Gramedia Logo
Agatha Christie

Agatha Christie

97 Buku

Nama Agatha Christie telah merajai novel dengan genre detektif. Novel seperti ini menjadi salah satu yang diminati oleh pembaca, dan tak menutup kemungkinan kalau kamu salah satunya. Kebanyakan orang sudah mengetahui serial Sherlock Holmes yang mengisahkan suatu penyelidikan dalam sebuah kasus.Sesungguhnya kini ada banyak sekali penulis novel yang bertemakan detektif atau misteri atau juga teka-teki. Selain Agatha Christie, ada juga Arthur Conan Doyle, penulis buku cerita bertemakan detektif serupa. Namun, nama Agatha Christie memang sepertinya telah melegenda di dunia kisah detektif. Sudah banyak karya novel yang dihasilkan oleh Agatha Christie. Hampir semua novel yang pernah ditulis laris di dunia, termasuk di negara Indonesia. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa tiap karya Agatha Christie mampu menggaet banyak pembaca. Bahkan, beberapa karyanya sudah pernah difilmkan dan menjadi favorit para penonton, apalagi alur ceritanya yang seru dan kamu akan menemukan sebuah plot twist. Tidak hanya menghasilkan karya novel saja, tetapi Agatha Christie juga telah membuat skenario dari pementasan drama. Pementasan drama itu telah diselenggarakan sejak tahun 1952 sampai 2020. Dari sekian banyak tokoh detektif yang dihadirkan oleh Agatha Christie, salah satu yang sudah dikenal banyak orang adalah Miss Purple. Dengan banyaknya hasil karya sastra yang telah dibuat, maka bisa dikatakan bahwa Agatha Christie memiliki pengaruh dalam dunia sastra, utamanya terhadap cerita-cerita detektif. Biar semakin senang dan tertarik untuk mengoleksi karya Agatha Christie, maka kamu bisa simak biografi singkatnya dulu, ya. Agatha Christie merupakan seorang anak yang lahir dari keluarga kelas menengah atas. Ia lahir di Torquay, Devon pada tanggal 15 September 1890 dan memiliki ayah bernama Alvah Miller dan sang ibu bernama Clarissa Margaret. Selain itu, Agatha Christie merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua orang tua Agatha Christie menikah pada tahun 1878 di London. Dari pernikahan itu, mereka melahirkan 3 buah hati. Pertama, pada tahun 1879 di Torquay, lahir seorang anak bernama Margaret Frary dan biasa dipanggil dengan nama Madge. Lalu, pada tahun 1879, lahir kakak dari Agatha Christie yang bernama Louis Montant di Morristown, New Jersey dan dipanggil dengan nama Monty. Lalu, di tahun 1890, Agatha Christie lahir. Jarak antara saudara kandung yang cukup jauh, maka Agatha Christie lebih sering menghabiskan waktu bermainnya sendiri. Meski begitu, masa kecil dari Agatha Christie sangat bahagia. Selain bermain sendirian, Agatha Christie juga sering bermain dengan hewan peliharaannya dan juga teman imajinasinya. Meskipun sudah lama bermain secara sendirian, tetapi ketika usianya bertambah mulai bermain bersama dengan teman seangkatannya. Bahkan, kebahagiaan Agatha Christie ketika bermain bersama dengan teman-teman seangkatannya ditulis dalam buku catatannya. Terlebih lagi, ketika ketika bermain dalam suatu produksi atau opera remaja yang berjudul The Yeomen of the Guard karya Gilbert dan Sullivan. Dalam produksi ini, Agatha Christie berperan menjadi Kolonel Fairfax dan menjadi seorang pahlawan. Kesukaan dan ketertarikannya dalam dunia baca sudah dapat dilihat sejak Agatha Christie kecil. Namun, sang ibu lebih agar Agatha Christie menempuh pendidikan di rumah, walaupun sang kakak perempuan menempuh pendidikan di asrama. Maka dari itu, semua orang tua dan saudara dari Agatha Christie selalu mengawasi kegiatan belajar mengajar Agatha Christie. Kegiatan belajar mengajar ini mencakup kegiatan menulis, membaca, aritmatika dasar, hingga beberapa mata pelajaran yang disukai. Tidak hanya melakukan pembelajaran umum saja, tetapi Agatha Christie juga diajarkan beberapa keahlian khusus. Misalnya seperti cara bermain alat musik, piano hingga mandolin. Sejak kecil Agatha Christie sudah mulai suka membaca buku dari penulis-penulis ternama pada masa itu, seperti Edith Nesbit dan juga Mary Louisa Molesworth. Lalu, seiring bertambahnya usia, ia mulai membaca karya-karya dari penulis seperti Lewis Caroll dan Edward Lear. Tidak sampai situ saja, Agatha Christie yang senang membaca, ketika masuk usia remaja juga membaca buku Alexandre Dumas, Walter Scott, Anthony Hope, Charles Dickens. Selain gemar membaca, Agatha Christie juga mulai tertarik untuk menulis, dan pada usia 10 tahun atau pada tahun April 1901, ia sudah menulis puisi dengan judul The Cowslip. Namun, di tahun yang sama (1901), kesehatan sang ayah mulai memburuk. Hal ini dikarenakan kesehatan jantung sang ayah mulai menurun. Lalu, di bulan November 1901, Fred ayah dari Agatha Christie disebabkan karena terkena pneumonia serta penyakit ginjal kronis. Setelah meninggal dunianya sang ayah, kondisi keuangan keluarga Agatha Christie mulai memburuk. Lalu, setelah setahun meninggalnya sang ayah, Madge menikah dan pindah dan tinggal di Cheadle, Cheshire, Monty yang letaknya ada di luar negeri dan bekerja sebagai resimen Inggris. Setelah sang kakak pindah rumah, Agatha Christie hanya tinggal bersama dengan ibunya di Ashfield. Agatha Christie mulai sekolah pada tahun 1902 di Miss Guyer’s Girls School di Torquay. Namun, ketika bersekolah, Agatha Christie kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Lalu, ketika pada tahun 1905, sang ibu mulai mengirimkan Agatha Christie ke Paris untuk menempuh pendidikan di asrama atau mengikuti serangkaian pensionnats. Di sekolah asrama ini, Agatha Christie dikhususkan untuk melatih vokal dan juga permainan pianonya. Akan tetapi, Agatha Christie mulai sadar kalau dirinya tidak memiliki bakat pada bidang itu, maka ia menguburkan cita-citanya untuk tampil menjadi penyanyi opera atau pianis profesional. Agatha Christie meninggal dunia pada tanggal 12 Januari 1976, Winterbrook House, Winterbrook, Oxfordshire, Inggris. Meskipun sudah meninggal dunia, tetapi setiap karya sastranya masih dikenang oleh banyak orang di seluruh dunia. Bahkan, juga sudah diterjemahkan dalam banyak bahasa, sehingga akan semakin banyak juga pencinta karya-karya Agatha Christie. Agatha Christie yang sudah menyelesaikan pendidikannya mendapatkan kabar bahwa sang ibu sedang mengalami sakit, sehingga ia kembali lagi ke Inggris. Lalu, Agatha Christie membawa ke Mesir atau lebih tepatnya tinggal di Gezirah Palace, Kairo. Ketika berada di Mesir, Agatha Christie sudah hadir dalam berbagai macam acara. Misalnya seperti acara sosial hingga acara tari. Selain itu, ia juga senang menonton pertandingan olahraga polo amatir. Tidak hanya pergi sendiri, tetapi ia bersama sang ibu juga mengunjungi beberapa tempat bersejarah, seperti monumen Mesir Kuno, seperti Piramida Agung Giza. Lalu, setelah berkunjung dan berwisata ke Mesir, Agatha Christie mulai kembali lagi ke negara Inggris dan sesampainya di Inggris, ia mulai melanjutkan kembali kegiatan sosial yang sudah dilakukan sebelumnya. Tidak hanya itu, ia juga menulis skenario dalam suatu teater amatir. Bahkan, ia juga bermain dalam pentas teater itu. Ketertarikannya pada dunia teater membuat Agatha Christie membantu untuk menyukseskan suatu pentas drama dengan judul The Blue Beard of Unhappiness. Pementasan drama itu, ia lakukan bersama dengan teman-temannya. Bukan hanya senang dengan dunia teater saja, tetapi Agatha Christie mulai suka dengan dunia menulis karya sastra berupa cerita pendek. Ketertarikannya pada cerita pendek ini, ia tunjukkan dalam tulisan yang dihasilkan. Cerita pendek pertama yang ia buat berjudul The House of Beauty. Ide cerita pendek ini muncul ketika dirinya sedang sakit dan berbaring di tempat tidur dan cerpen ini ditulis ketika dirinya berusia 18 tahun. Kata yang ada di dalam cerita pendek itu bisa dibilang cukup banyak, yaitu 6.000 kata. Lalu, kisah yang ada di dalam cerita pendek dengan judul The House of Beauty ini adalah tentang kegilaan dan mimpi. Selain memiliki cerita yang unik dan menarik, tokoh yang ada di dalam cerpen ini merupakan keunikan dari cerita pendek itu sendiri. Keunikan dan ciri khas dari cerpen pertama Agatha Christie kemudian menjadi awal mula dari novel Agatha Christie yang memiliki judul Selagi Hari Terang. Lalu, Agatha Christie mulai menulis cerpen lagi, tetapi cerita pendek lainnya yang ia tulis ini bercerita tentang paranormal dan juga spiritualisme. Karya sastra cerita pendek (cerpen) yang bertemakan spiritualitas dan paranormal itu berjudul The Little Lonely God dan The Call of Wings. Namun, beberapa majalah menolak untuk mempublikasikan cerpen dari Agatha Christie karena menggunakan nama samaran. Lalu, setelah ada perubahan atau revisi dari karya cerpen itu dan menggunakan nama asli, barulah cerpen Agatha Christie bisa dipublikasikan di majalah. Lalu, pada waktu yang tidak berselang lama, Agatha Christie mulai membuat karya tulis novel untuk pertama kalinya. Novel pertamanya itu diberi judul Snow Upon the Desert, tetapi karya novel itu, ia tulis dengan nama samaran, yaitu Monosyllaba. Kisah dalam novel ini menggunakan pengalaman pribadi Agatha Christie ketika berkunjung ke Kairo. Maka dari itu, kisah ini bisa dibilang bernuansa budaya Mesir. Namun, novel yang sudah ditulisnya itu, ternyata mengalami penolakan dari beberapa penerbit. Lalu, Clara memberikan saran supaya putrinya meminta nasihat dan juga saran kepada seorang novelis yang bernama Eden Phillpotts. Terlebih lagi, Eden Phillpotts merupakan tetangga sekaligus teman dari Agatha Christie dan novelis itu pun menerima dan menanggapi kegelisahan dari Agatha Christie. Sang novelis Eden Phillpotts pun membantu Agatha Christie dengan mengirimkan sebuah surat pengantar untuk Agatha Christie kepada agennya yang bernama Hughes Massie. Namun, sang agen juga menolak karya novel dari Agatha Christie yang berjudul Snow Upon the Desert. Meski begitu, agen, Hughes Massie pun memberikan saran kepada Agatha Christie untuk tetap menulis novel keduanya. Kecintaannya pada cerita-cerita novel detektif pun membuat Agatha Christie tertarik untuk membuat novel detektif. Cerita novel detektif, yang ia senangi dan suka dibaca, seperti Sherlock Holmes yang ditulis oleh Arthur Conan Doyle, kemudian The Moonstone karya Wilkie Collins. Novel bertemakan detektif pertamanya ia tulis dengan judul Misteri di Styles. Novel itu, ia tulis pada tahun 1926 dan di dalamnya menceritakan seorang mantan petugas polisi Belgia yang memiliki kumis luar biasa bernama Hercule Poirot. Selain itu, tokoh dalam novel ini juga memiliki bentuk kepala yang menyerupai telur. Inspirasi novel yang dibuat Agatha Christie ini berasal dari pengungsi Jerman yang pada masa itu menginvasi Belgia. Lalu, karakter tokohnya diperoleh dari pengungsi Belgia yang tinggal di wilayah Torquay dan juga tentara-tentara dari Belgia yang yang dia bantu ketika melakukan tugas sebagai perawat sukarela ketika terjadinya Perang Dunia I. Namun, naskah asli dari novel yang telah dibuat itu ditolak oleh Hodder & Stoughton serta Methuen. Lalu, setelah mengajukan dalam beberapa bulan, The Bodley Head dan John Lane menerima naskah dari Agatha Christie dan melakukan perubahan pada ceritanya agar solusi dari konfliknya bisa terungkap dan novel itu terbit tahun 1920. Berikut merupakan beberapa karya Agatha Christie yang menjadi legenda: The Little Lonely God dan The Call of Wings, The House of Beauty, Snow Upon the Desert, Misteri di Styles, Appointment with Death, Murder in Mesopotamia, They Came to Baghdad, dan Death on the Nile.