Gramedia Logo
Product image
Format Buku
Deskripsi
Brukt "Aw!" yak! "Zara, astaghfirullah!” Suara tangisan bayi terdengar, empat anak kecil yang tengah menunggu di depan pintu bersalin bersama pria dan wanita setengah baya itu berdiri mendekati pintu bersalin. Empat anak itu tak mengalihkan padangannya dari pintu bersalin. Cklek! "Abyan, gimana, Nak?" tanya wanita setengah baya itu. Abyan tersenyum, ia menyejajarkan tubuhnya dengan keempat anak kecil itu. "Adik kalian sudah lahir, Alarik." Ketiga anak kecil itu tersenyum senang. Berbeda dengan satu anak kecil perempuan yang mundur menjauh, duduk di kursi tunggu dengan kepala tertunduk. "Abba, Umma gimana?" tanya anak tertua Abyan, Arshaka. Anak itu yang paling menyayangi Zara. "Iya, Byan. Gimana keadaan Zara?" tanya pria setengah baya itu. "Alhamdulillah, Zara baik-baik aja, Bah. Umma kalian baik-baik aja," ucap Abyan. Abyan menatap anak perempuannya, ia beranjak mendekati anak perempuannya, berjongkok di hadapan anak perempuannya. "Kak Zyzy kenapa?" tanya Abyan hati-hati. "Abba... Abba masih sayang Zyzy?" tanya anak itu. "Tentu, Sayang. Abba selalu sayang Kak Zyzy, Bang Shaka, Bang Aryan, dan Byzar. Kenapa Kak Zyzy tanya begitu?" "Kan udah ada Dedek balu." Abyan tersenyum, ia mengerti apa maksud Zyana, ia pun memeluk tubuh Zyana dengan lembut. "Kasih sayang Abba untuk kalian semua tetap sama, nggak akan pernah berkurang." "Kak Zyzy nggak boleh sedih, ya. Sambut Adik Arik dengan bahagia. Adik Arik pasti senang karena memiliki abang dan kakak yang sangat menyayangi dia." Zyana mengangguk, ia membalas pelukan Abyan dengan erat. "Maafin Zyzy, Abba." “Umma,” panggil anak laki-laki berusia sepuluh tahun, ia menghampiri sang ibu yang tengah menidurkan adiknya. "Ada apa, Bang Caka?" "Aryan, Zyzy, Byzar....” Anak itu menunjuk ruang tamu. Zara segera meletakkan anak bungsunya di kotak bayi anak itu, lalu beranjak keluar kamar. "Astaghfirullahaladzim. Abang, Abba ke mana?" "Di kamar mandi, Umma." napas dalam-dalam, sebelum mengeluarkan suaranya. Melihat Zara yang akan berteriak, anak laki-laki itu segera menutup telinganya. "ABYAN KHAYRI ATHARRAZKA, LIHAT ANAK-ANAK KAMU NIH!" pekik Zara frustrasi. Zara menarik Abyan tertawa mendengar pekikan frustrasi Zara, ia mencubit pipi Zara dengan gemas. "Anak kamu juga, Sayang." Pria itu datang menghampiri ketiga anak kembarnya yang tengah bertengkar dengan mainan yang berantakan. "Aryan, Zyana, Abyzar... bisa, nggak, kalian sehari aja nggak bertengkar? Ini siapa yang berantakin?" frustrasi Zara. "Byzar, Umma. Yang berantakin Byzar." Anak perempuan itu menunjuk adik kembarnya, membuat sang adik kembar tak terima, lalu memukul kepala kakaknya. "Kok aku?! Salahin aku terus!" "Hei, siapa yang ajari kamu pukul-pukul seperti itu?" Zara bertanya pada Abyzar. "Kak Zyzy fitnah, Umma. Kata Abba, kan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan." Abyan terkekeh mendengarnya, ia beralih menggendong putrinya yang menangis karena dipukul Abyzar. “Sstt... anak Abba yang cantik dan kuat
Detail Buku