Rifan Mahulauw
Lulus Kuliah dengan Bismilah
Format Buku
Deskripsi
Lulus Kuliah dengan Bismilah
Menjadi seorang sarjana bukan akhir dari segalanya untuk berhenti belajar. Bagi kebanyakan orang, sarjana bukanlah akhir cerita dari kuliah. Ada yang berkata, “Janganlah terlalu bangga menjadi sarjana, karena sebentar lagi kau akan menjadi pengangguran.” Kata-kata yang begitu menjatuhkan orang-orang yang sedang atau telah memegang toga. Seakan Fulan ingin menegaskan, “Jangan hubungkan momen sarjana dengan pengangguran.” Kebahagiaan seorang wisudawan atau wisudawati adalah kemenangan karena perjuangan mereka melewati masa-masa belajar yang menyenangkan. Mereka patut berbahagia karena keberhasilan itu tidak didapat dengan mudah. Sarjana bagi mereka seperti piala kemenangan dari satu pertandingan. Setelah mereka selesai bertanding, wajar bila mereka bahagia karena telah menyelesaikan tantangan-tantangan itu dengan baik. Masalah pengangguran itu berbeda dengan pilihan-pilihan kerja mereka mau jadi apa, atau mereka kurang gesit saja mencari pekerjaan. Atau karena kurangnya lapangan pekerjaan, dan beberapa sebab lain. Sakit, biaya yang tak sedikit, keringat, bahkan darah sekali pun dipertaruhkan untuk melewati kuliah. Ada yang merelakan diriya menjadi pekerja-pekerja kasar di pasar untuk biaya kuliah. Ada pula yang melewati masa-masa kuliahnya dengan berjualan beraneka ragam barang untuk biaya kuliahnya demi sebuah momen yang mereka tunggu-tunggu yang kita kenal sebagai seorang sarjana. Bahkan sebelum menjadi seorang sarjana, banyak orang yang miskin tak punya biaya sehingga ia bermodalkan beasiswa untuk kuliah. Meski orangtua hanya sebagai buruh kerja di terminal, seorang tukang becak, tukang ojek, tukang gerobak, petani, nelayan musiman, tapi mereka tak berhenti berjuang demi mencapai sebuah gelar bernama sarjana. Lalu apakah salah jika mereka yang bertoga bahagia karena keras dan sulitnya perjuangan untuk mendapatkan titel sarjana? Berbahagialah sebagai seorang sarjana, asalkan jangan kebahagiaan kau taruh di atas ilmu yang kau dapat. Bahagialah menjadi seorang sarjana, asal jangan kau menaruh kebahagiaan itu di atas perubahan sikap yang kau miliki.
Bahagialah sebagai sarjana, asal ingat bahwa tugas setelah sarjana lebih berat daripada tugas-tugas sebelum sarjana. Ingatlah, bahwa tugas-tugas saat kuliah tak sesulit tugas-tugas setelah menjadi bagian dari masyarakat nantinya. Menjadi seorang sarjana adalah tanda bahwa kau telah melewati kuliah. Ia hanya gelar. Yang paling penting adalah kontribusi kepada masyarakat setelah itu. Seorang sarjana adalah orang yang sedang di pikulkan beban masyarakat, tapi ia tetap berbahagia menerima beban-beban itu, bukan dengan kemurungan. Tak bisa dibayangkan saat kau dipanggil ke depan podium untuk memasang toga, tapi wajahmu begitu sedih dan murung karena yang kau pikirkan adalah kau akan menjadi seorang pengangguran setelah ini. Jangan. Janganlah begitu. Untuk mengais rezeki, kita tak perlu takut. Betapa banyak buku-buku yang telah menjelaskan tentang mengapa banyak orang yang menganggur setelah menjadi seorang sarjana dengan penjelasan bahwa mereka minder mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rendahan, kurang berusaha, memilih-milih pekerjaan dan sebab-sebab yang hanya sebatas berhubungan dengan kurangnya usaha. Bagi saya, ada satu hal yang dilupakan, yaitu mereka lupa berdoa. Ingatlah! Hanya ketaqwaan saja yang bisa membuat seorang hamba akan memiliki segalanya, termasuk mendapat pekerjaan.
Detail Buku
Penulis : Rifan Mahulauw
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 28 Agustus 2017
Jumlah Halaman : 160 halaman
Berat : 200 gram
Dimensi (P x L) : 14 cm
ISBN : 9786020445069
Cover : Ebook
Text Bahasa : Bahasa Indonesia
Baca Selengkapnya
Detail Buku