Gramedia Logo
Maman Suherman

Maman Suherman

13 Buku

Maman Suherman adalah seorang penulis sekaligus jurnalis berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 10 November 1965. Maman memiliki Istri bernama Menik Saleh dan akhirnya dikaruniai 3 orang anak. Penulis yang akrab dengan panggilan Kang Maman ini adalah lulusan Alumni Kriminologi Universitas Indonesia, dan memulai karir jurnalisnya pada tahun 1998 sebagai reporter dan sempat menjadi pemimpin redaksi di Kompas Gramedia yang kemudian berhenti pada tahun 2003. Maman Suherman juga pernah menjadi pemilik sekaligus produser pelaksana dari sebuah rumah produksi Avicom Production sebelum ia berhenti pada tahun 2011. Namun kini ia kembali berfokus untuk berkarya menjadi penulis, aktif di sosial media seperti Tiktok, Youtube serta menjadi notulen di salah satu program stasiun televisi swasta. Kata-kata andalannya yakni Lawan dengan lawakan, berkawan bukan dengan bayaran. Di acara Indonesia Lawak Klub (ILK), Maman menduduki posisi sebagai notulen atau pelapor hasil diskusi dari para panelis. Kehadiran Maman memberikan warna tersendiri bagi program acara televisi tersebut. Maman dianggap mampu membuat acara lawak berbalut diskusi tersebut terkesan serius dan penuh dengan makna kehidupan. Karya-karya Maman Suherman mengangkat topik yang jarang diangkat namun sangat menarik untuk dibaca karena sarat akan makna kehidupan. Kang Maman kini masih aktif menjadi pengisi acara Mata Hati yang tayang di Kompas TV. Deretan karya Maman Suherman yakni Matahati, Bokis 1 Kisah Gelap Dunia Seleb, Bokis 2 Potret Para Pesohor, Re , Notulen Cakeppp, Virus Akal Bulus, Notulen Cakeppp 2, 99 Mutiara Hijabers, juga peRempuan. Salah satu buku terbaru karyanya yang terkenal adalah Bahagia Bersama yang terbit tahun 2021. Berikut adalah ulasan buku Bahagia bersama. Berbagi, Memberi, Menyantuni, tiga kata yang dijadikan syair kehidupan dalam paduan suara dan derap langkah semua orang yang bekerja, berbakti, dan mengabdi di tempat ini. Adakah itu sebuah teori ekonomi nan sakti? Atau, pemanis di bibir belaka? Begitulah bunyi sepenggal kalimat yang ditulis oleh Kang Maman dalam sebuah buku karangannya. Kalimat yang penuh dengan tanya, yang membuat Kang Maman tercebur, dan akhirnya ingin menggali lebih dalam lagi. Lalu semua jawaban yang diperoleh Kang Maman dalam pencariannya, ia dituangkan dalam bentuk sebuah buku bertajuk Bahagia Bersama. Di bagian awal, Kang Maman banyak menuliskan kisahnya dan orang di sekitarnya dalam berbagi dengan sesama. Seperti menceritakan tentang kisah seorang anak penjual gorengan yang mau berbagi dengan seorang kakek, padahal anak itu sendiri masih berkekurangan. Apakah dengan berbagi lantas anak tersebut menjadi tambah miskin? Tidak! Kisah anak tersebut viral dan menyentuh perasaan semua orang yang mengetahuinya. Banyak yang terharu dan ingin berbagi kepada sang anak. Dari 10 gorengan yang ikhlas dibagikan si anak kepada si kakek, berbuah manis berupa donasi hingga puluhan juta rupiah buat keluarganya. Di sini si penulis ingin menyampaikan bahwa untuk berbagi itu tidak perlu menunggu menjadi kaya dulu. Ada juga cerita berbagi lainnya Kang Maman dengan Komedian Komeng, yang walau terkenal dengan kejahilannya, namun ternyata orangnya sangat religius dan suka berbagi dengan caranya sendiri. Lalu ada cerita Kang Maman saat maling jambu. Yup, penulis mengaku pernah maling jambu saat mudanya. Namun balasan yang didapatkannya dari si empunya jambu yang membuatnya selalu terkenang dengan pengalaman memalukan tersebut. Berpikir positif tentang orang lain adalah salah satu kunci bahagia. Tak cuma bagi diri kita, juga orang lain yang berbahagia karena tak pernah merasa terluka hatinya oleh tatapan sinis kita, tak pernah tertusuk sembilu telinganya oleh nyinyiran lidah kita, dan tak pernah tergores kulitnya oleh kuku-kuku tajam jari kita. Begitu kata penulis dalam ceritanya. Bahwa kebahagiaan itu tak perlu dicari jauh-jauh, tak perlu harus memiliki harta yang melimpah, namun cukup dengan positive thinking, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kita bahagia, orang lain pun ikut bahagia. Semua bisa bahagia bersama. Bahagia bersama itu indah. Energi positif yang didapatkan Kang Maman dari didikan orang tua dan juga pengalaman hidupnya, akhirnya bertemu dengan energi positif yang selalu ditebar oleh pendiri JNE sejak awal berdirinya, hingga saat ini. Dengan tagline-nya Connecting Happiness, JNE ingin menghantarkan kebahagiaan, baik bagi pengirim, penerima, maupun bagi para karyawan JNE sendiri. Di dalam buku ini Kang Maman juga menceritakan mengenai sosok pendiri perusahaan ekspedisi terbesar di Indonesia tersebut. Bagaimana Bapak Soeprapto Suparno mendidik anak-anaknya, tentang Yatuna yang beliau dirikan pada tahun 1970-an untuk menyantuni anak yatim, fakir miskin, dan menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT, serta kalimat bijak yang terus beliau tanamkan pada anak-anaknya adalah Kalau jadi orang kaya, banyak-banyaklah memberi. Di sini Kang Maman juga menceritakan beberapa kegiatan berbagi yang dilakukan oleh JNE, baik yang rutin maupun tidak, seperti zakat dan donasi. Bagaimana JNE yang selalu dengan ringan mengulurkan tangannya saat terjadi musibah atau kejadian lainnya yang membutuhkan bantuan dari JNE, serta kolaborasinya dengan berbagai organisasi sosial. Tak heran jika di hari ulang tahun JNE ke-31 yang tepat jatuh pada tanggal 26 November nanti, tagline yang diusung adalah Berbagi, Memberi, Menyantuni. Tagline ini selaras dengan prinsip JNE dalam menjalankan bisnisnya, yaitu Connecting Happiness. Seperti yang dituliskan Kang Maman di buku Bahagia Bersama, bahwa penerus dari Bapak Soeprapto Suparno, yaitu Bapak Mohamad Feriadi sang anak, hingga saat ini masih konsisten melanjutkan nilai-nilai Berbagi, Memberi, Menyantuni yang selalu ditekankan oleh ayah beliau semasa hidupnya. Menurut Bapak Feriadi, tolak ukur kesuksesan sebuah perusahaan bukan cuma hitung omzet, hitung income, hitung revenue, tetapi berapa kenaikan jumlah kurban, zakat dan sedekah yang diberikan tahun ini. Dalam keadaan sempit atau luas, dalam keadaan ringan maupun berat, JNE wajib konsisten membantu dan berbuat baik, kalau ingin terus didoakan banyak orang. Saban tahun harus selalu diupayakan meningkat, ujar beliau, dikutip dari buku Bahagia Bersama. Masing-masing profil petinggi di JNE ditulis Kang Maman dengan gayanya yang khas, sehingga jadi lebih enak dibaca. Ada nilai-nilai moral dan agama yang ditanamkan dalam tiap kalimat yang ditorehkannya. Cerita-cerita yang menginspirasi dari setiap tokoh disisipkan, dan mampu memotivasi dan membakar semangat berbagi antar sesama. Selain itu, dalam buku Bahagia Bersama ini, ceritanya diimbangi juga dengan membagikan kisah dari sisi karyawan JNE, seperti dari kurir yang banyak berkutat di lapangan, baik berupa pengalaman pahit maupun yang menyenangkan. Bagaimana perlakuan JNE pada karyawannya, termasuk para kurir dan keluarganya pun ditulis di buku ini. Buku Bahagia Bersama ini terbagi ke dalam 3 tema, yaitu Berbagi Tidak Mengurangi, Tiga Serangkai, dan Cerita Juara. Pada masing-masing tema terdapat beberapa cerita pendek lengkap dengan judulnya. Cerita yang diangkat pun beragam, mulai dari kisah nyata si penulis sendiri, cerita dari pendiri dan petinggi di JNE, serta pengalaman yang dialami oleh kurir JNE dan pihak yang pernah bekerja sama dengan JNE. Jika melihat dari sampul dan juga membaca sekilas isi buku ini, tidak ada yang menyangka kalau ternyata buku ini merupakan profil dari perusahaan JNE. Bukunya dikemas dengan sangat apik, dan jauh dari kesan sebuah profil perusahaan yang biasanya ditulis lebih formal dan terkesan kaku. Membaca buku ini sangat menyenangkan, bikin haru, sekaligus bikin perasaan bercampur aduk, layaknya seperti membaca sebuah novel, bahasanya ringan, di tiap bagian babnya diselipin komik-komik lucu, isi ceritanya pun penuh dengan inspirasi dan motivasi, bahkan yang paling menarik adalah kebanyakan ceritanya merupakan kisah nyata yang dialami sendiri oleh sang penulis, dan juga kisah dari orang-orang yang terlibat dengan JNE. Bagi kamu yang ingin mencari tahu apa arti sebenarnya dari bahagia, ingin tahu bagaimana cara meraih bahagia, berbagi kebahagiaan yang ternyata amat mudah dan murah, serta ingin merasakan bahagia bersama, bisa baca buku Bahagia Bersama yang ditulis Kang Maman dan Bang Mice, bersama dengan JNE. Bapakku Indonesia, jika hanya dilihat dari judul bukunya pasti banyak yang mengira buku ini adalah buku nasionalis mengenai Tanah Air. Salah! Buku ini adalah autobiografi Ayahanda Kang Maman, yang memang dibuat khusus sebagai bentuk rasa sayang dan penghormatan pada mendiang sang ayah. Buku ini akan mengungkap dan mencerita bagaimana Ayah Kang maman yang seorang TNI, menjadi suami, dan kepala keluarga dapat mendidik dan membesarkan Kang Maman serta keempat adiknya saat masih di Bone, Makassar. Dalam bukunya Kang Maman bercerita dengan gaya bahasa yang friendly sehingga mudah dimengerti dan membuat pembacanya menjadi lebih dekat dan mengenal mendiang Ayah Kang Maman. Bokis, Kisah Gelap Dunia Seleb, pada buku ini dengan empati dan rasa humornya, Maman yang pernah berprofesi sebagai jurnalis infotainment kawakan, menyingkap kisah mencengangkan, menyedihkan, bahkan cerita konyol di balik gegap gempita panggung hiburan Indonesia. Siapa sangka orang tua menghalalkan segala cara demi popularitas anaknya? Kamu yakin suara penyanyi yang kamu dengar adalah suaranya sendiri? Bagaimana pula seorang jurnalis menghadapi rayuan manis narasumbernya? Dalam 33 artikel yang ditulisnya dengan gaya santai dan kocak di buku ini, kita akan diajak menatap apa yang selama ini tidak kita lihat dan menyimak apa yang belum pernah kita dengar. Di balik gemerlap dunia infotainment tersembunyi aneka kisah menyesakkan calon artis dan keluarganya. Ternyata, di tengah industri hiburan media yang masif, terjadi persekongkolan agen artis, biro iklan, pejabat, politisi, sang artis, dan tidak terkecuali wartawan. Semuanya dikupas cerdas oleh Kang Maman di dalam buku berjudul Bokis. Buku ini bisa menghibur karena penuh dengan anekdot lucu, tapi juga bisa menambah ilmu, karena tanpa disadari pembaca, dalam menulis Kang Maman tidak pernah lepas dari intelektualitasnya sebagai Sarjana Sosial. Bhinneka Tunggal Cinta menjadi buku yang menegaskan bahwa semboyan bangsa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika, sementara itu Kang Maman memiliki semboyan lain untuk para pembaca, yaitu Bhinneka Tunggal Cinta. Buku ini bukanlah novel romantis mengenai cinta. Namun, sebuah buku kumpulan puisi yang dikarang sendiri oleh Kang Maman. Puisi pertama dalam buku ini dimulai dengan judul Iqra yang terinspirasi dari sahabat sekaligus guru Kang Maman, yaitu Prof. Nadirsyah Hosen. Setelah itu dilanjutkan dengan 76 puisi berikutnya. Puisi-puisi Maman Suherman ini terdiri dari berbagai tema yang menyangkut ketuhanan, luka, cinta, negara, dan banyak hal lainnya. SGundul Gan BaId Day Pasti Berlalu Edisi Revisi, judul buku ini memang agak unik, kreatif, dan menarik seperti khas dari seorang Maman Suherman. Buku ini memang merupakan karangan dari Maman Suherman yang bercerita tentang dirinya sendiri selama 30 tahun terakhir. Dari cerita awal Maman Suherman masih dalam dunia jurnalistiknya, lalu muncul di televisi untuk pertama kalinya, hingga cerita Maman yang fokus pada kegiatan kepenulisan, dan kreativitasnya akan dibeberkan semua dalam buku ini. Selain cerita yang menginspirasi, buku ini juga dapat membuat kita semakin kagum akan penghargaan, pencapaian, serta sejumlah karya dari seorang Maman Suherman. Buku Re merupakan karya Maman Suherman yang diangkat dari kisah nyata mengenai pelacur lesbian. Kisah ini bukanlah kisah biasa. Berawal dari Herman, seorang mahasiswa kriminologi yang bertemu dengan Re: seorang pelacur lesbian. Herman menjadikan Re: sebagai objek penelitian skripsinya. Semula, herman menganggap Re: hanya sekadar objek penelitian skripsinya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Kisah hidup Re: yang berliku menyeret Herman hingga jauh ke dalam. Herman terpaksa terlibat dalam sisi tergelap dunia pelacuran yang bersimbah darah, dendam, dan air mata. Sementara itu, peREmpuan adalah sekuel novel Re. Buku ini menceritakan Melur, anak dari Re yang telah kembali ke Tanah Air dengan gelar PhD tersandang di belakang namanya. Namun sejumlah tanya mengenai hidupnya, ia bawa pulang. Banyak misteri dalam kehidupannya yang ia ingin ketahui. Siapa sebenarnya ibu kandungnya? Betulkah ibunya diperjualbelikan, dipaksa menjadi pelacur lesbian? Apa penyebab kematian ibunya yang teramat tragis itu? Karena itulah Herman menyambut kedatangan Melur dengan risau. Haruskah rahasia yang ia pendam lebih dari seperempat abad itu diungkap? Tidakkah hal itu akan memicu Melur untuk membalas dendam? Mengapa buku kehidupan perempuan harus sarat seloka luka? Tulisan dan kata-katanya yang bijak, sangat menyentuh hati dan membuat semua orang ingin membaca dan mendengarkannya. Tidak jarang, Maman menggunakan kata-kata satire saat penyampaian notulensinya yang beraroma sindiran kepada pihak-pihak yang dianggap melakukan suatu perbuatan yang tidak baik. Namun itulah yang menjadikan dirinya terkenal. Saat ini popularitas Maman tak hanya sebatas tulisan dan buku-bukunya saja, namun juga menyentuh sosial media. Ratusan ribu followers bertengger di akun Instagram dan juga Twitte milik-nya. Lewat akun sosial medianya, Maman sering memposting berbagai tulisan singkat serta kegiatan sehari-harinya.