Bumilangit Comic Media/Andy Wijaya
Koloni Gundala : The Official Movie Adaptation
Deskripsi
Koloni Gundala : The Official Movie Adaptation adalah salah satu fiksi sastra jenis komik karya Pt Screenplay Bumilangit. GUNDALA Kisah Gundala terinspirasi dari karakter legenda Jawa yang memiliki kemampuan menangkap petir, Ki Ageng Selo. Berkisah tentang seorang ilmuan muda bernama Sancaka yang mendapatkan kekuatan super berupa tenaga petir dari Kaisar Krons, Sang Raja Petir. Lalu, pada episode kedua yang berjudul "Perhitungan di Planet Covox", Gundala mendapatkan kemampuan bergerak secepat topan dari Kaisar Taifun. Gundala dalam bahasa Jawa yaitu gundolo yang berarti petir,sangat cocok mengingat superhero ini memang mempunyai kekuatan petir.Uniknya Gundala bisa diartikan sebagai Telinga Panjang seperti sama halnya dengan sahabat Gundala yaitu Sri Asih yang juga menggunakan desain telinga panjang.Telinga panjang itu bermakna bahwa kita harus lebih menjadi pendengar daripada banyak berbicara.
Sinopsis:
Sancaka (Muzakki Ramdhan) adalah putra seorang pekerja pabrik miskin yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sancaka yang masih muda itu menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan dalam mengutak-atik produk listrik, tetapi takut dengan petir dan badai yang seakan selalu mengincarnya. Ayah Sancaka (Rio Dewanto) memimpin rekan-rekan buruh pabriknya dalam sebuah protes terhadap pemilik pabrik, menuntut kenaikan gaji. Kelompok itu bertemu dengan penjaga bersenjata yang disewa oleh pemilik pabrik, lalu protes itu berubah menjadi anarkis. Pada protes kedua, ayah Sancaka dikhianati dan ditikam oleh rekan-rekannya yang telah disuap oleh pemilik pabrik dan meninggal di lengan Sancaka. Sancaka disambar oleh petir lalu meretakkan tameng para pasukan bersenjata sambil memegangnya, lalu saat orang-orang ingin menolongnya, mereka semua terlempar dan tersengat petir dari tubuh Sancaka. Setahun kemudian, ibu Sancaka (Marissa Anita) pergi ke kota lain untuk mencari pekerjaan. Dia berjanji untuk kembali keesokan harinya, tetapi tidak pernah kembali.
Peristiwa ini membuat Sancaka berkeliaran sendirian di jalan-jalan Jakarta, hidup dari mengamen. Suatu ketika ia dikejar dan dipukuli oleh sekelompok anak jalanan, sampai akhirnya ia diselamatkan oleh Awang (Faris Fadjar Munggaran), seorang anak jalanan yang lebih tua darinya. Sancaka tinggal bersama Awang selama beberapa waktu, dan Awang melatihnya agar menguasai ilmu bela diri. Awang juga memberi pesan kepada Sancaka untuk tidak ikut campur dengan urusan orang lain jika dia ingin tetap hidup aman di jalanan. Suatu malam, Sancaka dan Awang berencana untuk berangkat ke Tenggara dengan menaiki kereta yang lewat. Ketika akhirnya ada kereta lewat, Awang melompat ke atasnya, tetapi Sancaka tidak dapat mengejar kereta, dan berakhir ditinggal sendirian lagi.
Baca Selengkapnya
Detail Buku