Dreamcatcher

Tidak ada yang bisa dan di mana seseorang akan bertemu cinta pertamanya. Begitupun denganku. Hanya karena orang tuaku bertemu layaknya sebuah adegan di dalam novel lalu berakhir dengan keduanya menjadi cinta pertama masing-masing, tidak berarti aku juga harus seperti itu. Ya, kan? Karena, berkebalikan dengan fakta itu, nyatanya aku, selama dua puluh enam tahun di dunia, belum pernah benar-benar jatuh cinta. Isi kepalaku sibuk membuka laci-laci lama di dalamnya, mencari nama yang sekiranya bisa menjadi tokoh utama dalam ceritaku. Hasil pencariannya keluar cukup-sangat-cepat.Aku tidak tahu apa karena di kepalaku memang tidak cukup banyak nama yang memenuhi syarat, atau.... “Ila,” suara familier yang sudah kukenal lebih dari separuh hidupku membawaku kembali pada realita. Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Memproses apa yang terjadi beberapa hari belakangan, beberapa jam terakhir, dan... sekarang. Aku menoleh ke arah laki-laki di sebelahku. Lingkaran gelap di sekitar matanya jelas mengatakan bahwa si empunya butuh tidur. Tangannya terangkat dan menunjuk ke arah jendela di sisi seberang posisi kami berdiri. "Hujan deras banget. Pulang sama aku aja ya, La." Dia sama sekali tidak melihatku yang masih berusaha mengumpulkan fokus. "A... ak... aku bisa pesan taksi online. Masih ada beberapa kerjaan di kantor, jadi aku nggak balik ke kosan." Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Agustus 2023