Gramedia Logo
Product image
Marah Rusli

Memang Jodoh

Format Buku
Deskripsi
Novel Terakhir dari Penulis Siti Nurbaya, Marah Rusli Orangtua yang justru dia harapkan akan mendukung sepenuh hati. Namun, adat Minang yang mengikat erat ternyata membelenggu cita-citanya. Dan ketika dalam perantauan dia bertemu dengan mojang Priangan yang menawan hatinya, pilihan getir terpaksa harus diambil. Kisah semiautobiografi Marah Rusli ini adalah salah satu karya klasik yang hilang dari ranah sastra Indonesia. Melalui Memang Jodoh, Marah Rusli sekali lagi mempersembahkan sebuah warisan berharga bagi dunia sastra Indonesia. Atok, Pengantar dari Cucu Marah Rusli «Ketak, ketik ... ketak, ketik ... ketak, ketik ..., trriiing.» Aku terbangun mendengar bunyi mesin tik manual yang membentuk irama teratur bernada sendu. Suara mesin tik manual yang musikal seperti ini mungkin sudah tidak dikenal oleh generasi masa kini yang serba komputer dan serbadigital. Sambil menunggu azan subuh, beliau akan melantunkan kitab suci Al-Quran secara fasih dengan suara yang merdu. Atau, duduk di depan meja tulisnya sambil menyelesaikan naskah-naskah karangannya, seperti yang sedang dilakukannya saat itu. Biasanya, aku dan adikku tidur bersama beliau, sedangkan kedua kakakku yang wanita bersama nenekku. Kakekku pernah mengatakan akan memberikan hadiah yang sangat istimewa bagi nenekku, yaitu pada hari ulang tahun ke-50 pernikahan mereka, pada 2 November 1961. Aku mengenang kakekku sebagai sosok yang tinggi besar, sangat tampan, berwajah mirip keturunan Timur Tengah, tetapi juga sangat santun dan baik hati. Selain selalu disajikan makanan ataupun penganan yang lezat. Beliau adalah seorang pendongeng yang sangat mahir. Mungkin saat kecil sering mendengarkan tukang kabba yang berkeliling kampung menjual ceritanya. Seingatku aku belum pernah membaca buku Sitti Nurbaya secara lengkap, tapi aku hafal ceritanya luar kepala, karena sering diceritakan oleh beliau dengan gaya yang sangat menarik hati. Rupanya darah bangsawan yang mengalir baik pada kakek maupun nenekku, tidak mempermudah hikayat perkawinan mereka tetapi justru menimbulkan banyak permasalahan. Beliau berontak dan melawan aturan adat perkawinan yang keras dan kaku di Padang ini, tetapi dengan cara yang santun, yaitu dengan cara mengarang novel roman Sitti Nurbaya. Ternyata buku ini dianggap telah membuka cakrawala baru dan mendobrak adat istiadat perkawinan yang saat itu sangat kaku. Sedangkan, Pemerintah Indonesia memberi hadiah tahunan dalam bidang sastra untuk roman yang legendaries ini. Berbagai upaya dan intrik dilakukan, agar beliau menceraikan nenekku yang bangsawan Pasundan dan menikah dengan putri asli Padang. Tidak mau berpoligami apalagi menceraikan istri yang sangat dicintainya. Tapi disampaikan dengan cara yang santun. Buku ini sebenarnya sudah dibuat lebih dari 50 tahun yang lalu. Bahwa buku ini baru boleh diterbitkan setelah orang-orang yang terlibat di dalamnya meninggal dunia. Sudah barang tentu, suasana dan adat istiadat di Padang dewasa ini tidak lagi selayaknya 100 tahun yang lalu. Dalam buku ini, semua nama yang terlibat telah disamarkan. Karena ditulis lebih dari 50 tahun yang lalu, bahasa Indonesia yang digunakan dalam buku Memang Jodoh sejatinya tidak lagi sama dengan bahasa Indonesia yang digunakan saat ini. Sambil mengenang kembali bahasa Indonesia dalam tatanan lama yang baik dan benar. Buku Memang Jodoh tidak dapat dikatakan autobiografi Marah Roesli secara lengkap, karena kebanyakan bercerita tentang permasalahan perkawinan berbeda adat dan anjuran berpoligami yang telah dialaminya. Dan, syukur Alhamdulillah kakek dan nenekku tetap rukun dan berbahagia hingga usia perkawinan mereka yang ke-57. Aku ingat benar, seperti apa yang diceritakan oleh beliau kepada kami, tentang peristiwa meletusnya, Gunung Kelud pada tahun 1919. Seorang pengemis yang dianggap gila, ternyata menyelamatkan ribuan penduduk yang diterjang banjir lahar dingin. Beliau selalu bercerita dengan gaya yang seru, kocak, tapi sebenarnya penuh wejangan pada kami cucu-cucunya. Kakekku ini adalah pribadi yang lengkap. Sumbangsih kepada ilmu pengetahuan dibuktikan dengan berbagai pelaporan dan penelitian yang dipublikasikan. Aku melihat makalah-makalah yang tersusun rapi di perpustakaan pribadinya di Bogor. Mengacu kepada pedoman Umum Ejaan Yang disempurnakan, maka PT Balai Pustaka yang menerbitkan buku Siti Nurbaya mengejanya menjadi Marah Rusli. Alhamdulillah sampai saat ini sudah ada 5 generasi yang menyandang nama keluarga Roesli yang berasal dari nama kakekku yang kami banggakan ini. Detail Buku Penulis : Marah Rusli Penerbit : Mizan Publishing Tahun Terbit : - Jumlah Halaman : 548 halaman Berat : 440 gram Dimensi (P x L) : 21 x 13 cm ISBN : 978-602-441-292-0 Cover : Soft-cover Text Bahasa : Bahasa Indonesia
Detail Buku