kemudian tidak hanya menghasilkan dokter pribumi yang ahli dalam bidang kesehatan saja, sekolah ini juga menghasilkan aktivitas yang memiliki peran cukup besar dalam kemerdekaan Indonesia.
Sekolah STOVIA kemudian berkembang dengan sangat pesat, oleh sebab itu STOVIA lalu dipindahkan dari daerah Kwini Senen ke Salemba dan kini berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kampus yang berada di daerah Kwini pada tahun 1926 tersebut kemudian dialihfungsikan atau tidak lagi digunakan dan menjadi tempat pendidikan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yaitu sekolah setingkat SMP dan Algemen Middelbaar School (AMS), sekolah setingkat SMA.
Kemudian, ketika Jepang tiba di Indonesia pada sekitar tahun 1942 hingga 1954, gedung pertama difungsikan menjadi penjara tahanan untuk pasukan Belanda yang melawan kekuasaan Jepang.
Pada masa kemerdekaan Indonesia yaitu pada tahun 1945 hingga 1973, gedung tersebut kemudian ditempati oleh keluarga dari tentara Belanda serta orang-orang Ambon.
Gedung ini memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi masyarakat Indonesia, selain berkenaan dengan kelahiran dari Boedi Oetomo, gedung ini juga menjadi saksi dari kelahiran organisasi pergerakan bangsa lainnya seperti Trikoro Dharmo ata Jong Java, Jong Ambon dan Jong Minahasa.
Selain itu, di gedung ini pula beberapa tokoh pergerakan bangsa seperti Tjipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara dan R. Soepomo pernah belajar dan menimba ilmu. Oleh karena nilai sejarah tersebutlah, maka pada tahun 1973 pemerintah dari Provinsi DKI Jakarta melakukan pemugaran pada gedung tersebut, kemudian pada 20 Mei tahun 1974 bersama dengan presiden Indonesia, Soeharto gedung tersebut diresmikan menjadi Gedung Kebangkitan Nasional.
Bagi yang belum tahu, gedung Kebangkitan Nasional memiliki empat kompleks gedung dengan bentuk segi empat dan keempat komplek tersebut dijadikan empat museum di antaranya adalah Museum Budi Utomo, Museum Pers, Museum Wanita dan Museum Kesehatan.
Hingga pada 7 Februari tahun 1984, kompleks tersebut menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Sementara itu, keluarga dari Ambon yang sebelumnya menempati gedung tersebut dipindahkan ke perumahan di Cengkareng, Jakarta. Museum ini kemudian ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya, sehingga gedung ini harus tetap dilestarikan, tidak boleh dirombak serta harus dipelihara untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.
Ada beberapa peristiwa bersejarah di gedung Kebangkitan Nasional ini, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Pada akhir tahun 1907, terjadi sebuah pertemuan antara dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan R. Soetomo dan M. Soeradji.
- Pada 20 Mei 1908, perkumpulan Budi Utomo didirikan oleh para pelajar di STOVIA di bawah pimpinan dari R. Soetomo. Perkumpulan ini pertama kali terjadi dikarenakan rasa prihatin dari para pemuda karena nasib bangsa yang telah berpuluh-puluh tahun dijajah oleh Belanda.
Karena hal tersebut, beberapa pelajar STOVIA secara diam-diam membentuk organisasi pergerakan di tahun 1908 pada bulan Mei. Karena para pemuda ini menuntut ilmu di sekolah yang didirikan oleh Belanda secara gratis dan seluruh staf maupun dosen adalah orang Belanda, maka pergerakan dari organisasi mereka pun sudah pasti di bawah pengawasan. Meskipun mengetahui hal tersebut, para pemuda tetap membulatkan tekad.
Selama satu tahun pembentukan Budi Utomo, organisasi ini kemudian semakin matang. Beberapa mahasiswa STOVIA seperti R. Soetomo dan Wahidin Soedirohoesodo bertemu.
Wahidin adalah seorang dokter yang lulus dari Sekolah Dokter Jawa atau sekarang bernama RSPAD Gatot Subroto, Wahidin bermaksud untuk mempropagandakan perkumpulan dana bantuan pendidikan dari priyati Jawa.
Karena pertemuan tersebut memicu semangat dari para mahasiswa untuk melanjutkan pergerakan bagi bangsa Indonesia, maka pada 20 Mei 1908 kemudian terlahirlah organisasi pergerakan modern bernama Budi Utomo di gedung STOVIA.
Budi Utomo dikepalai oleh R. Soetomo dan memiliki wakil M. Soelaiman. Pergerakan Budi Utomo kemudian membuat dosen di STOVIA kegerahan dan akhirnya melakukan intimidasi pada Soetomo dan berniat untuk mengeluarkan dirinya dari STOVIA.
Rapat dosen kemudian diadakan untuk membahas terkait hal tersebut dan menyimpulkan untuk menjatuhkan Soetomo. Namun direktur STOVIA yaitu H.F Roll membela Soetomo dengan mengatakan, “Apakah di antara tuan yang hadiri di sini tak ada yang lebih berani dari Soetomo ketika tuan berumur 18 tahun?”
Dikarenakan pembelaan dari Roll tersebut, maka para dosen kemudian sepakat untuk membiarkan Soetomo serta mahasiswa lainnya melanjutkan belajar di STOVIA dan organisasi Budi Utomo pun terus berkembang.
- Pada 7 Maret 1915, berdiri Tri Koro Dharmo yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java pada tahun 1917.
- Pada tahun 1918 berdirilah Jong Ambon dan Jong Minahasa.
- Pada 6 April 1973 gedung bekas dari perguruan tinggi STOVIA mulai dipugar oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
- 20 Mei 1974 pemugaran pada gedung bekas STOVIA selesai kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto dan berubah nama menjadi Gedung Kebangkitan Nasional.
- Pada 27 September tahun 1982 pengelolaan gedung Kebangkitan Nasional dialihkan dari Pemda DKI Jakarta kepada pemerintah pusat yaitu Depdikbud.
- 12 Desember 1983, gedung Kebangkitan Nasional ditetapkan sebagai cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
- 7 Februari 1984 dikeluarkanlah SK Mendikbud No 030/0/1984 mengenai penyelenggaraan suatu museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama Museum Kebangkitan Nasional.
- September tahun 1992 seluruh perkantoran swasta yang berada di sekitar wilayah Gedung Kebangkitkan Nasional dipindahkan, dikarenakan wilayah tersebut digunakan untuk mengembangkan museum.
- 13 Desember tahun 2001 museum Kebangkitan Nasional bertanggung jawab pada Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata.
Koleksi Museum Kebangkitan Nasional
Sumber: Kompas.com
Ketika Grameds memasuki gedung Kebangkitan Nasional, maka para pengunjung akan menyaksikan replikasi ruang kelas, laboratorium, asrama, kantin, tempat olahraga, dapur serta aula dari STOVIA.
Di dalam Museum Kebangkitan Nasional ini pula, ada beberapa ruangan perpustakaan yang dikelola oleh Komunitas Buku Berkaki yang memiliki koleksi ribuan buku untuk anak-anak.
Ruang aula pada Museum Kebangkitan Nasional difungsikan sebagai sekolah tari tradisional secara gratis yang dikelola oleh Yayasan Belantara Budaya Indonesia.
Pengunjung museum juga akan melihat beberapa koleksi di dalam museum dengan total 2.042 bangunan replikasi, jam dinding, mebel, perlengkapan kesehatan, gantungan lonceng, pakaian, foto, senjata, lukisan, patung, diorama, miniatur serta peta.
Seluruh 2.042 koleksi tersebut dipamerkan di beberapa ruangan pada Museum Kebangkitan Nasional, seperti ruang awal pergerakan, ruang pergerakan, ruang kesadaran nasional dan ruang memorial Boedi Oetomo.
Di tahun 2012 dan 2013, Museum Kebangkitan Nasional direvitalisasi secara bertahap dan revitalisasi ini dilakukan oleh pemerintah pusat dari segi tata koleksi, memasang air conditioner atau AC hingga perbaikan pada papan keterangan koleksi museum.
Bagi Grameds yang tertarik untuk menikmati hari libur bersama keluarga sambil belajar dengan mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional, maka Grameds dapat datang dengan menggunakan transportasi umum berupa Trans Jakarta kemudian turun di Halte Sentral Busway Senen.
Setelah itu, Grameds bisa menaiki jembatan penyeberangan yang ada tepat di depan mal Plaza Atrium dan berjalan hingga ke jalan Kwini. Setelah berjalan selama kurang lebih sepanjang 100 meter, maka Grameds telah sampai di Museum Kebangkitan Nasional.
Selain pergi dengan menggunakan Trans Jakarta, Grameds juga bisa mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional dengan menggunakan kendaraan umum lain yang menuju ke arah Pasar Senen, lalu melanjutkan perjalanan dengan menaiki kendaraan umum lain seperti bajaj, ojek atau lainnya yang mengarah ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Museum Kebangkitan Nasional berada tepat di belakang RSPAD Gatot Soebroto dan bisa dengan mudah menemukan lokasi dari museum.
Alamat, Tiket dan Jam Operasional
Sumber: Museum Kebangkitan Nasional
Museum ini berada di alamat JL. Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26 RW 5, Senen, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat.
Museum buku setiap hari pada jam 09.00 hingga 16.00 WIB, kecuali pada hari Senin. Pada hari Senin serta hari libur nasional seperti perayaan natal atau hari lainnya, Museum Kebangkitan Nasional diliburkan serta tidak menerima pengunjung. Lebih lengkapnya, berikut jam operasional dari Museum Kebangkitan Nasional setiap hari dari laman museumindonesia.com
Selasa, Rabu dan Kamis | 08.30 – 15.00 |
Jumat | 08.30 – 11.30 |
Sabtu dan Minggu | 08.30 – 14.00 |
Senin, hari besar dan hari libur nasional | Tutup, tidak menerima pengunjung. |
Untuk mengunjungi dan berkeliling di museum ini, Grameds tidak perlu mengeluarkan ongkos yang mahal. Dikarenakan harga tiket untuk masuk ke Museum Kebangkitan Nasional hanyalah sebesar Rp 2.000 per tiketnya saja. Untuk lebih lengkap, berikut list harga tiket yang dikutip dari laman museumnusantara.com.
Dewasa | Rp 2.000/ orang |
Anak-anak | Rp 1.000/ orang |
Dewasa (rombongan lebih dari 20 orang) | Rp. 1.000/ orang |
Anak-anak (rombongan lebih dari 20 orang) | Rp 500/ orang |
Mancanegara atau wisatawan asing | Rp 10.000/ orang |
Grameds bisa mengunjungi dan membeli tiket Museum Kebangkitan Nasional secara langsung atau membeli tiketnya pada loket yang telah tersedia atau memesannya secara online dengan cara mengunjungi laman muskitna.net.
Informasi lebih lengkap, Grameds bisa menghubungi nomor telepon dari Museum Kebangkitan Nasional yaitu (021) 384 7975 atau melalui surat elektronik di muskitnas@kemdikbud.go.id
Biasanya, Museum Kebangkitan Nasional mengadakan kegiatan museum. Akan tetapi, kegiatan museum tersebut tidak selalu ada dan hanya pada hari-hari tertentu saja. Apabila Grameds ingin mengunjungi museum ketika sedang mengadakan kegiatan, Grameds bisa melakukan pengecekan jadwal museum pada laman resmi yang sebelumnya telah dicantumkan dalam artikel ini.
Apabila belum bisa berkunjung secara langsung ke Museum Kebangkitan Nasional, akan tetapi penasaran dan ingin ikut merasakan bagaimana suasana dan pameran museum di Jakarta ini, Grameds tidak perlu khawatir karena Grameds bisa mengunjungi pameran daring pada kanal Youtube Pameran Virtual Duo Mangunkusumo.
Mengunjungi museum di hari libur tidak hanya menjadi hiburan bagi anak-anak dan rekreasi bagi keluarga saja, akan tetapi juga bisa menjadi media pembelajaran serta mengingatkan anak-anak untuk peduli pada bangsanya sendiri dan membangkitkan jiwa nasionalisme.
Selain Museum Kebangkitan Nasional, Grameds juga bisa mengunjungi museum lain atau gedung bersejarah lain yang ada di dekat rumah Grameds. Dengan begitu Grameds bisa ikut berperan dalam proses pembelajaran anak untuk mengetahui sejarah bangsa Indonesia dan membangkitkan jiwa nasionalisme anak untuk mencintai bangsanya sendiri sejak dini.
Demikianlah penjelasan tentang Museum Kebangkitan Nasional. Grameds bisa mempelajari sejarah serta peristiwa penting lain yang berkaitan dengan bangsa Indonesia dengan membaca buku.
Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku berkualitas dan tentunya original untuk Grameds membuka cakrawala dan menambah pengetahuan. Jadi, tunggu apa lagi? Segera beli dan dapatkan bukunya sekarang juga!
Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.
Penulis: Khansa
Rujukan:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Kebangkitan_Nasional
- https://www.orami.co.id/magazine/museum-kebangkitan-nasional#koleksi-museum-kebangkitan-nasional
- https://www.museumindonesia.com/museum/90/1/Museum_Kebangkitan_Nasional_Jakarta
- https://museumnusantara.com/museum-kebangkitan-nasional/
- Buku Biologi Best Seller
- Latihan Soal SBMPTN Saintek dan Soshum
- Latihan Soal Asesmen Kompetensi Minimum SMA
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Buku Menambah Wawasan
- Bentuk Pemerintahan Indonesia
- Bhabinkamtibmas
- DPD
- Desa
- Instansi
- Kekuasaan Legislatif
- Lembaga Legislatif: Fungsi dan Pasalnya
- Negara Demokrasi
- Negara Hukum
- Museum Kebangkitan Nasional
- Oligarki
- Parlementer
- Polisi Khusus Cagar Budaya: Fungsi, Tugas, dan Gajinya!
- Princess Leonor
- PPATK
- Sentralisasi
- Strategi Pemberdayaan Masyarakat
- Tes CPNS