Gramedia Logo
Product image
Perhumas

50 Tahun PERHUMAS: Inspirasi Indonesia untuk Maju Bersama

Format Buku
Deskripsi
Sebagai sebuah wadah profesi humas pertama di Indonesia yang sangat diperhitungkan jasa dan kontribusinya, Perhimpunan Hubungan Masyarakat atau PERHUMAS telah memainkan peran yang sangat vital dalam pembibitan dan pengembangan kehumasan di negeri ini. PERHUMAS yang pada 2022 ini tepat berusia 52 tahun adalah organisasi profesi yang pendiriannya dipelopori oleh praktisi dan tokoh humas Indonesia, Marah Joenoes. Marah sebenarnya telah mencita-citakan berdirinya lembaga profesi yang khusus berfokus pada kehumasan, dan cita-cita tersebut semakin menggebu-gebu usai dia mengikuti “World Public Relation Congress” yang keenam di Jenewa. Marah Joenoes memang merasa kebutuhan untuk mendirikan organisasi kehumasan sudah sangat mendesak, karenanya dia berusaha semaksimal mungkin untuk membekali diri dan memperluas jaringan, salah satunya dengan rajin mengikuti seminar dan konferensi kehumasan. Sepulang dari Jenewa, Marah mulai intens melakukan diskusi terkait perlunya untuk segera mendirikan organisasi humas. Dari diskusi-diskusi kecil yang dilakukan, Marah berhasil mengundang sejumlah tokoh penting untuk hadir dalam pertemuan besar guna membahas persiapan pendirian organisasi kehumasan. Pertemuan pertama kali diadakan di gedung Wisma Internasional Pertamina (saat ini Gedung Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata RI – PEPABRI) di Jalan Diponegoro No. 53, Jakarta, dan dihadiri oleh beberapa praktisi humas baik dari sektor pemerintahan sipil dan militer, humas BUMN, humas swasta, maupun konsultan. Para peserta pertemuan saat itu langsung menyepakati pendirian organisasi nasional dan menunjuk tiga orang untuk mengusulkan nama organisasi dan merancang anggaran dasarnya, tiga orang yang ditunjuk tersebut adalah Marah Joenoes, Tommy Graciano, dan Wisaksono Nuradi. Organisasi yang akan dibentuk ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan terhadap sebuah forum profesi kehumasan untuk bertukar pengalaman demi peningkatan kualitas praktik kehumasan di Indonesia. Sejak itulah, PERHUMAS didirikan. PERHUMAS adalah organisasi pertama untuk profesi praktisi humas dan komunikasi di Indonesia yang berdiri pada 15 Desember 1972. PERHUMAS pun telah tercatat secara resmi di Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia sebagai organisasi nasional kehumasan di Indonesia dan juga telah diakui oleh International Public Relation Association (IPRA) yang berpusat di London. Sebagai Organisasi Profesi Humas pertama di Indonesia, PERHUMAS memiliki beberapa tujuan utama seperti meningkatkan keterampilan profesional untuk para anggotanya, memperluas dan memperdalam pengetahuan; dalam hal ini pengetahuan dalam segala aspek terutama humas dan komunikasi, meningkatkan kerja sama dengan organisasi-organisasi serupa yang ada di luar negeri sebagai sarana untuk bertukar pengalaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, PERHUMAS aktif melakukan berbagai program pengembangan seperti pelatihan dan lokakarya. PERHUMAS juga aktif menerbitkan karya tulis sebagai bagian dari edukasi publik dalam bentuk buletin, buku, dan jurnal. PERHUMAS juga ikut membidani kelahiran Federation Of ASEAN Public Relations Organization (FAPRO) pada 17 Desember 1977 di Kuala Lumpur. Menjadi penyelenggara ASEAN Public Relations Congress di Jakarta pada Tahun 1981, dan terakhir diterimanya PERHUMAS dalam Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pada tahun 2002 perayaan Tri Dasawarsa PERHUMAS 2002, Musyawarah Nasional 2004, hingga Konvensi Nasional Humas Indonesia 2006. PERHUMAS juga mendirikan PERHUMAS Muda yang diperuntukkan kepada mahasiswa/i dan masyarakat umum yang ingin mengetahui dan belajar tentang humas meski tidak berasal dari latar pendidikan komunikasi. PERHUMAS muda kini sudah tersebar di banyak kota besar di Indonesia seperti Yogya, Solo, Semarang, Malang, Medan, Bogor, dan Riau. Visi PERHUMAS jelas dan ringkas, yakni “Mengembangkan kompetensi para profesional humas (public relations) di Indonesia untuk mendukung pengembangan citra positif dan reputasi Institusi dan bangsa Indonesia.”
Detail Buku