Gramedia Logo
Product image
Fedrian Hasmand

Komik Cut Nyak Din

Format Buku
Deskripsi
Bismillah. Alhamdulillah. Ash-Shalatu wa as-salamu 'ala Rasulillah. Segala puji bagi Allah. Setelah melalui proses kreatif yang panjang, akhirnya novel grafis Cut Nyak Din ini terbit. Saya harus akui perjalanan buku ini tidaklah singkat. Dimulai pada 2017, saat saya menyanggupi permintaan Kak Aminah Mustari, editor Pustaka AlKautsar, untuk menulis naskah komik tentang Cut Nyak Din. Namun, setelah melakukan studi pustaka, saya menyimpulkan bahwa sejarah perjuangan pahlawan Serambi Makkah ini perlu diinterpretasikan dalam format novel grafis, bukan sekadar komik. Pasalnya, Cut Nyak Din melawan penjajah sejak berusia 25 hingga 59/60 tahun. Menuturkan rentang perjuangan selama 35 tahun dalam format komik yang cenderung tipis tidaklah mungkin. Apalagi segmentasi komik yang tidak terbatas pada anak-anak dan remaja, dengan lebih mementingkan kualitas gambar daripada cerita. Berbeda dari novel grafis yang bertutur secara mendalam dan menggelitik 'kematangan berpikir pembacanya, sehingga memerlukan jumlah halaman lebih banyak. Alhasil, barulah pada 2019 naskah novel grafis ini rampung. Setelah itu, proses ilustrasinya bisa dimulai, dan baru selesai pada 2022. Saya sangat maklum bahwa menuangkan naskah saya dalam bentuk gambar bukanlah perkara mudah. Apalagi naskah ini bersifat historis yang menuntut akurasi tinggi. Sang ilustrator harus merujuk pada foto/gambar bersejarah yang tidak selalu mudah untuk diakses. Untuk itu, saya angkat topi pada Mas Sapto dan Pak Lele Studio yang telah berhasil melakukannya. Akhirul kalam, saya berharap semoga dengan membaca novel grafis. ini, kaum muslimin, pada umumnya, dan bangsa Indonesia, pada khususnya, memperoleh energi dan stamina perjuangan yang berlipat ganda guna mencapai cita-citanya, seperti energi dan stamina Cut Nyak Din. Cut Nyak Din PERLAWANAN PEREMPUAN SERAMBI MAKKAH "Wahai anakku, turutlah jejak ayahmu, Teuku Ibrahim Lamnga. Sekarang ia tidak di rumah, tetapi janganlah engkau menyangka bahwa ayahmu sedang mengumpulkan kawan untuk kedatangan kafir, tetapi akan mengusirnya keluar dari tanah Aceh!" (Rusdi Sufi, Aceh Tanah Rencong, 2008) *** Inilah kemurkaan terbesar kedua Cut Nyak Dhien. Ketika anaknya dengan Teuku Umar, Cut Gambang, meratapi kematian sang ayah, Cut Nyak Dhien memeluknya dan berucap, "Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid!" (Lulofs, 2010) "Selama aku masih hidup, kita masih memiliki kekuatan, perang gerilya ini akan kita teruskan! Demi Allah!" seru Cut Nyak Dhien, sekali lagi kepada Pang Laot. (Madelon H. Szekely-Lulofs, Cut Nyak Din: Kisah Ratu Perang Aceh, 2010) Cut Nyak Din adalah perempuan dari Tanah Rencong yang memiliki keberanian untuk menjaga marwah agama dan bangsanya. Walau perjuangan Cut Nyak Din berakhir di pengasingan, Sumedang, Jawa Barat, ia terus menginspirasi setiap generasi. Untuk mengenang perjuangannya, pemerintah menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional. Dengan cerita berdasarkan fakta sejarah dan ilustrasi yang menarik, komik ini sangat menginspirasi untuk dibaca!
Detail Buku