Boy Candra
Ingkar
Format Buku
Deskripsi
Blurb:
Sudah seutuhnya aku serahkan perasaanku padamu. Pada inti jantung ini kusematkan namamu. Kau jadi bagian hari-hariku melawan sedih, menangkar pedih, mengumpulkan serpihan yang membentuk harapan indah.
Kupikir dunia akan penuh warna. Kita tebar cahaya pelangi di mana-mana. Pada setiap sudut tempat yang dilalui, pernah kita sematkan rindu. Pada semua kesempatan yang ada, selalu kita lukis bahagia.
Tak pernah aku membayangkan muram senja yang datang. Deras hujan yang menghancurkan teduh. Kau pecahkan hati yang selama ini aku jaga. Berkeping sudah semua rasa percaya. Pada ujung kisah ini, masihkah aku boleh menyalakan cahaya?
BANDUNG, Jelang dini hari
Seharusnya, aku masih marah. Aku merasa berhak membenci dan menyimpan dendam. Aku berhak membalas semua perlakuan buruk padaku. Hal-hal yang menghancurkanku. Tetapi, makin aku mencoba memaafkan segalanya, rasanya hatiku makin luas. Rasa damai yang datang dari maaf itu membuatku merasa lebih tenang. Seperti aliran air dari Gunung Talang, seperti riak permukaan Danau Kembar. Seharusnya, aku menghancurkanmu juga. Aku bisa saja memberi pembalasan setimpal, mungkin dengan rasa lebih sakit. Tetapi, aku tidak akan melakukannya. Aku tidak ingin sepertimu yang jahat. Aku tidak ingin sepertimu yang khianat.
Aku melepaskan perasaan ingin menebus rasa sakit dengan sakit itu, aku merawat maaf yang pelan-pelan hangat menyelimuti dadaku. Maaf yang melahirkan keikhlasan yang dalam. Maaf yang melahirkan percaya diri yang lebih baik. Aku menyadari aku tidak hidup untuk orang-orang pecundang sepertimu. Aku tidak hidup untuk menghabiskan waktu bergelut dengan rasa sakit. . Aku tidak hidup untuk membuang waktuku pada hal-hal yang makin menjebakku ke jurang benci. Aku hidup demi orangtuaku yang menukar keringat mereka dengan serumpun sayuran, yang menjual tenaga mereka demi sedikit uang.
Tahun Terbit : Cetakan pertama, 2023
Baca Selengkapnya
Detail Buku