Adjie Santosoputro
Mengheningkan Cinta
Format Buku
Deskripsi
Perkenalkan namaku Sunyi.
Teman-teman menganggapku pendiam.
Mungkin karena ketika tak larut dalam ramai aku bisa bertemu dan mengenal diriku sendiri.
Berbicara dengan Sunyi kerap menjadi kebiasaanku.
Tak hanya ketika aku tiba-tiba merasa sedih, ingin menangis, merasa kesepian, atau tiba-tiba ingin marah.
Aku juga berbicara kepadanya ketika aku punya segudang pertanyaan.
Apakah yang sebaiknya aku lakukan saat perasaan itu datang?
Mengapa ketika aku berusaha tak memikirkannya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang remeh, perasaan itu malah mungkin menguat dan kian mengganggu.
Di sini aku berusaha menuliskan kembali semua perbincanganku bersama Sunyi.
Perbincangan yang menjawab banyak pertanyaan.
Karena bersama Sunyi aku merasa lebih nyaman dengan pola pikir "penerimaan pada saat ini".
Tidak terlalu menyesal akan masa lalu yang selalu tidak memberi kabar baru.
Tidak begitu bergelisah akan masa depan yang selalu menawarkan ketidakpastian.
Mengalir saja bersama cinta.
Semacam panduan perjalanan untuk belajar hening dan membawa diri untuk berkomunikasi lebih banyak dengan isi pikiran dan hati. Rasanya seperti diingatkan untuk lebih banyak belajar melakukan pembicaraan dengan diri sendiri dulu, sebelum benar-benar bisa berkomunikasi dengan baik di dunia luar.
Catatan untuk bisa terus merasa cukup atas apa-apa yang sudah terjadi dalam hidup, lalu merelakan hal-hal yang sudah kadaluarsa. Bahasa Adjie, nggak menghakimi harus gini-gitu, tapi memahami kalau pembelajaran untuk benar-benar bisa menerima itu susahnya minta ampun. Jadi alih-alih memaksakan, ia lebih memilih menulis seperti ini:
Namanya juga latihan, jadi beberapa waktu di awal pasti belum bisa. Teruskan latihan dengan sabar, ya..."
Baca Selengkapnya
Detail Buku