Sandra Brown
Jejak Kelam (Mean Streak)
Format Buku
Deskripsi
Dokter Emory Charbonneau dilaporkan menghilang. Kabut, es, dan udara dingin yang menutupi pegunungan Carolina Utara mempersulit polisi dalam melakukan pencarian.
Saat terbangun dengan cedera di kepala, dalam pondok kayu yang asing, Emory ketakutan. Ia semakin takut ketika di depannya berdiri pria tinggi besar yang tak dikenalinya. Namun, selama empat hari saja bersama pria itu, Emory malah melakukan banyak hal yang tak pernah terpikirkan olehnya. Bahkan lambat laun ia menyerah terhadap gairah yang timbul di antara mereka.
Lalu rahasia demi rahasia terungkap. Tentang penyebab pertengkaran Emory dan suaminya, tentang kepolosan sahabatnya, juga tentang penembakan massal di Westboro. Namun terutama, tentang jejak kelam sang pria anonim.
Prolog:
SEKUJUR tubuh Emory sakit. Bahkan saat bernapas. Udara berkabut begitu menyesakkan, seperti dipenuhi materi tak kasatmata, mungkin serpihan kristal es atau kaca. Pakaiannya kurang tebal. Hawa dingin menyengat wajahnya yang terkuak. Air matanya mulai mengembang dan memburamkan pandangan. Ia harus sering mengerjap untuk mengusir air mata saat menyusuri jalan setapak itu. Pinggangnya terasa nyeri, menusuk-nusuk tanpa henti, dan mencengkeram dengan keji. Retak tulang di kaki kanan mulai menjalarkan ngilu yang menyengat hingga ke tulang keringnya. Namun, membiasakan diri dengan kesakitan itu—merasakan serta mengabaikannya—hanya butuh tekad dan disiplin. Dan Emory sudah diyakinkan, ia memiliki keduanya. Begitu kuat. Berlimpah-limpah. Lagi pula, inilah tujuan pelatihan yang sulit ini. Ia bisa melakukannya. Harus bisa. Lanjutkan, Emory. Terus langkahkan kakimu. Tempuh jarak itu, semeter demi semeter. Berapa jauh lagi jarak yang harus ia tempuh? Oh Tuhan, semoga tidak terlalu jauh lagi Karena tersulut tekad dan perasaan takut gagal, Emory lantas berlari lebih cepat. Lalu, ia mendengar desiran dari balik kegelapan yang menyelubungi hutan lebat, diikuti embusan angin persis di belakangnya. Emory terkesiap dan langsung merasakan kehadiran bencana. Sayangnya, ia tak sempat bereaksi saat rasa sakit yang luar biasa seolah-olah meledak di tempurung kepalanya.
Baca Selengkapnya
Detail Buku