BAMBANG SUGIHARTO
Kebudayaan dan Kondisi Post-Tradisi
Deskripsi
Awal milenium ketiga ini tampaknya "kebudayaan" dan "peradaban" merupakan kata kunci pokok untuk memahami interaksi manusia dalam dunia global. Agaknya itu bermula ketika isu "berakhirnya ideologi"—The End of Ideology (Daniel Bell)—menjadi semakin nyata sejak gemuruh revolusi kaum muda tahun 1968 di Eropa, dipertegas oleh berakhirnya perang dingin sekitar 1989 dan di penghujung abad 20 karya kontroversial Samuel P. Huntington The Clash of Civilizations secara eksplisit menggeser isu pokok dari perkara ideologi ke persoalan "peradaban". itu semakin jelas lagi saat isu "budaya" dianggap sentral juga dalam dunia korporasi (corporate culture), politik (budaya demokrasi, benturan budaya akibat pengungsi dan imigran, dll.), dan bisnis turisme global (bagaimana budaya dipasarkan sebagai eksotika).
Masalahnya adalah, ketika dilihat lebih dekat, isu "budaya" ternyata mengandung banyak dilema. Pada tataran teoritis, di satu pihak "kebudayaan" dianggap isu sentral, di pihak lain pengertian konsep "kebudayaan" itu sendiri sudah menjadi sangat kabur akibat banyaknya kritik dekonstruktif, baik melalui filsafat (poststrukturalisme), kultur kritik, cultural studies, wacana postkolonial, hingga antropologi kontemporer; sedemikian hingga studi budaya kini cenderung bergeser, dari bicara tentang "substansi" kebudayaan ke bicara tentang "wacana" kebudayaan itu sendiri; maka, wacana tentang wacana. Pada tataran praksis, di satu pihak kebudayaan dianggap kunci pokok, di pihak lain dalam realitasnya, tradisi budaya di mana-mana semakin kehilangan daya ikat dan otoritas, akibat pola organisasi baru, jenis legitimasi baru, kultur baru cosmopolitan, dan pecahnya komunitas tradisional.
Baca Selengkapnya
Detail Buku