Yan Lubis
Anak Kolong di Kaki Gunung Slamet
Deskripsi
Awal Februari 2012, musim dingin di Kirgistan, aku berada dalam mobil Toyota Fortuner yang dikemudikan Genady Vasilievich, sopir berkebangsaan Rusia, merambat pelan di Jalur Sutra (Silk Road) yang diapit pegunungan dan bukit-bukit padas di Bishkek-Naryn-Tomok-Torugart Pass di Kirgistan utara. Di musim dingin, Jalur Sutra itu lebih mirip jalan kapas karena ditimbun salju setebal setengah meter. Di kanan kiri jalan, tebal salju bisa mencapai satu meter, beronggok-onggok seperti ribuan biri-biri. Di depanku, di samping Genady duduk Aimona Tashieva, gadis Kirgistan yang cerdas manis-mahasiswa pascasarjana bidang hukum di American University Washington, DC. Di jok belakang: Dr. Anne Deruyttere (Anne) dan Dr. Antonio La Vina (Tony). Kami bertiga adalah tim dari Compliance Review Panel Asian Development Bank (CRP-ADB) yang terbang dua hari sebelumnya dari Manila-Istanbul-Bishkek untuk menyelidiki kasus pemukiman tidak secara sukarela (involuntary resettlement)' di oblast (Provinsi) Naryn. Di belakang kami masih ada mobil kedua yang disopiri Igor yang membawa dua staf ADB.
Mau tahu kisahnya lebih lanjut? Yuk, kita simak bersama – sama…!
SINOPSIS
Memoar seorang anak kolong (tentara) remaja bersama keluarganya: Ayah yang jarang di rumah, Ibu yang tabah, dan Eyang (nenek) yang eksentrik, penggemar sastra Jawa klasik. Tokoh aku menuturkan kejadian-kejadian riang, lucu, tegang, dan pilu selama tinggal di asrama-asrama tentara di kaki Gunung Slamet dalam rentang tahun 1960-1970. Pada masa itu, tentara sibuk terlibat pada Operasi Trikora, Dwikora, penumpasan PKI, dan PGRS/Paraku. Situasi ekonomi menghimpit dan politik rumit selama masa transisi Orde Lama ke Orde Baru, memuncak pada tragedi 30 September 1965.
Baca Selengkapnya
Detail Buku