Patriarki adalah – Hampir setiap negara menganut budaya patriarki, termasuk Indonesia, meskipun tingkat keterikatannya berbeda-beda. Arab Saudi adalah salah satunya negara dengan budaya patriarki yang sangat kuat.
Di negeri ini, wanita memiliki ruang gerak yang terbatas dan diharapkan lebih banyak tinggal di rumah untuk melayani suami mereka, jadi jika kita pergi ke Arab kita tidak akan melihat seorang wanita Arab pun pergi bekerja, misalnya pemilik toko ditinggalkan sendiri. Mengendarai mobil sendiri.
Kekayaan budaya patriarki di Arab juga didukung oleh sistem keluarga yang kuat menganut sistem patriarki. Sistem patriarki adalah sistem pertimbangan bahwa garis keturunan hanya mengikuti garis keturunan laki-laki. Dalam budaya Arab, hanya anak laki-laki dianggap mampu melanjutkan garis keturunan ini. Di Indonesia, penduduk Batak dan Bali menganut sistem patriarki ini.
Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan dan dominasi utama dalam berbagai peran dalam masyarakat.
Patriarki adalah sistem yang ditentang dan ditolak oleh kaum feminis. Memang, patriarki berpendapat bahwa perempuan dipandang hanya memiliki fungsi reproduksi. Sedangkan perempuan dianggap bisa tinggal di rumah hanya untuk hamil, melahirkan, mengurus anak atau sekedar melakukan pekerjaan rumah tangga.
Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai figur otoritas sentral utama dalam organisasi sosial.
Istilah patriarki berasal dari kata patriarki, yang berarti suatu struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai satu-satunya, pusat, dan penguasa semua. Sistem sosial ini dipandang sebagai penyebab penindasan terhadap perempuan
Bagi sebagian besar bentuk feminisme, patriarki dicirikan sebagai sistem sosial yang secara tidak adil mendiskriminasi, mensubordinasi, atau menindas perempuan. Di satu sisi, Carole Pateman menulis bahwa konstruksi patriarki dari visi maskulin dan feminin adalah perbedaan politik antara kebebasan dan ketundukan.
Patriarki disebut budaya karena diwariskan dari generasi ke generasi tanpa disadari. Misalnya, mulai dari kerangka keluarga, seorang ayah sebagai kepala keluarga, yang memutuskan segala pilihan bagi seluruh anggota keluarganya. Kedua, secara sistematis diperkuat oleh mekanisme atau institusi yang memperkuat penindasan terhadap perempuan. Hingga akhirnya meluas ke kontrol produksi bahkan reproduksi, pemikiran, seksualitas, termasuk spiritualitas.
Daftar Isi
Sejarah Patriarki
Keberadaan ideologi patriarki dalam masyarakat tidak dapat dipisahkan dari sejarah peradaban manusia. Di masa lalu, manusia hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan.
Kegiatan berburu dan meramu ini dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan tinggal di rumah. Kondisi seperti itu membuat perempuan memiliki banyak waktu luang, sehingga perempuan memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja di bidang pertanian.
Hal ini juga ditegaskan oleh Setiawan (2012:13), ketika laki-laki pergi ke hutan untuk berburu, perempuan menaburkan umbi dan biji di tanah datar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Wanita adalah yang pertama menemukan “ilmu pertanian”, serta petani pertama di dunia.
Seiring dengan perkembangan zaman, berburu dan meramu makanan sudah tidak sesuai lagi karena kondisi alam yang berubah-ubah. Hal ini memaksa laki-laki untuk mengambil alih lahan pertanian dari perempuan.
Karena kebutuhan untuk menopang kehidupan, manusia membuat perkembangan teknologi terjadi dengan pesat dalam masyarakat agraris. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saadawi dalam Kusuma (2012:18) bahwa kehidupan pertanian merupakan sumber pangan yang tetap bagi masyarakat, sehingga metode dan teknologi semakin maju.
Sejak saat itu, produksi sering dilakukan secara bersama-sama (jointly) dan akhirnya dapat dilakukan secara sendiri-sendiri (separately), sehingga proses masyarakat dalam memproduksi pasokan subsisten secara bertahap digantikan oleh proses individu dan menciptakan produk produksi pribadi.
Sejak saat itu, sistem pertanian telah memperkenalkan kepemilikan pribadi ke dalam kemanusiaan. Inilah akar penyebab lahirnya patriarki. Seperti yang dikatakan Engels dalam Budiman (1981:23), patriarki dimulai ketika umat manusia mulai mengenal kepemilikan pribadi, dimana sistem kepemilikan ini juga menandai lahirnya sistem kelas.
Kelahiran patriarki mendorong perempuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan bekerja sesuai dengan kehendak laki-laki. Inilah akar penyebab dominasi laki-laki atas perempuan. Seperti yang dikemukakan Engels dalam Budiman (1981:23), munculnya patriarki menjadikan perempuan sebagai pelayan belaka. Wanita telah menjadi budak keserakahan pria dan hanya menjadi mesin melahirkan.
Lebih lanjut, situasi perempuan yang terpinggirkan diperparah oleh persepsi bahwa tidak semua yang dilakukan perempuan di bidang keluarga dihargai dan diperhitungkan. Telah disampaikan oleh Setiawan (2012: 19) bahwa ibu rumah tangga yang tidak berhenti bekerja siang malam tidak dianggap sebagai tenaga kerja laki-laki dan perempuan juga. Sebab, tenaga kerja hanya efektif ketika berpartisipasi dalam proses produksi dan menciptakan nilai ekonomi.
Pengertian Ideologi Patriarki
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:517), ideologi diartikan sebagai seperangkat konsep sistematis yang digunakan sebagai dasar pendapat (fakta) yang memberikan arah dan tujuan bagi kelangsungan hidup atau cara berpikir seseorang atau suatu kelompok di masa depan.
Eagleton dalam Takwin (2003:3) menambahkan bahwa ideologi terdiri dari ide-ide yang membantu melegitimasi kekuatan politik yang dominan. Sedangkan dalam arti negatif, ideologi adalah kesadaran palsu yang mendistorsi realitas. Ideologi “membayangi” orang dari realitas (Karl Marx dalam Takwin, 2003: 6).
Lebih lanjut, pengertian patriarki adalah suatu sistem yang menganggap bahwa laki-laki dimaksudkan untuk menguasai perempuan. Hal ini berlaku di seluruh dunia (Fromm in Adji et al 2009:9).
Hal ini semakin diperjelas dengan pendapat Walby (2014:28), yang menegaskan bahwa patriarki adalah sistem struktur dan praktik sosial yang menganggap laki-laki sebagai dominan, represif dan eksploitatif perempuan.
Penggunaan istilah struktur sosial mengacu pada penolakan terhadap determinisme biologis dan gagasan bahwa setiap individu laki-laki berada pada posisi dominan dan setiap individu perempuan berada pada posisi sekunder. Berdasarkan definisi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa patriarki adalah sistem sosial yang meresap dalam masyarakat yang bertujuan untuk memberhentikan dominasi laki-laki atas perempuan.
Struktur Ideologi Patriarki
Walby (2014: 29-30), juga membahas mengenai struktur-struktur dari patriarki, sebagai berikut:
1. Relasi Produksi Patriarki dalam Keluarga
Dalam struktur ini, pekerjaan rumah tangga perempuan dilakukan oleh suami atau orang yang tinggal bersama mereka. Seorang wanita dapat menerima tunjangan sebagai imbalan atas pekerjaannya, terutama ketika dia tidak sedang bekerja. Ibu rumah tangga adalah kelas produktif, sedangkan suami adalah kelas ekstraktif.
2. Hubungan Patriarki pada Pekerjaan dengan Upah
Struktur patriarki kedua di tingkat ekonomi adalah patriarki pekerjaan dan upah. Bentuk kompleks dari penutupan patriarki dalam pekerjaan bergaji mencegah perempuan mengakses jenis pekerjaan yang lebih baik dan mengisolasi mereka dalam pekerjaan yang kurang berkualitas yang mereka anggap perempuan kurang berkualitas.
3. Hubungan Patriarki dalam Negara
Banyak negara yang menganut sistem patriarki seperti halnya kapitalisme dan rasisme. Sebagai arena perjuangan daripada entitas monolitik, negara memiliki bias sistematis terhadap kepentingan patriarki, yang dibuktikan dengan kebijakan dan tindakannya. Misalnya, laki-laki kebal terhadap kekerasan yang mereka lakukan terhadap perempuan. Padahal, kekerasan ini dilegalkan oleh negara, karena negara tidak melakukan tindakan yang efektif terhadap hak perempuan.
4. Kekerasan Laki-Laki
Kekerasan laki-laki merupakan perilaku rutin di kalangan perempuan, dengan konsekuensi standar bagi sebagian besar perilaku perempuan. Kekerasan ini secara sistematis ditoleransi dan dilegitimasi oleh penolakan Negara untuk campur tangan terhadapnya, kecuali dalam keadaan luar biasa, meskipun tindakan pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dll, dilakukan terlalu hierarkis dalam kerangka negaranya sendiri.
5. Hubungan Patriarki dalam Bentuk Seksualitas
Fitur utama dari struktur ini adalah heteroseksualitas kompulsif dan standar ganda gender. Struktur seksualitas patriarki mengacu pada alasan orientasi seksual sebagai heteroseksual, lesbian, atau homoseksual. Alasan ini merupakan pertanyaan sentral bagi analisis feminis radikal karena melalui nyalah hubungan antara bentuk-bentuk seks yang didominasi laki-laki dan patriarki terbentuk.
6. Hubungan Patriarki dalam Lembaga Budaya
Lembaga budaya melengkapi struktur sebelumnya. Lembaga-lembaga ini memainkan peran penting dalam menciptakan variasi subjektivitas gender yang berbeda dalam bentuk yang berbeda. Struktur ini mencakup seperangkat institusi yang menciptakan representasi perempuan dari perspektif patriarki di berbagai bidang, seperti agama, pendidikan, dan media.
Selanjutnya, struktur hubungan patriarki dalam institusi budaya mencakup gagasan maskulinitas dan feminitas yang membedakan keduanya. Maskulinitas membutuhkan ketegasan, dinamisme, kelincahan dan inisiatif cepat, sedangkan feminitas membutuhkan kerjasama, pasif, kelembutan dan kasih sayang. Identitas laki-laki dan perempuan di atas disosialisasikan ke dalam jenis kelamin tertentu sejak lahir di lingkungan keluarga.
Kadar Patriarki dan Bentuknya
Seiring dengan perkembangan zaman, patriarki juga terus memperbaharui dirinya. Walby (2014:33) berpendapat bahwa telah banyak terjadi perubahan dalam patriarki, baik dalam derajat maupun bentuknya.
Perubahan tingkat patriarki meliputi aspek relasi gender seperti pengurangan kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan dan mempersempit kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Namun, beberapa aspek lain dari patriarki telah membaik.
Menurut Walby (2014: 261-278), selain tingkat patriarki, perubahan juga terjadi dalam bentuk patriarki. Perubahan bentuk patriarki meliputi patriarki privat dan patriarki publik. Kedua bentuk perubahan patriarki tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Perbedaan Patriarki Privat dan Patriarki Publik
Dalam bentuk patriarki privat, arena utama penindasan perempuan terletak pada produksi domestik, dengan patriarki mengendalikan individu perempuan dalam rumah tangga, sedangkan patriarki publik terletak pada sektor publik, pekerjaan dan negara, meskipun keluarga tetap patriarki.
Struktur dalam bentuk publik, tetapi tidak lagi menjadi struktur patriarki, menjadi arena terdepan. Selanjutnya, dalam patriarki kepemilikan privat, perampasan hak perempuan terjadi oleh patriarki individu dalam keluarga, sedangkan dalam bentuk terbuka eksploitasi dilakukan secara kolektif.
Dalam patriarki publik, ahli strategi utama adalah pengecualian. Hal ini berupa eksploitasi perempuan dengan menjauhkan mereka dari ruang publik, sedangkan di depan publik merupakan strategi segregasi dan subordinasi berupa merayu perempuan untuk berpartisipasi dalam urusan publik di semua tingkatan.
Memang, kehadiran perempuan di sektor publik terbatas pada pekerjaan terpisah yang kurang dihargai dibandingkan laki-laki. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa patriarki milik pribadi merupakan bentuk patriarki yang mengasingkan perempuan dari sektor publik dan mengarahkan mereka pada urusan domestik.
Patriarki publik adalah bentuk patriarki yang memberi perempuan tempat di ruang publik, tetapi posisinya lebih rendah dari laki-laki.
2. Pergeseran dari Patriarki Publik ke Privat
Walby (2014: 274) tidak sependapat dengan pendapat beberapa penulis bahwa kapitalisme adalah penyebab utama perubahan relasi gender. Misalnya, penulis berpendapat bahwa kebangkitan kapitalisme telah menyebabkan pemisahan antara rumah dan pekerjaan.
Sebab, menurutnya, jika kebangkitan kapitalisme telah mengantarkan perkembangan bentuk patriarki baru, belum tentu menyebabkan perubahan pada struktur dasarnya. Hubungan produksi dalam rumah tangga mendahului kapitalisme.
Pergeseran dari patriarki ke privat bukan disebabkan oleh kapitalisme, tetapi oleh patriarki yang dipaksakan sendiri. Perempuan miskin dikeluarkan dari pabrik setelah menikah dengan laki-laki kaya (pemimpin) dan tidak lagi diperbolehkan untuk “bekerja” setiap waktu.
Bentuk lain dari pemindahan adalah bahwa perempuan terus-menerus dirampas dari berbagai bidang pekerjaan yang menjadi miliknya dan kehilangan sebagian dari hak hukum mereka atas tanah yang sebelumnya mereka pegang (Pinchbeck, 1930); (Schreiner, 1918).
Pergeseran dari patriarki publik ke patriarki privat dapat disimpulkan sebagai pergeseran perempuan dari sektor publik ke sektor keluarga. Ini bukan karena kebangkitan kapitalisme, tetapi karena ideologi patriarki. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kapitalisme melahirkan patriarki yang lebih berkembang.
3. Transisi dari Patriarki Privat ke Publik
Transisi dari kepemilikan pribadi ke patriarki publik memang luar biasa. Perubahan substansial dalam hubungan gender terjadi selama abad 20. Gerakan menuju bentuk patriarki pribadi yang lebih eksplisit benar-benar terbalik pada pergantian abad. Abad ke-20 membawa perubahan dramatis dari patriarki privat ke patriarki publik, serta penurunan tingkat penindasan terhadap perempuan pada khususnya.
Hal ini bukan hanya untuk mengatakan bahwa telah terjadi perubahan yang signifikan, tetapi lebih dari itu, perubahannya justru sebaliknya. Keenam struktur patriarki yang ada termasuk dalam perubahan ini. Ada perlawanan dari kaum feminis terhadap praktik sosial patriarki yang ditantang oleh perlawanan.
Kampanye mereka terjadi dalam konteks dan dibentuk oleh kebutuhan tenaga kerja kaum kapitalis. Hasil dari variasi ini adalah tingkat variasi yang tinggi untuk bentuk-bentuk lain serta penurunan tingkat patriarki di beberapa daerah, yang menyebabkan banyak efek kompleks yang terkait dengan aspek-aspek lain dari generasi patriarki.
Kemenangan kaum feminis atas kewarganegaraan politik tidak hanya memberikan perempuan hak untuk memilih, tetapi juga hak atas pendidikan yang kemudian membuka akses terhadap segala jenis pekerjaan, harta benda lainnya dan hak untuk melangsungkan pernikahan.
Namun, kurangnya kemenangan politik untuk menaikkan upah bagi pekerja perempuan telah menciptakan lebih banyak eksploitasi di antara mereka, sehingga perempuan harus menggunakan perubahan ekonomi untuk memperluas ruang kerja mereka.
Efek Patriarki Terhadap Perempuan
Menurut Siswanto (2006), patriarki adalah akar dari ketidaksetaraan gender, yang menurut Siswanto (2006) dapat menyebabkan marginalisasi, ketergantungan, stereotip, kekerasan dan beban ganda.
1. Marginalisasi
Proses terpinggirkan oleh perbedaan gender berujung pada kemiskinan. Ada banyak cara untuk meminggirkan seseorang atau kelompok dalam masyarakat, salah satunya adalah penggunaan asumsi gender.
2. Subordinasi
Subordinasi adalah penilaian atau asumsi bahwa peran satu gender lebih rendah daripada yang lain. Nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat telah membedakan dan memisahkan peran gender laki-laki dan perempuan. Perempuan dipandang bertanggung jawab dan memiliki peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sedangkan laki-laki mengambil pekerjaan publik atau produktif.
3. Stereotip
Pelabelan atau penandaan umumnya negatif dan mengarah pada ketidakadilan. Pelabelan sering digunakan sebagai alasan untuk membenarkan tindakan satu kelompok terhadap yang lain.
4. Kekerasan
Kekerasan mengacu pada tindakan kekerasan, baik fisik maupun non-fisik, yang dilakukan oleh satu jenis kelamin atau oleh keluarga, masyarakat atau organisasi negara terhadap jenis kelamin perempuan.
5. Beban Ganda
Beban ganda berarti beban yang diterima salah satu jenis kelamin lebih besar dari beban jenis kelamin lainnya.
Patriarki dan Kesetaraan Gender
Dalam buku, “Parameter Kesetaraan Gender dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (2012:94)” kesetaraan gender diartikan sebagai keadaan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam hal hak (hukum) dan kondisi (kualitas) yaitu kualitas hidup.
Kesetaraan gender dinyatakan dalam kenyataan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki persamaan hak, wewenang dan status di hadapan hukum, kesempatan dan hal yang sama dalam menikmati hasil yang ada.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui implementasi kebijakan dan strategi pembangunan yang berbasis kesetaraan gender. Pencapaian kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, sehingga keduanya memiliki akses yang sama, kesempatan untuk berpartisipasi, mengontrol pembangunan dan memperoleh manfaat yang sama, serta kesetaraan dari hal gender.
Berdasarkan “Parameter Kesetaraan Gender dalam Pembentukan Hukum” yang disusun oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Indikator kesetaraan gender adalah:
1. Akses
Akses adalah kesempatan atau kesempatan untuk memperoleh atau menggunakan sumber daya tertentu. Renungkan bagaimana mencapai akses yang adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki ke sumber daya yang dihasilkan.
2. Kehadiran
Partisipasi adalah keikutsertaan atau keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam kegiatan dan/atau pengambilan keputusan.
3. Kontrol
Kontrol adalah kendali, wewenang, atau kekuasaan untuk membuat keputusan. Dalam hal ini, apakah beberapa posisi pengambilan keputusan didominasi oleh jenis kelamin tertentu.
4. Manfaat
Manfaatnya adalah penggunaannya dapat dinikmati secara optimal. Keputusan yang dibuat oleh sekolah apakah menguntungkan anak perempuan dan laki-laki atau tidak.
- Apa itu Sistem Pemerintahan?
- Cara Menumbuhkan Sikap Cinta Tanah Air
- Ciri-ciri Negara Kesatuan
- Contoh Hak Masyarakat Indonesia
- Contoh Pelanggaran Norma Kesusilaan
- Good Governance
- Hasil Sidang PPKI Pertama
- Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pemerintahan Reformasi Indonesia
- Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara
- Kedaulatan Keluar
- Konsep Negara Kesatuan
- Manfaat Persatuan dan Kesatuan
- Penegakan Hukum dan Implementasi Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945
- Perwujudan Kewajiban Warga Negara
- Pengertian Demokrasi
- Pengertian Hak
- Pengertian Warga Negara
- Pengertian Wawasan Nusantara
- Perbedaan Bupati dan Walikota
- Sikap Rela Berkorban
- Sikap Nasionalisme
- Sistem Pemerintahan Demokrasi dan Otoriter
- Sistem Pemerintahan Parlementer
- Sistem Pemerintahan Presidensial
- Semangat Kebangsaan
- Sejarah Teks Proklamasi
- Sejarah Pertempuran Surabaya
- Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
- Sejarah Sumpah Pemuda
- Tujuan PPKI dibentuk
- Tujuan Negara Indonesia Menurut UUD 1945
- Tujuan Dibentuknya Negara
- Usulan Soepomo
Penulis: Ziaggi Fadhil Zahran
Baca juga artikel terkait:
Patriarki adalah Konstruksi Sistem Sosial dengan Sejarah yang Panjang
Pelecehan Seksual: Definisi, Jenis, Ciri, serta Hal yang Perlu Dilakukan!
Biografi RA Kartini Sang Penoreh Jejak Emansipasi Wanita Indonesia