Gramedia Logo
Alan TH

Alan TH

3 Buku

Alan TH adalah seorang penulis yang mengangkat kisah Tio Pakusadewo menjadi menjadi sebuah serial novel. Menariknya, buku yang ditulis Alan bukanlah biografi, melainkan cerita fiksi yang terinspirasi dari sosok Tio selama di penjara. Harapannya adalah agar novel Bui bisa merambah ke layar lebar. Alan TH berhasil menggambarkan kehidupan tokoh utamanya yang terinspirasi dari Tio Pakusadewo di penjara dengan sangat cermat. Penggambaran bagaimana carut marut kehidupan yang dialami seorang Tio Pakusadewo sukses menuai pujian. Ia mampu menyampaikan pesan moral agar orang yang belum pernah mengenal narkoba bisa menjauhi barang haram tersebut. Begitu juga hal yang dialami Tio semasa masuk bui, Alan mampu menuliskan betapa pedihnya keadaan tokoh utama di dalam sana. Novel ini adalah sebuah semi autobiografi. Penting untuk dunia film Indonesia dalam konteks inspirasinya kita belajar proses yang tak kunjung usai. Melalui kisah Paku kita bisa berefleksi tentang banyak hal, jatuh dan bangun, perjuangan, bertahan menjadi orang yang berbeda dengan segala kompleksitasnya. Pada akhirnya di tengah kesendirian, sesungguhnya aku tak benar-benar sendiri, tulis sinopsis yang tertera dalam buku tersebut. Bahkan, Tio mengaku sudah ada 2 perusahaan yang berniat mengadaptasinya menjadi sebuah film. Namun belum jelas kapan kisah Bui ini akan resmi digarap menjadi layar lebar. Dilansir dari Goodreads, novel yang diangkat dari perjalanan hidup Tio Pakusadewo ini membawa kita kepada realitas, yang mungkin gelap tapi jujur. Ia bukan sebuah novel melodrama, di mana berdiri batas tegas antara pahlawan dan kejahatan, di mana di ujung cerita kita bernapas lega karena kepahlawanan menang. Tokoh Paku bukan sosok ideal dengan segala paraphernalia nya. Tapi ia adalah ikhtiar tanpa henti. Kepahlawanan tak hanya muncul seperti di film-film, sang hero datang lalu memenangkan pertarungan. Kepahlawanan justru muncul dari ketabahan untuk terus berusaha walau dalam situasi yang paling mustahill sekalipun. Itu sebabnya novel ini begitu memikat, tulis M. Chatib Basri, seorang Mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Novel ini adalah sebuah semi-autobiografi penting untuk dunia film Indonesia. Dalam konteks inspirasinya kita belajar proses yang tak kunjung usai. Melalui kisah Paku kita bisa berefleksi tentang banyak hal: jatuh dan bangun, perjuangan, bertahan menjadi orang yang berbeda dengan segala kompleksitasnya. Dan pada akhirnya, di tengah kesendirian, sesungguhnya kita tak pernah benar-benar sendiri, tulis Angga Dwimas Sasongko, seorang Pendiri Visinema dan Sutradara Film. Penjara menjadi kepompong bagi Paku. Kini ia terbang sebagai kupu-kupu, melintas menuju cahaya, berbekal iman di dada, tulis Deddy Mizwar, seorang aktor kenamaan. Selain Bui, karya dari Alan Th yang terkenal adalah Sungging. Buku ini merupakan novel sejarah yang mengambil latar sejarah peralihan dari keruntuhan raja Singasari ke berdirinya kerajaan Majapahit. Sungging menceritakan peran penting seorang prabhangkara (seniman-perupa) sekaligus pendekar bernama Sungging. Ia menjadi orang yang paling diburu oleh Kasajaten Kalamura, perkumpulan rahasia yang didukung oleh Gajah Mada, karena memiliki ilmu kitab Begawan Ksatria. Terdapat 38 bab dalam buku ini dengan alur plot ringan. Sinopsis Mengambil latar sejarah peralihan dari keruntuhan kerajaan Singasari ke berdirinya kerajaan Majapahit, Sungging menceritakan peran penting seorang prabhangkara (seniman-perupa) sekaligus pendekar bernama Sungging. Ia menjadi orang yang paling diburu oleh Kasajaten Kalamura, perkumpulan rahasia yang didukung oleh Gajah Mada, karena menguasai ilmu Kitab Begawan Ksatria. Bagaimana ia bisa menguasai ilmu dari kitab yang dinyatakan hilang dan terus-menerus dicari itu. Bagaimana pula ia bisa memandangi Mahapatih Majapahit yang juga menguasai ilmu dari kitab yang mana? Sungging hadir dengan cerita yang kuat, dalam tuturan yang sangat lancar, dengan ketegangan yang tetap terjaga dari bab ke bab. Sebuah kemahiran bercerita yang layak diperhitungkan dalam khazanah novel sejarah di Tanah Air belakangan ini. Alur cerita novel ini terbilang ringan dengan cerita dibalut misteri tak terpecahkan dengan pengungkapan keterkaitan sejarah antar tokoh dengan baik dan mengalir. Penokohan dari novel ini adalah sangat bagus, dan setiap tokonya mempunyai sifat masing-masing. Gaya bahasa yang digunakan novel ini dapat dimengerti dan di cerna oleh pembaca, walaupun ada gaya bahasa yang tidak mengerti, tetapi penulisannya menjelaskan dengan jelas. Kelebihan novel Sungging yaitu dapat menampilkan berbagai peristiwa penting secara kuat dan terperinci. Seperti bagaimana kehidupan dalam istana Singasari, dan penyerbuan tentara tartar. Tak mengherankan jika novel ini bisa dibaca oleh orang tua, remaja, maupun anak anak, terutama bagi mereka yang menyukai cerita sejarah.