Urfa Qurrota `ainy
Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata?
Format Buku
Deskripsi
Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata?
Sebagai seorang muslim yang mempelajari ilmu psikologi, kerap kali penulis melihat kesenjangan pengetahuan tentang kesehatan mental pada kelompok muslim. Misalnya, masih santer anggapan bahwa ilmu psikologi tidak perlu kita percayai karena berasal dari Barat. Berbagai teori pun dianggap tidak sejalan dengan Al-Qur'an maupun hadis, meskipun secara ilmiah teori-teori tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Sikap antipati terhadap ilmu psikologi akhirnya membuat banyak muslim tidak melek terhadap permasalahan terkini tentang kesehatan mental. Yang terjadi selanjutnya, muncul kebiasaan simplifikasi (cara berpikir yang terlalu menyederhanakan) terhadap permasalahan psikologis yang tidak pernah sederhana. Contohnya, ada yang beranggapan bahwa depresi pasca-melahirkan disebabkan oleh kurang bersyukur, gangguan jin, atau 'ain (pandangan mata jahat).
Di samping itu, stigma negatif tentang gangguan kesehatan mental juga begitu menancap kuat dalam komunitas muslim. Stigma tersebut didominasi oleh penafsiran yang keliru terhadap ajaran agama, ayat Al-Quran, dan hadis. Sebagai contoh, depresi dianggap sebagai ciri kelemahan iman, yakni banyak yang berpikir bahwa seorang muslim yang taat semestinya imun (kebal) terhadap depresi karena ia punya Allah Swt. Padahal, depresi adalah masalah multifaktor, melibatkan unsur biologi, psikologi, sosial, dan kultural (biopsikososiokultural), bukan hanya masalah spiritual.
Buku “Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata?” merupakan hasil perkawinan antara keresahan dan rasa penasaran penulis terhadap berbagai isu kesehatan mental, khususnya dalam pandangan Islam. Karenanya, pembaca akan menemukan bahwa kebanyakan tulisan dalam buku ini bertujuan untuk meluruskan penafsiran yang keliru tentang isu kesehatan mental, seperti depresi, berduka, bersyukur,
berpikir positif, emosi, dan keikhlasan.
Sinopsis
Ada banyak pertanyaan mengenai kesehatan mental dalam sudut pandang ajaran Islam.
Misalnya, benarkah muslim dilarang bersedih? Bagaimana semestinya seorang muslim menyikapi depresi? Cukupkah nasihat dijadikan obat untuk menyembuhkan gangguan kesehatan mental pada seseorang? Bagaimana muslim menghadapi kedukaan? Benarkah muslim dilarang menangisi kematian seseorang karena akan membuat rohnya diazab?
Buku ini berusaha memberi tambahan pengetahuan dan pencerahan agar kita semua, khususnya komunitas muslim, menjadi komunitas yang lebih melek dan ramah terhadap isu-isu kesehatan mental. Selain itu, semoga buku ini turut membentuk generasi muslim yang lebih sehat secara mental dan pandai berempati terhadap sesama manusia.
Yuk segera dapatkan buku ini di Gramedia!
Baca Selengkapnya
Detail Buku