Khotbah Di Bukit

Orang Kristen itu beda. Beda dengan dunia. Perbedaan itu dipisahkan sangat tajam oleh Kristus dalam Khotbah di Bukit. Kualitas pembedanya diukur dari respons masyarakat sekitarnya yang memuliakan Bapa di surga. ini penting bagi orang Kristen di Indonesia yang hanya segelintir. Khotbah di Bukit juga menyorot orang-orang di sekitar Yesus yang sejatinya bukan pengikut Kristus. Mereka itulah yang memanipulasi kebenaran, termasuk gereja, serta ber-pura-pura benar sehingga gereja sama busuknya dengan dunia. Itu sebabnya, orang-orang muda mempertanyakan manakala gereja tiada bedanya dengan dunia. Sebaliknya, muncul pertanyaan yang menggelisahkan gereja yang mau taat—mungkinkah amanat Khotbah di Bukit dipraktikkan? John Stott menulis buku ini dengan prinsip double satu sisi memperhatikan dengan saksama apa kata Alkitab, di sisi lain menyimak apa yang sedang terjadi di tengah dunia. Dia juga telah menyimak puluhan buku tafsiran Khotbah di Bukit lainnya. Kelengkapan wawasan inilah yang menjadi sumbangsih John Stott dibanding tafsiran lain-nya. Dia mengantar pembaca mendalami amanat Khotbah di Bukit tanpa terjebak pada optimisme yang bodoh maupun keputusasaan yang tidak berpengharapan. Hidup dalam anugerah keselamatan adalah kuncinya. Buku ini menjadi petunjuk hidup baru yang sangat relevan menjawab tantangan dunia saat ini. Melalui Khotbah di Bukit. Kristus menyapa kita untuk berani memasuki pintu sempit dan setia menapaki jalan sesak di tengah pesona dunia demi hadirnya Kerajaan Allah di bumi.