Gramedia Logo
Product image
Lilpudu

Laut Pasang 2

Format Buku
Deskripsi
Perihal kematian hanya Tuhan yang tahu. Namun, jika kehilangan karena kematian terus-menerus dihadapkan. Siapa yang berani berteriak 'ikhlas? Gelombang tsunami merenggut lima raga tanpa permisi, berpura pura berterima atas kehilangan adalah hal yang harus Bapak, Khalid, dan Dewangga jalani. Hingga suatu waktu datang sebuah surat yang membuat Bapak sadar jika raga yang hilang yaitu Apta masih hidup. Banyak emosi menyeruak atas tragedi yang terjadi, tetapi tidak ada satupun manusia yang tahu jika Apta selalu berkelahi dengan pikirannya sendiri. Raganya memang belum mati namun di kepalanya hanya ada dua pilihan tetap tinggal atau kembali. "Bu, Apta mau pulang…" Prolog: Apta Bayuaji Cokroaminoto. Nama yang tercatat pada daftar pasien salah satu rumah sakit di Surabaya, adalah satu dari sekian banyak korban Tsunami Banyuwangi pada 03 Juni 1994. Setelah beberapa hari mengalami koma, ia mengalami gangguan ingatan parsial yang membuat lelaki itu tampak begitu menyedihkan. Sendirian di kota orang dengan ingatan yang tidak sempurna membuat penderitaannya semakin lengkap. Namun, Tuhan memang Maha Adil. Sebesar apapun kesulitan yang dihadapi hamba-Nya, cepat atau lambat akan dibayar dengan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Dan Apta merasakan itu semua. Dalam kesedihan dan rasa sakitnya, Tuhan menghadirkan Anjani, seorang perawat yang sekarang ia panggil dengan sebutan Ibu. Anjani datang membawa sebongkah harapan baru untuknya agar tetap kuat melanjutkan hidup. Tidak seperti kehidupan masa lalunya yang penuh rasa sakit dan luka batin, di kehidupan Apta yang sekarang ia benar-benar bersyukur karena Ibu Anjani tidak pernah membuatnya merasa tertekan ataupun kesulitan. Justru setelah berbulan-bulan tinggal bersamanya, Apta bisa menemukan kehangatan baru yang sekilas pernah ia rasakan dulu. Di mana? Entahlah, Apta tidak ingat. Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Januari 2024
Detail Buku