Lula
Fickle & Brittle
Format Buku
Deskripsi
Satu bulan sebelumnya...
Ini masih terlalu dini, setidaknya bagi Riever, untuk menyaksikan langsung bagaimana telapak pria yang lebih tua itu mendarat di pipi Hosea, sahabatnya sejak duduk di kelas 1 SMA. Suara kulit bertemu kulit yang memekik di antara hening kamar dan lorong rumah sakit membuat mata Riever membulat sempurna melihat kejadian itu di balik kaca persegi panjang pintu kamar rawat inap. Ia menoleh cepat, tak ingin lebih lanjut melihat pemandangan yang membuatnya tak nyaman sedikit pun itu.
Ini belum genap 24 jam sejak laki-laki itu menjalani operasi otot ligamen kaki kanannya. Dan betapa tidak masuk akal ketika sakit di kakinya belum mereda, kini harus ditambah sakit lain di bagian pipinya. Riever tidak habis pikir mengapa papa Hosea harus melakukan hal tidak masuk akal seperti itu.
Kejadian itu terus terputar bak kaset rusak di dalam kepalanya, sama seperti langkah bingungnya yang ingin kembali ke ruang rawat inap atau pulang saja. Tanpa tahu harus bagaimana, Riever biarkan langkahnya menuju toilet di dekat lorong.
Tangan perempuan itu lembap oleh keringatnya sendiri, lama-kelamaan dadanya terasa penuh dan sesak. Ia meremas-remas telapak tangannya, berusaha sedemikian rupa agar bisa sedikit tenang. Ia mengatur napasnya yang tersengal-sengal serta degup jantungnya yang kencang, kemudian membasuh muka yang masih meninggalkan jejak cemas. Ia tatap sekali lagi pantulan dirinya pada cermin, memastikan raut wajah yang dilihat Hosea nanti adalah raut wajah khawatir seperlunya tanpa ada jejak kesedihan
Baca Selengkapnya
Detail Buku