Gramedia Logo
Product image
Maria A. Sardjono

Cahaya Mentari Pagi

Format Buku
Deskripsi
Sinopsis Buku: Kunti yakin bahwa percintaannya dengan Hari akan berjalan mulus. Nyatanya, harus kandas di tengah jalan. Bahkan, Kunti terpaksa meninggalkan kuliahnya di fakultas kedokteran. Semua dilakukannya demi Hari, kekasih yang amat sangat dicintainya. Keduanya terpaksa menempuh hidup masing-masing, menikah dengan pasangan yang menjadi jodoh mereka. Namun, rupanya mereka sama-sama tak bahagia dalam ikatan itu. Kunti dikhianati suaminya saat ia tengah mengandung, sementara Hari “terjebak” menjadi suami dari perempuan yang obsesif dan menguasainya. Dengan membawa luka, Hari dan Kunti dipertemukan kembali oleh semesta. Mereka masih saling mencintai, tetapi keadaan sudah telanjur pelik. Mereka ragu apakah cinta itu dapat menjadi satu dalam pernikahan. Prolog: Pagi hari itu, di teras samping rumah kami, tampak semarak. Di meja berwarna putih susu, yang diapit dua kursi sewarna dengan jok merah tua, kuberi rangkaian bunga mawar warna-warni. Kupandangi berbagai tanaman hias di halaman samping serta depan rumah yang tampak subur dan segar. Tak sia-sia aku merawat semuanya dengan tanganku sendiri. Bahkan, dengan pupuk eco enzyme buatanku sendiri pula. Sementara itu, bau rumput, yang baru dipangkas tukang langganan para penghuni di kompleks perumahanku, memenuhi udara sekitar. Ah, alangkah segarnya. Alangkah me­nyenangkan suasana hari ini. Rasanya semua serba menggembirakan hati. Ah, ataukah semua yang menggembirakan itu karena hatiku memang sedang dipenuhi rasa bahagia? Sebab bukankah halaman itu masih sama seperti kemarin dan kemarinnya lagi? Dan bukankah pula semua yang ada di sekitar itu tak ada yang berubah? Kecuali tentu saja rangkaian bunga mawar warna-warni di meja yang tampak begitu padu dengan warna putih meja dan merah tua jok kursi-kursi. Selebihnya, tidak ada yang istimewa.
Detail Buku