Y.b. Mangunwijaya
Lusi Lindri
Format Buku
Deskripsi
“Panglima-panglima medan perang, raja, serta adipati adalah jago-jago perang, pendekar dalam seni menyebar maut. Mungkin itu nasib lelaki. Tetapi kita kaum perempuan, Lusiku sayang, kita punya keunggulan lain: mengandung, menyusui, mengemban, dan memekarkan kehidupan. Rahim kita serba menerima. Tetapi juga serba memberi. Payudara perempuan adalah buah yang membanggakan kaum kita, Lusi. Sumber pancuran kehidupan dan kesayangan. Bukan senjata. Bukan racun kepongahan.” * Lusi Lindri, anak Genduk Duku dipilih menjadi anggota Trinisat Kenya—pasukan pengawal Sunan Amangkurat I. Lusi Lindri menjalani kehidupan penuh warna di balik dinding-dinding istana yang menyimpan ribuan rahasia dan intrik-intrik jahat. Sebagai istri perwira mata-mata Mataram, ia tahu banyak... Bahkan terlalu banyak... Semakin lama nuraninya semakin terusik melihat kezaliman junjungannya. Tiada pilihan lain! Bulat sudah tekadnya, baginya lebih baik mati sebagai pemberontak penentang kezaliman daripada hidup nyaman bergelimang kemewahan. Lusi Lindri merupakan novel ketiga dari Trilogi Rara Mendut, mahakarya Y.B. Mangunwijaya. Sebuah narasi yang tidak hanya mengisahkan tumpang tindih kehidupan manusia, juga dengan apik menyinggung sejarah Tanah Jawa, ketimpangan kelas, keberanian perempuan, dan protes atas ketidakadilan.
Profil Penulis:
Y.B. Mangunwijaya (6 Mei 1929 – 10 Februari 1999) adalah seorang arsitek, penulis, dan aktivis sosial Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia terpenting pada abad ke-20.
Y.B. Mangunwijaya (6 Mei 1929 – 10 Februari 1999) adalah seorang arsitek, penulis, dan aktivis sosial Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia terpenting pada abad ke-20.
Mangunwijaya lahir di Ambarawa, Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan di Seminari Tinggi Santo Petrus Kentungan, Yogyakarta, dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus dari ITB, Mangunwijaya bekerja sebagai arsitek di Jakarta. Namun, ia kemudian memutuskan untuk menjadi penulis dan aktivis sosial.
Mangunwijaya telah menulis lebih dari 30 buku, termasuk novel, kumpulan cerpen, esai, dan drama. Karya-karyanya banyak mengangkat tema-tema sosial, seperti kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Beberapa karya terkenalnya antara lain Burung-Burung Manyar, Ronggeng Dukuh Paruk, dan Ido.
Baca Selengkapnya
Detail Buku