Erik Prasetya
Album Kenangan Eros dan Reformasi (2023)
Format Buku
Deskripsi
Album kenangan dari masa ketika orang muda masih menginginkan kebebasan dan tentang suatu masa ketika aktivis masih dibunuh, tapi gairah dan cinta tak luruh.
———
“Aneh rasanya. Tahun 1978, aku adalah mahasiswa baru ITB. Berdemo agar Soeharto tak jadi presiden lagi. Aku mengalami rasa menghadapi maut dilindas panser. Gerakan kami dikebiri. Tepat dua puluh tahun kemudian, 1998, aku bisa melihat apa yang kuinginkan: Soeharto turun. Indonesia terbuka bagi harapan-harapan baru.
“Aku bahagia menyaksikan peristiwa itu. Akan kukenang selalu gairah-gairah masa itu, yang menghendaki kebebasan dan perubahan. Gairah eros dan reformasi. Dunia muda dan mahasiswa yang penuh buku, pesta, dan cinta. Bahkan, sekalipun jika anak-anak muda di zaman yang datang lebih suka hidup dalam belenggu agama dan komoditas. Mampus sajalah generasi seperti itu. Sedangkan aku, mengutip Chairil Anwar, mau hidup seribu tahun lagi.”
****
An album of memories of a time when young people still wanted freedom, and of a time when activists were murdered but passion and love thundered.
———
“It feels strange. In 1978 I was a freshman at ITB, protesting against President Soeharto reelection. I experienced what it was like when a tank was on my nose. Our movement was castrated. Exactly twenty years later, 1998, I could see what I wanted: Soeharto stepping down. Indonesia was open to new hopes.
“I was happy to witness that event. I will remember the spirit of the era, which desired freedom and change. The spirit of eros and reformation. A world of youths and students filled with books, parties and love. Even if youths of the future prefer to live in shackles of religion and commodification. A generation like that can die. Whereas I, quoting Chairil Anwar, I want to live another thousand years.”
Baca Selengkapnya
Detail Buku