Bus Diaries

Kalau Ernesto "Che" Guevara punya Motorcycle Diaries saat melintasi Amerika Latin, saya punya Bus Diaries alias Jurnal Bus sebagai sarana transportasi yang paling sering saya gunakan selama 6 bulan di belahan dunia yang penuh konflik ini (selama saya di sana, terjadi kudeta di Honduras, epidemi flu babi, bentrokan antara polisi dan beberapa suku Indian di berbagai negara, ribut-ribut antara Chavez dengan semua orang). Dari mulai perjalanan pendek dalam hitungan menit sampai hampir seharian penuh, bercampur dengan para gringo, penduduk, dan kandang hewan peliharaan dalam bus mewah dan rongsokan, melintasi gurun kering dan gunung salju serta daerah pemukiman kumuh dan kaya. Selama 6 bulan di tahun 2009 lalu, saya menjelajahi Amerika Latin di saat belahan dunia itu memiliki gairah baru, tadinya dikuasai junta militer dan diktator, kali ini mereka mengangkat pemimpin aliran sosialis secara demokratis. Sebelum smartphone populer, bahkan Google Maps ataupun Translator, saya `nyirih` daun coca bersama supir bus di Bolivia, snorkeling di Galapagos sambil melihat teori evolusi Darwin, melihat garis Nazca dari udara dan mumi balita berkepala labu di Peru, sampai jalan-jalan dengan dokumen palsu di Kuba. Semua dilakukan sebisa mungkin melalui jalan darat, dan ya, semua itu tercatat dalam Jurnal Bus yang saya tulis sejak keberangkatan pertama dari Jakarta.