Ruwi Meita
Misteri Bilik Korek Api
Format Buku
Deskripsi
Sunday, gadis berdarah Ambon yang tak pernah melihat Ambon, mendedikasikan hidupnya untuk membantu dan mengurus anak-anak panti asuhan tempat dia juga diasuh. Semua anak menyukainya dan menjadi sahabatnya, kecuali Emola—yang juga seorang gadis Ambon, tetapi berperilaku misterius dengan masa lalu yang gelap.
Sejak mereka pindah ke panti asuhan baru dan menemukan sebuah bilik tersembunyi yang dipenuhi dengan korek api, perilaku Emola menjadi makin misterius dan aneh. Satu per satu anak-anak panti asuhan pun mengalami kecelakaan yang janggal.
Apakah Emola adalah penyebab semua kejadian ini? Ataukah ada kekuatan jahat lain yang mengintai dari balik bayangan?
Prolog:
“Kamu pasti senang sekali hari ini, seperti burung kecil yang terbang untuk pertama kali. Tapi ingat, kamu bisa jatuh,” kata Bu Nasti. Perempuan bertubuh gemuk dengan wajah kotak itu memakai setelan hitam yang terlalu sempit. Meski warnanya sudah kusam, setelan itu mulus tanpa kerutan. Dia jarang terlihat memakai baju santai. Entah apakah dia hanya punya setelan itu atau karena dia tidak ingin terlihat jelek. Aku selalu membayangkan dia tidur memakai setelan itu. Dia mungkin tidak bergerak seinci pun saat tidur atau dia tidur sambil berdiri sehingga saat bangun setelah itu tidak lecek.
“Kalau jadi kamu, aku pasti takut,” bisiknya. Bu Nasti menyipitkan matanya sembari menaikkan dagunya. Bibirnya yang tipis melengkung, nyaris seperti menyeringai. Siapa menduga dari bibir tipis itu selalu keluar suara yang terdengar melengking. Dalam kondisi apapun nadanya selalu meninggi.
Aku terlalu malas mengomentarinya. Tanganku sibuk mengepak pakaian-pakaian ke dalam tas. Selama beberapa hari ini aku membantu anak-anak menata barang mereka sehingga tidak sempat menata barangku sendiri. Aku melirik salib yang terbuat dari daun palem di atas meja. Cika yang membuatnya tiga hari lalu, sekarang salib palem itu sudah mulai menguning. Katanya daun palem ampuh mengusir penyihir. Sebelumnya dia juga membuat salib dari batang kayu manis. Benda-benda itu dipercaya bisa mengusir penyihir. Tapi Bu Nasti bukan penyihir. Dia lebih parah dari penyihir. Dia hanya kesepian.
Selling Point:
Buku ini dalam proses adaptasi untuk menjadi sebuah film. Merupakan penulis dari buku bestseller Rumah Lebah. Narasinya diperkaya dengan dialek Ambon yang memberi kesan autentik dan menambah pengalaman pembaca dengan bahasa yang hidup dan jarang digunakan dalam novel umum.
Baca Selengkapnya
Detail Buku