S.A. Margono
Diagnosis Demokrasi: Menuju Indonesia Emas 2045
Format Buku
Deskripsi
Sejak awal kemerdekaan, domain demokrasi Indonesia terasa belum sinkron dengan maksud dan tujuan pendiri negara (The Founding Fathers). Demokrasi yang mengejawantah (berubah wujud) menjadi Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pancasila pada dasarnya belum murni menurut UUD 1945. Demokrasi versi Reformasi 1998 juga tidak berjalan mulus dan bertendensi menurun. Fungsi demokrasi pun menjadi kabur, dan korupsi serta money politics dianggap hal yang biasa. Apabila dibiarkan, pemerintah bisa jatuh ke lubang gelap otoritarianisme.
Di balik itu masih terjadi ketimpangan sosial, terutama masalah kesejahteraan dan pendidikan. Di sisi lain, masalah pendidikan masih cukup mengkhawatirkan. Pemahaman demokrasi sejatinya perlu dimulai dari tataran sekolah dasar dan menengah, agar nantinya menghasilkan pejabat dan pemimpin demokratis.
Tanpa upaya penegakan demokrasi dan pelurusan demokrasi pendidikan, rasanya bangsa ini tidak akan cepat maju. Faktor ekonomi, politik, sosial budaya, dan lain-lain akan mengikuti derap langkah dua faktor itu. Semua langkah tadi akan berpengaruh pada perbaikan sistem perpolitikan nasional. Demi tercapainya tujuan yang diinginkan bangsa ini, termasuk Indonesia Emas 2045, remedial agar demokrasi menjadi sehat harus dilakukan sejak sekarang.
Profil Penulis:
S.A. Margono alias Sumargo Ali Margono, terlahir dengan nama Sumargo di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah pada 1943. (Sumargo) Ali Margono menempuh pendidikan di Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (FHPM) Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang jurusan sosial politik (sospol). Ia tamat Sarjana Muda pada 1967. Pada 1969, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU), Medan, tingkat sarjana lengkap, belum selesai. Ia kemudian melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN), Jakarta, tingkat sarjana penuh dan tamat pada 1978.
Pada 1973, Sumargo Ali Margono masuk Departemen Luar Negeri RI (Deplu) dan mengikuti sekolah dinas luar negeri (Sesdilu) pada 1978. Setelah tamat pendidikan dinas luar negeri sebagai syarat untuk menjadi diplomat karier, ia kemudian ditugaskan pada berbagai pos perwakilan RI di luar negeri. Berturut-turut di Filipina, Selandia Baru, Papua Nugini, Hong Kong, Meksiko, Belgia, dan Yaman. Di dalam negeri, ia pernah bertugas pada Direktorat Penerangan Luar Negeri, Inspektorat Jenderal, Direktorat Asia Pasifik, Direktorat Afrika dan Timur Tengah.
Baca Selengkapnya
Detail Buku
S.A. Margono
Diagnosis Demokrasi: Menuju Indonesia Emas 2045