Dua Sumbu

Mungkin terlihat klasik dan sederhana. Ya, buku ini bicara tentang cinta, iya cinta lagi. Mungkin saja, manusia lain terlalu malas untuk membahas cinta. Aku bukan manusia yang pintar dalam mengolah kata-kata. Mungkin, kata kataku tidak seindah itu, tetapi cerita dan pesanku mungkin saja bisa berkesan untuk dirimu. Tentang mengungkap proses pencarian ikat bahagia yang merupakan benang merah dalam isi buku ini. Tentang bahagiaku yang tidak bisa langsung aku dapatkan, tetapi aku harus terus mencari dan bergerak. Bukan juga karena aku tidak serius untuk menemukannya. Aku hanya ingin mencari bahagia yang telah lama aku tunggu. Naif, kan? Ya... seolah hidup ini hanya mencari kebahagiaan. Aku tidak munafik, aku perlu bahagia. Secara keseluruhan dua sumbu adalah kumpulan kata, yang dapat memberikan pandangan. Bahwa kehancuran bukanlah titik akhir dari segalanya, manusia hanya bekerja untuk menerima, tanpa harus menyesal dan hanyut dalam kesedihan. Kehancuran itu sendiri menyadarkan bahwa, yang gagal mungkin bukan yang terbaik, mungkin juga yang seharusnya tidak dimiliki. Sehingga kita sebagai manusia hanya dapat merelakan, mengikhlaskan, dan menerima, yang telah pergi maupun yang baru saja datang. Ketika sumbu yang baru datang dan menyalakan api yang telah mati. Tidak ada yang perlu ditakutkan, hanya perlu mengizinkan untuk hadir dan menyalakan cahaya pada gelap.