Gramedia Logo
Product image
Ach Dhofir Zuhry

Nabi Muhammad bukan Orang Arab?

Format Buku
Deskripsi
Nabi Muhammad saw., berkhotbah di hari tasyrik, “Wahai sekalian manusia, Tuhan kalian satu, dan ayah kalian (Nabi Adam) satu. Ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas non-Arab, pun sebaliknya. Tidak ada kelebihan bagi yang berkulit merah atas orang berkulit hitam. Demikian sebaliknya, kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?” Mereka menjawab, “Ya, benar Rasulullah, engkau telah menyampaikan.” (HR. Ahmad) Bahkan, Nabi Muhammad sendiri bukan Arab asli. Leluhur beliau adalah Nabi Ismail bin Ibrahim as., berasal dari distrik Orkelda atau Ur Kaldan, negeri Babilonia (sekarang Irak), sebelum akhirnya keluarga ini hijrah ke Bakkah atau Mekah, dan Nabi Ibrahim sendiri kembali ke Palestina. Banyak kita dapati akhir-akhir ini kebangkitan gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama dan bahkan terang-terangan "jualan" agama demi mencapai tujuan-tujuan tertentu, tanpa terkecuali politik. Dampaknya, agama, khususnya Islam, menjadi sebatas atribut sekadar simbol. Sehingga, "menjadi Arab" seolah lebih penting daripada memantulkan nilai-nilai Islam dalam keindonesiaan. Pertanyaan pentingnya, “Mengapa kita harus tetap tinggal di Indonesia?” Tempat kita lahir dan berpijak, bernapas, makan-minum, bertani dan berniaga, menanam harapan-harapan, bahkan nanti bumi Indonesia juga yang akan mendekap memeluk kita yang mati. Tempat kita tetap bisa berislam dengan berindonesia, beragama sembari bernegara, menjalankan nilai-nilai moral sembari menjaga tradisi leluhur. Karena kebinekaan ini adalah bagian dari rencana besar Tuhan, maka kita harus riang gembira mengambil bagian dan merayakan perbedaan.
Detail Buku