Agam Fachrul & Wahyudi Pratama
4 Masa 1 Mimpi
Format Buku
Deskripsi
Sinopsis
"Prinsipku, hadiah terbaik adalah apa yang aku miliki dan takdir terbaik adalah apa yang aku jalani." Siapa yang tak kenal dengan Agam?
Pernikahannya sempat ramai di lini masa berbagai media sosial. Siapa yang menyangka saat masih kecil, ia sempat ingin dibeli orang? Dan saat sekolah, Agam juga cukup dikenal sebagai anak yang nakal. Namun perjalanan demi perjalanan yang dilewati menjadi kisah yang berhasil membuat Agam meraih mimpi; cita-cita dan cinta.
Sepenggal Cerita
Sore itu, Agam menggendong Humeyra, anak semata wayangnya di beranda vila minimalis, di antara rinai hujan yang mengeluarkan aroma petrichor tanah Mataqu. Lokasi yang jauh dari keramaian membuat suasana terlihat damai dan tenteram. Terlebih, awan mendung yang mendukung untuk menidurkan dirinya dan sang buah hati Namun, bayangan masa lalu Agam seakan-akan hadir menyertai keheningan yang hanya diisi suara gemuruh hujan. Ketika ia melempar tatapan sendu ke langit, ia teringat dengan hal-hal yang tak pernah bisa dilupakan. Masa-masa sulit yang tak banyak orang tahu, bahkan Aisyah sekalipun.
Agam mulai mengingat momen-momen kehidupannya pada masa lalu yang penuh perjuangan. Terlebih, ketika ia terkena percikan genangan air dari salah satu mobil yang melintas kencang di sebelahnya saat menepi di pinggir jalan lantaran hujan yang mulai turun kembali. Niat ingin mengambil mantel dalam bagasi motor untuk dipakai, tetapi Agam lugu yang mengenakan kemeja putih kala itu lebih dulu terkena genangan air. Kini dirinya basah kuyup dari atas sampai bawah. Hampir ia mengumpat, tapi dirinya lebih dulu mengelus dada seraya beristigfar.
Jangankan menepi untuk meminta maaf pada Agam, pengendara mobil tersebut tak memberi klakson sebagaí pertanda ia bersalah. Mobil hitam besar itu terus saja melaju meninggalkan Agam yang menatap mobil hitam besar itu sampai hilang dari pandangannya. "Ya Allah, kelak kalau aku jadi orang sukses, janganlah Kau biarkan aku seperti pengendara mobil itu. Hindarkan aku dari sifat angkuh dan sombong,"gumam Agam.
Momen-momen membekas yang menguras air mata, satu per satu menyeruak dalam benak Agam. Pikirannya tertuju ke beberapa tahun silam, saat ia berjuang sendirian dengan hidup yang tak beraturan. Pada saat yang bersamaan pula, matanya tertuju pada Humey. Senyum dan tingkahnya yang menggemaskan membuat Agam tak berhenti bersyukur karena telah dikaruniai anak yang sangat mirip dengan dirinya. Bahkan, gaya rambut Humeyra yang mirip dengan dirinya waktu kecil. Namun, senyum memukau dan kulit putihnya lebih menyerupai Aisyah. Beruntungnya Agam karena punya nyali untuk mempersunting anak seorang kiai tersohor dari Jawa Barat. Seandainya ia tidak memilih nikah muda bersama Aisyah, mungkin hidupnya tidak akan terarah seperti sekarang.
Tahun Terbit: Cetakan pertama, April 2023
Baca Selengkapnya
Detail Buku